Menu
Cahaya Akhwat

Cinta Shafuria


Tidak banyak sejarah yang menceritakan tentang Shafuria (Shafura), putri Nabi Syu’aib. Di dalam Al-Qur’an hanya beberapa ayat yang menyinggung tentang Shafura, sehingga kadang terjadi perbedaan cerita di antara para ‘ulama dan ahli sejarah. Pastinya, Shafuria wanita shalihah yang Allah pilih untuk mendampingi Musa ‘alaihis salam. Dan di sini saya hanya mengambil beberapa hikmah dari beberapa ayat yang menyinggung tentang Shafuria.

“Dan tatkala ia sampai di sumber air negeri Mad-yan ia menjumpai di sana sekumpulan orang yang sedang meminumkan (ternaknya), dan ia men- jumpai di belakang orang banyak itu, dua orang wanita yang sedang menghambat (ternaknya). Musa berkata: "Apakah maksudmu (dengan berbuat begitu)?" kedua wanita itu menjawab: "Kami tidak dapat meminumkan (ternak kami), sebelum pengembala-pengembala itu memulangkan (ternaknya), sedang bapak kami adalah orang tua yang telah lanjut umurnya.” (Al-Qashash : 23)
Salah seorang dari kedua wanita itu berkata: "Ya bapakku, ambillah ia sebagai orang yang bekerja (pada kita), karena sesungguhnya orang yang paling baik yang kamu ambil untuk bekerja (pada kita) ialah orang yang kuat lagi dapat dipercaya.” (Al-Qashash : 26)

Pada ayat 26, terlihat betapa Shafuria mengharapkan seseorang untuk menggembalakan kambing-kambing ayahnya. Ia menginginkan wanita menjadi wanita yang shalihah, suci dan menjadikan rumah sebagai ladang amalnya, akan tetapi Shafuria dan saudarinya tetap bersabar menggembala kambing karena ayahnya yang sudah lanjut usia.

Kesabaran lainnya, terlihat ketika ia dan saudarinya rela menunggu menyelesaikan orang-orang memberi minum ternak mereka, asal ia tidak bercampur dengan kaum laki-laki (ayat : 23).

Dan hari itu, atas pertolongan Allah, Musa membantu pekerjaan mereka, yaitu memberi minum ternak gembalaan mereka sehingga mereka cepat pulang ke rumah. Atas hal ini membuat Nabi Syua’ib heran dan menanyakan kepada putri mereka. Shafuria menceritakan bahwa ada seorang seorang pemuda asing yang membantu pekerjaan mereka.

Nabi Syu’aib, menyuruh putrinya untuk memanggil Musa, sebagai seorang  yang menyambut  tamu di negerinya.
Kemudian datanglah kepada Musa salah seorang dari kedua wanita itu berjalan kemalu-maluan, ia berkata: "Sesungguhnya bapakku memanggil kamu agar ia memberikan balasan terhadap (kebaikan)mu memberi minum (ternak) kami.” Maka tatkala Musa mendatangi bapaknya (Syu'aib) dan menceritakan kepadanya cerita (mengenai dirinya), Syu'aib berkata: "Janganlah kamu takut. Kamu telah selamat dari orang-orang yang zalim itu.” (Al-Qashash : 25)
Shafuria datang kepada Musa dengan perasaan malu yang luar biasa. Umar bin Khattab berpandangan bahwa dia menutup wajah dengan ujung pakaiannya. Sifat malu ini, lagi-lagi menonjolkan keshalihan dan kesucian Shafuria. Shafuria tidak terbiasa bergaul dengan laki-laki asing.

Satu hal lagi yang harus dipahami, rasa malu ini bukan seperti malunya seorang gadis desa yang bertemu dengan pangeran kota yang sering diperlihatkan cerita sinetron atau film-film. Tapi, malu seorang gadis yang shalihah yang merasa tidak pantas seorang wanita mendekati laki-laki.

Musa adalah seorang nabi, yang tentu cahaya keimanannya terpancar dalam wajahnya. Namun bagi Shafuria, justru hal itu membuat semakin malu mendekat apalagi menatap. Hal ini sangat berbeda sekali, dengan gadis masa kini, yang mana mereka hysteria ketika bertemu dengan idola ganteng mereka.

Di sini, kita juga dapat mengambil kesimpulan; sifat malu terhadap laki-laki yang bukan mahram adalah salah satu ciri mukminah yang shalihah. Semakin kuat imannya, semakin kuat rasa malunya terhadap laki-laki yang bukan mahram. 

Singkat cerita, Shafuria dinikahkan dengan Musa ‘Alaihis salam.
Maka tatkala Musa telah menyelesaikan waktu yang ditentukan dan dia berangkat dengan keluarganya, dilihatnyalah api di lereng gunung ia berkata kepada keluarganya: "Tunggulah (di sini), sesungguhnya aku melihat api, mudah-mudahan aku dapat membawa suatu berita kepadamu dari (tempat) api itu atau (membawa) sesuluh api, agar kamu dapat menghangatkan badan.” (Al-Qashash : 29)
Ketika Musa telah menyelesaikan perjanjiannya, maka ia ingin kembali ke kampung halamannya. Rindu ingin bertemu dengan ibu dan saudara-sudaranya. Dan Shafuria, istri yang shalihah senantiasa mendampingi suaminya ke manapun, padahal waktu itu ia sedang mengandung.

Mereka meninggalkan Madyan, berjalan menuju Sinai. Qudratullah, mereka tersesat ke arah jalan gunung Thur, padahal saat itu hari sudah gelap. Mereka memutuskan istirahat di sana dan mendirikan sebuah kemah. Karena cuaca yang sangat dingin dan gelap, Musa keluar dari tenda dan dari kejauhan ia melihat seberkas cahaya. Musa memutuskan mendekati cahaya itu dengan harapan bisa membawakan api untuk memberi penerangan dan menghangatkan badan keluarganya. Musa meminta istrinya, agar tetap diam di dalam tenda.

Jika kita bayangkan andai itu kita, tidak mudah bagi kita tinggal sendirian dalam gelap, dingin, terlebih lagi di negeri asing, mungkin saja ada binatang buas yang siap menerkam mereka. Tapi tidak bagi Shafuria, ia adalah wanita yang taat, ia akan mematuhi perintah suaminya walaupun itu sangat berat dan menakutkan.

Entah berapa lama Shafuria sendirian di dalam tenda (ada riwayat, saat itu mereka sudah mempunyai dua orang anak). Karena saat itulah, ternyata Musa menerima wahyu pertama dari Allah. Mengajarkan Musa kepada Tauhid dan meninggalkan kesyirikan. Musa juga diperintahkan untuk pergi kepada Fir’aun dan kaumnya untuk menyampaikan risalah ketauhidan.

Musa kembali ke tenda dan menceritakan semua itu kepada istrinya. Shafuria semakin sadar, akan banyak tugas yang diemban suaminya dan ia senantiasa mendampingi suaminya apapun yang terjadi.
Shafuria senantiasa mendampingi  suaminya. Ia juga da’wah kepada wanita-wanita di kaum suaminya.

Walaupun sering ditinggalkan, sering menghadapi berbagai kesulitan bahkan nyawa taruhannya. Ia  juga melihat jelas, bagaimana tantangan yang dihadapi suaminya ketika di ajak duel dengan sihir-sihir Fir’aun, bahkan ada riwayat; Shafuria sempat pingsan karena saking mengkhawatirkan keadaan suaminya. Namun, sedikitpun ia tak pernah menghalangi kerja suaminya atau sekadar membujuk suaminya agar berhenti, bahkan ia selalu mensupport dan mendukung kerja suaminya.   

Hikmah besar yang dapat kita ambil dari perjalanan hidup Shafuria: Shafuria adalah yang wanita shalihah yang dicintai Allah. Sejak remaja/atau mungkin masih kecil, ia sudah terbiasa bekerja keras. Allah mencintai wanita yang taat dan sabar, namun kecintaan Allah kepadanya bukanlah berbentuk dimudahkan fasilitas untuknya atau dijodohkan dengan lelaki yang kaya raya sehingga hidupnya lebih baik, tetapi justru ditambah lagi pengorbanannya dalam ketaatan kepada Allah, bahkan dalam menyebarkan agama Allah. Ia dipilih menjadi istri seorang nabi. Mendampingi seorang laki-laki yang mengemban tugas yang sangat besar, untuk menyampaikan risalah agama kepada umat. Untuk mengemban tugas mulia itu mereka harus menerima berbagai ujian dan cobaan, menuntut pengorbanan dan kesabaran, tapi justru disitulah bukti cinta Allah kepada Shafuria.

Dan kita hari ini, sudahkah menjadi wanita yang Allah pilih dalam pengorbanan untuk agama? 

Berdoalah kepada Allah, agar Allah memilih kita dalam usaha menyebarkan agama. Jangan takut dengan kesedihan dan ujian. Semua itu tidaklah menjadi terlalu berarti, karena jika Allah memilih kita, maka itu adalah karunia Allah yang sangat besar.
“Katakanlah: "Segala puji bagi Allah dan Kesejahteraan atas hamba-hamba-Nya yang dipilih-Nya….” (An-Naml : 59)

Semoga kelak, Allah temukan kita dengan Shafuria. Aamiin.  

*Dari berbagai sumber






Tidak banyak sejarah yang menceritakan tentang Shafuria (Shafura), putri Nabi Syu’aib. Di dalam Al-Qur’an hanya beberapa ayat yang menyinggu...
El Nurien
Cahaya Akhwat

Akhwat, Generasi Masa Depan ada di tanganmu!



وَالْبَلَدُ الطَّيِّبُ يَخْرُجُ نَبَاتُهُو بِإِذْنِ رَبِّهِي، وَالَّذِي خَبُثَ لَايَـخْرُجُ إِلَّا نَكِدًا ، كَذَالِكَ نُصَرِّفُ الْأٰيٰتِ لِقَوْمٍ يَّشْكُرُوْنَ ﴿٥٨﴾


“Dan tanah yang baik, tanaman-tanamannya tumbuh subur dengan seizin Allah, dan tanah yang tidak subur, tanaman-tanamannya hanya tumbuh merana. Demikianlah Kami mengulangi tanda-tanda kebesaran (Kami) bagi orang-orang yang bersyukur.” (Q.s. Al-A’raf : 58)




Tanah yang baik, dengan izin Allah, tanaman-tanaman di atasnya akan tumbuh subur, sebaliknya tanah yang tidak baik, tanaman-tanaman akan tumbuh merana, atau bahkan tak bisa bertahan hidup lebih lama.

Di sini saya hanya mengambil tamsil atau pelajaran dari ayat di atas, jadi bukan pemahaman dari secara harfiah.

Tanah, saya permisalankan dengan wanita. Wanita yang shalihah akan melahirkan anak-anak yang shalih dan shalihah, sebaliknya wanita yang buruk (yang tidak paham agama) akan melahirkan anak yang buruk pula.

Wanita yang shalih akan melahirkan anak yang shalih, begitulah yang lumrah terjadi, hal ini didukung oleh sebuah hadits:

“Pilihlah untuk air mani kalian, karena watak mempengaruhi keturunan.”[1]

 Faktor keturunan/genetik sangat mempengaruhi sifat-sifat moral, fisik dan intilektual. Maka besar kemungkinan wanita shalehah melahirkan anak-anak yang shalih pula. Sebagaimana jika lihat orang-orang yang mulia, tentulah mereka lahir dari pemilik rahim yang mulia.

Hal ini, dapat kita lihat dari kehidupan di jaman para sahabat. Abdullah bin Zubair lahir dari gadis yang shalihah, pemberani dan dermawan, yaitu Asma binti Abu Bakar Radhiyallahu ‘anha. Anas bin Malik, putra Ummu Sulaim, yang menikah dengan Abu Thalhah yang kara raya, namun hanya meminta ke Islaman sebagai maharnya. Dan masih banyak lagi orang-orang yang shalih yang lahir yang wanita shalihah.

Memang kadang, seorang anak bisa membawa sifat-sifat pamannya ataupun bibinya. Namun faktor lingkungan juga sangat menentukan. S eorang ibu tentu yang lebih dekat dengan anak-anaknya dan  wanita shalihah tidaklah keluar darinya kecuali hanya perbuatan-perbuatan, pemikiran-pemikiran dan ucapan-ucapan yang ulia. Baik pada saat mengandung, melahirkan, menyusui, mengasuh dan menemani tumbuh kembang mereka. Semua ini sangat berpengaruh bagi anak-anaknya. maka kemungkinan-kemungkinan pengaruh-pengaruh buruk dari luar dapat di minimalkan. 

Hal ini dikuatkan dengan ayat 28 dari surat Maryam:
Hai saudara perempuan Harun, ayahmu sekali-kali bukanlah seorang yang jahat dan ibumu sekali-kali bukanlah seorang pezina.”

Ayat ini menjelaskan, sangat sulit dipercaya kalau seorang anak itu pezina sedangkan saudaranya, ayahnya dan ibunya adalah orang baik-baik.

Anak-anak yang lahir dan besar dari keluarga yang baik – terlebih lagi ibunya, sedikit saja memberi sentuhan pendidikan yang baik, akan memberikan pengaruh yang sangat baik dan optimal. Sebagaimana tanah yang baik, sedikit saja terkena siraman air, itu sudah lebih dari cukup untuk tanaman.

Sebaliknya anak-anak yang lahir dan besar dari keluarga jauh dari lingkungan agama, terlebih lagi ibunya juga tidak paham agama. Maka, sulit diharapkan anak-anaknya menjadi anak yang taat kepada Allah. Bisa saja, untuk mendapatkan atau ingin menjadikan anak-anak mereka yang shalih, maka mereka mengirimkan anak-anaknya ke pondok-pondok pesantrin.

Namun, jika kehidupan orangtuanya jauh dari agama dan di rumah tidak ada amalan agama, maka sangat sulit diharapkan anak-anaknya menjadi anak yang shalih, walaupun itu tidak menutup kemungkinan menjadi anak yang shalih karena ia berlajar di pondok yang berbasis agama, namun, ia akan merasakan kesusahan dan kesulitan amalkan agama karena orang tua mereka jauh dari agama.
Hal ini, dapat kita lihat anak-anak yang mendapat hidayah, namun keluarga mereka belum mendapat hidayah. Betapa sulitnya mereka amalkan agama. Jika dia kuat, maka dia bertahan walaupun dengan segala kesusahannya, sebaliknya dia imannya tidak kuat, maka dia akan tumbang sebagaimana tanaman yang mati.

Begitulah hikmah yang kita dapatkan dari ujung ayat 28, “dan tanah yang tidak subur, tanaman-tanamannya hanya tumbuh merana.”

Ukhti, di manakah dirimu? Mereka ada generasi masa depan, tapi semuanya tergantung pada kita? Sudahkah menjadi ‘tanah yang baik’ buat anak-anak kita?






[1]  Ibnu Majah, Dailami – Cerdas ala Rasulullah. 

وَالْبَلَدُ الطَّيِّبُ يَخْرُجُ نَبَاتُهُ و بِإِذْنِ رَبِّهِ ي ، وَالَّذِي خَبُثَ لَايَـخْرُجُ إِلَّا نَكِدًا ، كَذَالِكَ نُصَرِّفُ الْأٰيٰ...
El Nurien
Cahaya Akhwat

Hubungan Al-Qur'an dengan Hati



Sedikit bercerita, tentang perjalanan saya bersama teman-teman ke India. Alhamdulillah, satu rombongan ada enam dan satu orang yang bisa bahasa Inggris dan Arab. Sedangkan saya pribadi tidak memiliki kemampuan berkomunikasi dengan dua bahasa tersebut.

Hari pertama di New Delhi, saya cukup bersemangat belajar dan berkumpul dengan orang-orang dari berbagai belahan dunia, yang pada umumnya dengan menggunakan dua bahasa tersebut. Walaupun saya tidak bisa bicara dua bahasa itu, tapi sedikit-sedikit bisa memahami mereka, itulah yang membuat saya bersemangat, dengan harapan saya pun bisa bicara.

Hari ke empat kami berangkat ke Kolkata, naik kereta api dengan perjalanan sekitar 17 jam. Jauhnya perjalanan, lelahnya tubuh dan perbedaan cuaca membuatku sakit-sakitan. Mulai sanalah,  semangat saya belajar bahasa mulai melemah.

Seiring perjalanan waktu, saya masih kesulitan berbicara. Di sinilah, ternyata dalam percakapan, tidak hanya bermodalkan kepahaman bahasa tapi juga kecakapan dalam berbicara. Dan kecakapan itulah yang belum saya miliki.

Dalam hal ini, saya tidak terlalu mempermasalahkan, karena toh masih ada teman-teman yang lebih cakap dalam berbicara dan saya biasanya hanya pasang senyum, walaupun tamu yang kadang ratusan lebih.

Tapi tidak ketika kami kembali ke New Delhi. Pulang dari Kolkata ke New Delhi, dua orang teman kami balik lagi ke Indonesia. Tinggal kami berempat, dan dua orang sakit. Tinggal saya dan satu teman yang bisa berbahasa Inggris dan Arab yang bisa diharapkan.

Tiba di sebuah rumah di New Delhi, tuan rumahnya tidak bisa berbahasa Inggris, dan anak-anaknya juga tidak pandai berbahasa Inggris. Anak-anaknya paham, tapi tak bisa mengucapkan, sama seperti saya. Beruntungnya di sana ada seorang ‘alimah yang bisa berbahasa Arab, sehingga  bisa dijadikan penyambung lisan ke orang tempatan.

Saatnya kami berhadapan dengan orang (perempuan) banyak dan mereka menanti pembicaraan kami. Ya Allah, tega nian kalau saya membiarkan teman saya bergerak sendirian!!. Tapi bagaimana caranya saya bisa membantu? Saya tidak bisa berbahasa harap Arab! Biasanya saya hanya duduk di dekatnya, dan sewaktu saya bisa membantu/mengingatkannya kalau dia lupa atau belum paham. Tapi kali ini, sepertinya dia kehabisan materi dan kelelahan. Sedangkan mata-mata tamu telah menanti!
Akhirnya, dengan berbekal hafalan seadanya saya berbicara. Pada awalnya saya hanya menyampaikan hadits dan ayat-ayat pendek, agar penerjemah mengerti. Kadang saya kasih sedikit “ramuan”, yang racik juga dari Al-Qur’an dan Hadits.

Tapi lama kelamaan materi harus berkembang, dan tak mungkin saya bisa “meracik secepat kilat” atau berbicara sambil mengingat-ngingat kosa kata. Akhirnya saya hanya bisa menyampaikan ayat-ayat Al-Qur’an, dan saya mulai ragu apakah dia (penerjemah) mengerti apa yang saya ucapkan.

Dia memang bisa berbahasa Arab, tapi belum tentu mengerti bahasa Al-Qur’an. Memang Al-Qur’an bahasa Arab, tapi Al-Qur’an tidak bisa dipahami hanya bermodalkan bahasa Arab (setidaknya perlu mempelajari tafsirnya). Seandainya Al-Qur’an bisa dipahami dengan hanya bermodalkan bahasa Arab, maka saya kira hampir seluruh Arab akan beriman, tapi kenyataannya tidak.

Mereka mungkin bisa paham secara harfiah, tapi belum tentu mengerti kandungan ayat-ayat Al-Qur’an.

Di sinilah saya mulai ragu, tapi saya harus berbicara. Saya mulai membaca beberapa ayat dari surah Hud. Ayat-ayat yang menceritakan Nuh merayu anaknya agar naik ke perahu. Saya membacanya dengan pikiran gamang, tapi kandungannya perlehan membuat hati saya pilu, hingga akhirnya ucapan saya tercekat.

Gambaran kondisi Nuh dengan anaknya muncul di benak saya. Saya tak bisa membayangkan bagaimana perasaan Nuh saat itu. Anaknya tidak beriman, tidak mengikuti da’wahnya dan mereka terpisah oleh gelombang, dan dengan matanya sendiri, Nuh melihat anaknya tenggelam bersama orang-orang zalim. Sezalim zalim orang tua, pasti hancur melihat anaknya naas digulung ombak, apalagi Nuh, Nabi Allah, yang mempunyai keimanan tinggi dan hati yang sangat lembut.

Di tenggorokan saya seakan ada menggumpal, dan tak mampu membaca ayat selanjutnya, tapi pada saat itu saya lihat penerjemehpun juga seperti tercekat tenggorokannya. Saya lihat, dia menelan ludah yang seakan-akan berat baginya. Di sanalah saya bisa bernafas lega. Dia memahami apa yang saya ucapkan.

Dari situlah saya mengambil pelajaran; bacaan Al-Qur’an akan sambung ke hati jika kita membacanya dengan hati. Walaupun kita membacanya tanpa lantunan yang merdu.
Kita pasti pernah mengalami; hati kita terharu ketika mendengar murattal yang dilantunkan para imam hafiz. Lantunannya memang bagus dan suaranya juga merdu, tapi yang paling mendasar, mereka membacanya dengan hati. Hati kita pun hancur, jika mereka membacanya sambil menangis, walaupun sebenarnya kita tidak begitu paham.

Sebaliknya, walaupun ayat-ayat Al-Qur’an dilantunkan dengan suara yang merdu dan fasih, namun jika kita membaca tanpa dengan hati yang tawajuh (pemahaman) maka tidak akan menimbulkan kesan dalam hati.


Pelajaran yang dapat diambil; penting bagi mempelajari kandungan isi Al-Qur’an, agar kita paham apa yang kita baca dan masuk ke dalam hati kita. Membaca Al-Qur’an dengan kepahaman,  tidak hanya akan mendatangkan pahala tapi juga hidayah bagi kita sendiri juga bagi yang mendengarkan. Insya Allah. Ingatlah, Al-Qur'an surat cinta dari Allah untuk kita, rugi bila kita tidak memahaminya!

Sedikit bercerita, tentang perjalanan saya bersama teman-teman ke India. Alhamdulillah, satu rombongan ada enam dan satu orang yang ...
El Nurien
Cahaya Akhwat

Makna Jihad & Introspeksi Keimanan Diri



Asssalamualaikum Wr. Wb

Di akhir zaman seperti saat ini kita telah banyak merasakan bagaimana sulitnya mempertahankan keimanan. Fitnah semakin banyak ditujukan pada Islam, banyak orang yang mempelajari Islam tetapi akhirnya digunakan untuk menjatuhkan Islam itu sendiri. Seperti kejadian yang sedang ramai beberpa hari belakangan ini. Issue terorisme sudah bukanlah fitnah baru bagi dunia islam. Umat pun telah bosan setiap dijejali modus yang sama setiap tahunnya. Terlepas dari agama apa yang dianut oleh pelaku teroris tetap saja Islam bukanlah agama teroris!

Tidak ada ajaran Islam yang memerintahkan untuk membunuh sesama umat manusia. Bahkan Islam sangat mendahulukan akhlak yang baik bagi seluruh umatnya. Islam mengajarkan kita bagaimana caranya mementingkan ikramul muslimin atau memuliakan sesama muslim, menghargai dengan tidak saling mengganggu antar umat beragama.

Kekuasaan dan ketamakanlah yang menjadikan Islam sebagai kambing hitam. Dan, semakin lama hal itu semakin tidak mempan. Umat semakin pintar menyikapi segala fitnah yang ditujukan. Semakin banyak fitnah yang disebar maka semakin berkembanglah ajaran islam.
Menghubung-hubungkan Islam dengan kegiatan terorisme adalah suatu kesalahan. Sebagai contoh pertunjukan aksi terorisme di Sarinah kemarin. Pelaku sama sekali tidak menggunakan atribut keislaman jadi tidak ada alasan lagi untuk menghubung-hubungkan bahwa seseorang berpenampilan berjubah syar’i, berjenggot dan bercelana cingkrang identik dengan pelaku terorisme.

Bagi umat Islam saat ini, sangatlah penting untuk memperdalam keislaman diri sendiri. jangan sampai kehilangan suatu kebanggan dalam beragama Islam hanya karena fitnah yang dilancarkan secara bertubi-tubi. Perbanyak bacaan tentang keislaman dan juga mendekati ulama dalam keseharian disertai dengan memperbanyak sholat sunnah setelah melaksanakan sholat lima waktu dan semakin sering bertilawah tentu saja akan menjadikan diri kita berada dalam bimbingan dan juga lindungan Allah SWT.

Peduli dengan keimanan diri sendiri itu sangatlah penting. Kuatkan pondasi dalam diri hingga dapat melawan fitnah dengan cara elegan tanpa harus terpancing dan terprovokasi. Negara Indonesia bukanlah negara yang berada dalam keadaan perang, membuat kita semakin bersyukur dan berkewajiban untuk semakin mempelajari keislaman sebagai benteng diri sendiri agar tidak mudah terhasut dan juga termakan doktrin yang mengatasnamakan jihad sebagai kedok untuk melancarkan fitnah terhadap Islam sendiri atau pun untuk tujuan lain yang tidak sesuai dengan syariat. Jangan sampai kita sebagai umat Islam tidak mengenali ajaran Islam itu sendiri. 



Jihad adalah sebuah kewajiban bagi umat Islam. Tetapi jika dalam keadaan berperang. Saat ini apakah Indonesia sedang dalam keadaan perang? Tentu saja tidak. Jihad teramat penting saat ini adalah jihad melawan hawa nafsu dunia yang semakin lama semakin menggerogoti diri kita, membuat diri kita malas untuk belajar agama. Malas untuk mengerjakan kewajiban sebagai seorang hamba, malas membasahi lidah kita dengan zikrullah yang kedudukannya jauh lebih tinggi daripada jihad itu sendiri.

Dari Jabir bin Abdullah r.huma meriwayatkan bahwa Nabi SAW bersabda, “Tidak ada satu amal yang dilakukan oleh manusia yang lebih menyelamatkan dirinya dari adzab Allah SWT selain dzikrullah.” Beliau ditanya, “bukan jihad fii sabilillah?” Beliau menjawab, “Bukan jihad fii sabilillah, kecuali seseorang yang menyerang (dengan gagah beraninya dalam sebuah pertempuran) sehingga pedangnya patah.” (Hr. Tabharani dalam ash Shagiir dan Al Ausath, dan para perawinya shahih – Majma’uz Zawaid X/71).   

Sebagai umat Islam sendiri ada baiknya pula kita melakukan instropeksi diri. Adakah amalan kita telah melebihi kelalaian yang kita perbuat sehari-hari? Semoga kita dapat memperbaiki segala amalan dan juga terhindar dari segala macam fitnah dunia ini.

Wassalamualaikum Wr.Wb.

Asssalamualaikum Wr. Wb Di akhir zaman seperti saat ini kita telah banyak merasakan bagaimana sulitnya mempertahankan keimanan...
ahliah citra
Cahaya Akhwat

Bobo Cantik, Mendatangkan Pahala?

Bobo Cantik, Dapat Pahala?


Bobo cantik, mendatangkan pahala?

Bobo cantik / sleeping beauty kerap terdengar di kalangan wanita, dari anak-anak sampai dewasa. Bahkan ada yang mempublish foto tidurnya di instagram, sehinga menuai ribuan pujian dari pengguna maya.
Untuk akhwat yang mencari rida Allah, bobo cantik juga sangat penting diaplikasikan, tapi bukan mencari ribuan pujian dari orang-orang, melainkan hanya demi mencari rida Allah.
Berikut beberapa tips bobo cantik yang mendatangkan ampunan, pahala dari Allah Subhanallahu wata’ala,menyehatkan dan menyuburkan cinta (bagi yang sudah menikah).

1.      Bersihkan mulut.

“Siwak adalah pembersih mulut dan mendatangkan keridaan Allah.” (H.r. Nasa’i, dari Aisyah Radhiyallahu ‘anha)

2.      Bersihkan wajah dan berwudhu.

Bersihkan wajah dari make up dan kotoran dengan berwudhu. Karena pada saat tidur terjadi regenerasi kulit, sehingga wajah menjadi lebih cantik dan awet muda.

Berwudu sebelum tidur akan mendapatkan doanya para malaikat dan doa malaikat makbul.
“Barang siapa tidur dalam keadaan suci, maka malaikat selalu berada di dekatnya dan tidaklah ia terjaga kecuali malaikat berdoa; “Ya Allah, ampunilah hamba-Mu karena ia tidur dalam keadaan suci /berwudhu (selama ia tidur, malaikat akan terus mendoakannya.” (Hr. Ibnu Hibban, dari Ibnu Umar Radhiyallahu ‘anhu )

Gunakan pelembab atau krim malam, agar penyerapan nutrisi oleh kulit menjadi lebih optimal.

3.      Bersihkan tempat tidur

Pastikan alas tidur dalam keadaan bersih, supaya kita tidak terpapar kuman dan bakteri, terhindar dari gigitan binatang-binatang yang mungkin tidak kita lihat atau benda-benda kecil yang tajam seperti jarum dan silet.

“Jika salah salah seorang dari kalian akan tidur, hendaklah ia mengambil potongan kain dan mengibaskan tempat tidurnya dengan kain tersebut sambil mengucapkan ‘bismillah’ karena ia tidak tau apa yang terjadi sepeninggalnya tadi.” (H.r. Bukhari)

Gunakan sprei dan alas bantal dan guling yang lembut dan wangi, sehingga saat kita bersentuhan kulit dan penciuman kita merasa nyaman, terutama bagi yang memiliki pasangan.

Tempat tidur yang bersih, nyaman dan wangi, insya Allah menambah kecintaan pasangan.

4.      Berbaring ke kanan.

“Jika kamu mendatangi tempat tidurmu, maka wudhulah seperti wudhu shalat, lalu berbaringlah pada sisi kanan badanmu.”(H.r. Bukhari dan Muslim, dari Barra bin ‘Azib Radhiyallahu ‘anha)

Ibnu Qayyim berkata, “Tidur pada sisi kanan dianjurkan dalam Islam agar seseorang tidak kesusahan untuk bangun shalat malam. Tidur pada sisi kanan lebih bermanfaat pada jantung, sedangkan tidur pada sisi kiri berguna bagi badan namun membuat seseorang malas.”

Tidur pada sisi kanan akan membuat tidur lebih berkualitas sehingga baik kesehatan dan membuat proses regenerasi kulit lebih optimal.

5.      Tidurlah lebih awal

Ibnu Baththol menjelaskan, “Nabi Shalallahu ‘alaihi wasallam tidak suka begadang setelah shalat Isya karena beliau sangat ingin melaksanakan shalat malam dan kawatir jika sampai luput dari shalat Subuh berjamaah.
Umar bin Khattab Radhiyallahu ‘anhu  sampai-sampai pernah memukul orang yang begadang setelah shalat Isya dan berkata, “Apakah kalian sekarang begadang di awal malam, dan akhir malam tertidur lelap.” (Syarah Bukhari, Ibnu Baththol)

Selain itu, begadang memicu peningkatan berat badan, kulit kusam dan mata panda.  Karena itu, tidurlah lebih awal karena bisa shalat tahajud (disertai dengan niat dan keinginan tentunya) dan bisa merasakan udara  yang sejuk di akhir malam.

6.      Amalkan doa-doa masnunah

“Bila Nabi Shallallahu ‘alaihi wasallam akan tidur pada waktu malam, maka beliau meletakkan tangannya di bawah pipinya, kemudian berdoa ‘Allahumma bismika amuutu wa ahyaa’
أللهُمَّ بِاسْمِكَ أَمُوتُ وَأَحْيَا
Dan apabila bangun dari tidur, beliau mengucapkan : ‘Alhamdulillahi lladzi ahyaanaa ba’da maa amaatanaa wa ‘laihin nusyuur’.
ألْحَمْدُ لِلّٰهِ الَّذِي أحْيَانَا بَعْدَ مَا أَمَا تَنَا وَإِلَيْهِ النُّشُورُ
(H.r. Bukhari, dari Hudzaifah)

“Nabi Shallallahu ‘alaihi wasallam jika hendak tidur pada pada setiap malam, beliau mengumpulkan kedua telapak tangannya, lalu membaca, ‘Qul huwallahu ahad, Qul a’udzu birabbil falaq dan Qul a’udzu birabbinnas.’ Lalu meniupkan ke keduanya, kemudian mengusapkan ke seluruh badannya yang beliau mampu. Dimulai dari kepala dan wajahnya, kemudiam bagian depan dari anggota badannya. Beliau mengulangi sampai tiga kali.”(H.r. Abu Dawud, dari Aisyah Radhiyallahu ‘anha)

Membaca ayat qursyi, tasbih Fatimah (subhanallah 33x, Alhamdulillah 33x, Allahu akbar 34x) dan sayyidul istighfar [i]

7.      Matikan lampu saat tidur.

“Tutuplah tempat air kalian, pintu rumah dan matikan lampu-lampu karena bisa jadi tikus akan menarik sumbu lampu sehingga mengakibatkan kebakaran yang menimpa para penghuni rumah.” (H.r. Bukhari, dari Jabir bin Abdullah Radhiyallahu ‘anhu)

“Janganlah kamu biarkan api di rumah ketika kamu tidur.” (H.r. Bukhari dan Muslim, dari Ibnu Umar Radhiyallahu ‘anhu.)

Sebagian orang berpendapat, hadits di atas khusus untuk api (lentera), bukan lampu listrik pada zaman sekarang ini. Berlepas penjelasan hadits itu apakah khusus untuk lentera atau termasuk lampu listrik, ternyata mematikan lampu saat tidur memberi banyak manfaat bagi kesehatan.
a.       Lebih cepat terlelap tidur, sehingga tidur lebih optimal
b.      Tubuh akan menghasilkan hormone melatonin yang berfungsi sebagai kekebalan tubuh terhadap penyakit
c.       Meningkatkan kinerja otak dan mengoptimalkan proses regenerasi kulit
d.      Mengurangi lemak dan menghindarkan dari resiko kegemukan.

Khusus akhwat yang sudah mempunyai pasangan;

8.      Meminta keridaan suami (bagi yang belum menikah, keridaan orang tua). Cium tangannya dan memohon maaf atas keterbatasan dalam melayaninya ataupun ada kata-kata yang menyakitkan hatinya. Jika ada masalah/perselisihan, cepat selesaikan. Perselisihan akan membuat suasana kamar tidak nyaman dan tidur tidak nyenyak. Berbesar hatilah untuk memulai meminta maaf, walaupun kamu merasa  tidak bersalah. Bermusyawarahlah untuk menyelesaikan setiap masalah.

“Lihatlah selalu di mana dirimu dari suamimu. Sesuangguhnya ia (suamimu) adalah surga ataupun nerakamu.” (H.r. Thabrani)
9.      Berhias dan pastikan badan dalam keadaan wangi. Jadi sangat  dianjurkan, akhwat tidak memakai masker wajah atau apapun yang mengganggu di saat suami ada di sisi.

10.  Pilih pakaian yang lembut, bagus dan menyenangkan suami.

“Tidaklah seorang mukmin lebih mengambil manfaat setelah ketaqwaan kepada Allah Subhanahu wata’ala yang baik baginya dari pada istri yang shalihah. Jika diperintah ia taat, jika suaminya memandangnya menyenangkan, jika suaminya bersumpah ia memenuhinya dan jika suaminya tidak ada, ia menjaga diri dan hartanya.” (H.r. Ibnu Majah, dari Abu Umamah Radhiyallahu ‘anhu)

Sekian tips-tips dari cahayaakhwat untuk mendapatkan bobo cantik yang mendapatkan rida dan pahala dari Allah, serta untuk menambah cinta dalam rumah tangga. Kita niat amalkan dan sampaikan, insya Allah.












[i]Masih banyak doa-doa yang lain. buka buku yang membahas adab dan doa-doa tidur.

Bobo cantik, mendatangkan pahala? Bobo cantik / sleeping beauty kerap terdengar di kalangan wanita, dari anak-anak sampai dewasa....
El Nurien
Cahaya Akhwat

Mengajarkan Al-Qur'an Pada Anak Adalah Investasi Cerdas Bagi Orang Tua


Mengajarkan Al-Qur'an Pada Anak Adalah Investasi Cerdas Orang Tua
sumber gambar



Assalamualaikum Wr. Wb.

Keluarga bahagia adalah keluarga yang mampu menerapkan kehidupan beragama dalam kehidupannya. Sebagai keluarga muslim tentu saja hal ini menjadi kewajiban bagi kita. Menjalankan semua kegiatan sehari-hari harus diikuti aturan kewajiban atau juga sunnah yang telah ditetapkan. Orang tua tentu menginginkan yang terbaik untuk anak-anaknya. Mendidik mereka sesuai dengan yang Rasulullah ajarkan dan juga yang tertulis dalam Al-Qur’an.

Anak adalah investasi terbesar bagi orang tua. Baik itu untuk di dunia dan juga di akhirat. Orang tua dapat dengan mudah masuk dalam neraka jika tidak menerapkan ilmu agama kepada anak-anaknya sehingga mereka tidak menunaikan kewajiban yang telah Allah SWT perintahkan. Begitu pula sebaliknya, orang tua akan mendapatkan kebahagiaan dunia akhirat jika mampu mendidik anak secara agama. Dan, Allah SWT akan memberika mahkota terindah pada orang tua yang telah mendidik anak-anaknya menjadi penghafal Al-Qur’an.

Mengenalkan Al-Qur’an kepada anak harus dilakukan sejak usia dini. Dimulai dari doa-doa harian hingga bacaan-bacaan salat yang akan menjadi kewajiban mutlak saat anak memasuki masa baligh. Allah SWT telah berjanji menjaga kesucian Al-Qur’an hingga kiamat tiba. Untuk itulah Al-Qur’an sangat mudah dipelajari hingga dihafal bagi orang-orang yang mencintainya.

Sejak wafatnya Rasulullah SAW, telah banyak sudah banyak orang yang mengaku sebagai nabi pengganti. Salah satunya Musailamah Al-Kadzdzab. Hal ini membuat banyak umat yang berpaling dan kembali ke agama sebelumnya. Khalifah pertama saat itu yaitu Sayyidina Abu Bakar Ash- Shidiq      r.a  tidak dapat membiarkan hal ini terjadi dan akhirnya memutuskan untuk memeranginya. Pasukan yang dipimpin oleh Khalifah Sayyidina Abu Bakar Ash- Shidiq r.a diberikan kemenangan oleh Allah SWT, tetapi peristiwa ini membuat jamaah besar yang terdiri dari para Sahabat Nabi dan juga para penghafal Al-Qur’an syahid dalam medan perang.

Khalifah Abu Bakar Ash-Shidiq r.a  mendapat desakan dari Sahabat Nabi yaitu Sayyidina Umar Bin Khatab r.a. untuk mengumpulkan Al-Qur’an. Saat itu Al-Qur’an berada dalam ingatan-ingatan para Sahabat Nabi, ayat-ayat terpisah dan ditulis dengan alat seadanya dan yang pasti terpencar dalam dada dan ingatan umat saat itu.Umat yang dengan sigap akan turut serta maju dalam medan pertempuran jika dibutuhkan melawan musuh-musuh Islam saat itu. Sayyidina Umar Bin Khatab r.a khawatir banyak bagian Al-Qur’an yang akan hilang nantinya. Walau pun awalnya khalifah Abu Bakar Ash Shidiq menolak dengan alasan hal ini tidak dilakukan oleh Rasulullah SAW, tetapi melihat kondisi di lapangan saat itu beliau pun menyetujuinya.

Terpilihlah seorang pemuda yang mengusai ilmu dibidang fatwa hukum, faraidh dan juga ilmu qiraat, yaitu Sayyidina Zaid bin Tsabit r.a. Mendengar tugas yang diberikan kepadanya awalnya beliau menolak. Bahkan lebih memilih memindahkan gunung seandainya diberi pilihan padanya. Karena tugas itu merupakan tugas yang teramat berat baginya. Namun, setelah memohon petunjuk kepada Allah SWT, Sayyidina Zaid bin Tsabit r.a setuju mengerjakannya.

Dengan segala kehati-hatian Sayyidina Zaid bin Tsabit mengumpulkan Al-Qur’an sambil terus meminta bimbingan Allah SWT. Al Qur’an yang tertulis pada saat Rasulullah SAW masih hidup saja yang ia kumpulkan, lalu mencocokkannya dengan hafalan-hafalan yang miliki oleh para Sahabat Nabi yang setia.
Dengan usaha yang gigih Sayyidina Zaid bin Tsabit r.a didampingi oleh Sayyidina Ubay bin Ka’ab r.a  yang mendapatkan gelar orang paling mahir dalam menghafal Al-Qur’an oleh Rasulullah SAW saat masih hidup.
Dan,kini kita dapat menikmati mukzizat yang telah Allah SAW berikan kepada Rasulullah SAW dengan mudah.

Tapi, sayangnya kecintaan umat terhadap Al-Qur’an saat ini sungguh dipertanyakan. Kesibukan dunia selalu saja membuat manusia menjauh dari Al-Qur’an. Tentu saja kita harus waspada dan jangan sampai terlena.

Ada banyak cara yang dapat kita terapkan untuk diri sendiri dan juga untuk mendidik anak-anak agar cinta terhadap Al-Qur’an, seperti:

~ Memahami betul bahwa Al Qur’an adalah sebaik-baiknya bacaan, penuntun dan pemberi keselamatan dan juga kebagiaan kita baik di dunia dan akhirat.

~ Menyediakan waktu minimal satu jam untuk belajar, membaca, menghafal dan juga mengulang hafalan Al-Qur’an secara perlahan.

~ Membaca kisah-kisah Sahabat Nabi yang begitu semangat dalam mempelajari Al-Qur’an hingga kita dapat ikut termotivasi dalam mendalami Al-Qur’an.

~ Membaca arti dan juga tafsir Al-Qur’an agar kita paham dan dapat menerapkan kandungan yang berada di dalamnya.

Dengan seringnya bercengkrama dengan Al-Qur’an, maka dengan sendirinya kecintaan kita akan tumbuh. Sehingga kita dapat menerapkan kehidupan berkeluarga sesuai dengan yang diajarkan dalam Al-Qur’an.

Wassalamualaikum Wr. Wb.

        

sumber gambar Assalamualaikum Wr. Wb. Keluarga bahagia adalah keluarga yang mampu menerapkan kehidupan beragama dalam kehidup...
ahliah citra
Cahaya Akhwat

YUK, MENJADI AKHWAT YANG PINTAR.


Yuk, Jad Akhwat Yang Pintar

Assalamualaikum Wr. Wb.

Menjadi seorang akhwat itu adalah  sebuah anugerah. Mendapatkan kecantikan dan juga diberi sikap penuh kelembutan. Kecantikan dan keanggunan seorang akhwat tentu bukan saja hanya dinilai dari penampilan. Jangan puas hanya menjadi cantik, tetapi jadikanlah dirimu juga cerdas. Karena kecantikan tanpa kecerdasan tentu saja hanya akan  mendatang fitnah bagi pemiliknya.
Untuk itu, sebagai akhwat wajib hukumnya untuk menuntut ilmu. Karena jika tiba saatnya seorang akhwat tentu saja akan mterjun ke dalam kehidupan berumah tangga yang akan mendapatkan tugas yang paling utama yaitu mendidik anak-anaknya sebagai generasi penerus Rasulullah SAW.
Kedudukan ilmu sangatlah penting di dunia ini, seperti pesan yang disampaikan oleh Rasulullah SAW dalam beberapa hadist.

Hadis Menuntut Ilmu


Dari Abu Umamah Al Bahili r.a berkata, Rasulullah SAW bersabda “Hai manusia, tuntutlah ilmu sebelum ilmu itu ditarik juga sebelum ilmu itu diangkat.” (HR. Ahmad V/266)

Lalu, ilmu apa yang paling penting untuk dikuasai oleh seorang akhwat?
Hadis Menuntut Ilmu


Dari Abdullah r.a berkata, Rasulullah SAW bersabda, “belajarlah Al-Qur’an dan ajarkanlah kepada orang lain; pelajarilah ilmu dan ajarkanlah kepada orang lain; perkara-perkara yang fardu dan ajarkanlah kepada orang lain, karena aku adalah manusia yang akan ditarik dari dunnia ini (wafat), dan sesungguhnya ilmu pengetahuan juga akan segera diangkat, sehingga (suatu saat nanti) dua orang akan berselisih (tidak sependapat) tentang perkara yang fardhu (karena kurang pengetahuan), sedangkan tidak ada seorang pun yang memberitahukan secara benar kepada keduanya tentang perkara fardhu tersebut.” (HR. Baihaqi dalam Syu’abul  Iimaan II/255)

Dengan menjadi akhwat yang pintar tentu saja kita dapat menjadikan dunia ini kendaraan bagi kita menuju akhirat. Menjadi akhwat yang pintar mewajibkan kita untuk terus menuntut ilmu dan terus belajar, baik itu dari sebuah bacaan atau pun dari proses kehidupan. Perkembangan zaman seperti saat ini jangan sampai mebuat kita terlena. Belajar tentu saja bukan hanya dilakukan di belakang meja saat sekolah atau kuliah. Manfaatkan segala teknologi yang ada. Misalnya, koneksi internet dapat membantu kita menambah ilmu yang bermanfaat. Perbanyaklah pemberian nutrisi pada otak kita dengan informasi-informasi yang berguna, hal ini tentu saja jauh lebih bermanfaat dari pada stalking Status Facebook orang yang membicarakan hal-hal yang tidak penting.

Jangan pernah bosan untuk berbagi ilmu yang telah didapatkan. Jika kita mengajarkan ilmua yang bermanfaat pada orang lain, dan orang itu melaksanakannya, tentu saja kita mendapatkan pahala yang sama dengan orang yang telah kita ajarkan tanpa mengurangi pahala yang Allah SWT berikan padanya. Selain itu, dengan mengajarkan ilmu bermanfaat kepad orang lain, kita sendiri juga akan semakin menghafal ilmu tersebut karen kita mengulang materi dengan sendirinya.

Menjadi akhwat pintar itu wajib!

Wassalamualaikum Wr. Wb

Assalamualaikum Wr. Wb. Menjadi seorang akhwat itu adalah   sebuah anugerah. Mendapatkan kecantikan dan juga diberi sikap penuh k...
ahliah citra