Menu
Cahaya Akhwat

BAGAIMANA KEDEKATANMU DENGAN ALLAH?



“Dan mohonlah pertolongan (kepada Allah) dengan sabar dan shalat. Dan sungguh (shalat) itu berat kecuali orang khusyuk.”
(Al-Baqarah : 45)

Pada ayat 153 kembali disinggung, perintah memohon pertolongan dengan sabar dan shalat, hanya saja ayat 153 lebih spesifik, ditujukan kepada orang-orang beriman.
“Wahai orang-orang beriman! Mohonlah pertolongan Allah dengan sabar dan shalat. Sungguh, Allah bersama orang-orang yang sabar.” (Q.s. Al-Baqarah : 153)

Permisalan kita mempunyai beberapa anak. Ada kala kita membuat peraturan kepada seluruh anak, dan ada kalanya hanya kepada anak-anak tertentu, misalnya kepada anak tertua. Kewajiban ditujukan hanya kepada anak tertua bukan berarti pilih kasih, akan tetapi, dikarenakan hanya anak tertualah yang mampu mengembannya. Dan setiap peraturan yang kita tetapkan, pasti sudah merupakan kebijakan dan akan berakibat buruk apabila peraturan tersebut tidak dilaksanakan.

“Mintalah pertolongan Allah dengan sabar.”


Sabar merupakan tarbiyah untuk pembentukan pribadi yang berkarakter mulia, sedangkan shalat merupakan nilai pentauhidan kepada Allah.

Sabar merupakan salah satu kunci kebahagiaan hidup. Sabar dalam menyikapi setiap cobaan yang menghadang. Dengan sabar, perlahan jalan penyelesaian akan terbuka. Dengan sabar inilah, nampaklah kekokohan seorang mukmin sejati.

“Dan shalat.”  Dengan shalat inilah yang paling sulit bagi kebanyakan orang muslim. Di dalam ayat 45 pun sudah disinggung, bahwa itu berat kecuali orang-orang yang khusyuk.
Carilah pertolongan Allah dengan sabar dan shalat, kalimat yang sering kita dengar. Namun, masih saja sulit bagi kita untuk melaksanakannya. Selama ini mungkin kita berasumsi, “Bagaimanalah shalat kita. Shalat kita masih belum khusyuk dan sempurna  mana mungkin bisa mendatangkan pertolongan Allah atau mana mungkin mendatangkan keajaiban.”

Sungguh, pemikiran seperti ini telah membatasi gerak kita. Dan memang sebenarnya bukan maksud ini ayat ini diturunkan. Shalat bukanlah kalimat sim salabim di dunia dongeng yang akan mendatangkan apa saja.

Di analogikan begini. Ketika kita mempunyai masalah, siapa orang yang pertama yang diingat? PASTI ORANG YANG KITA CINTAI DAN PERCAYAI mampu  membantu kita. Entah orang tua, pasangan hidup ataupun teman.

Namun bagaimana jika mereka tidak di dekat kita, sedangkan kita  sangat membutuhkan bantuan mereka, setidaknya mengeluarkan semua sesak di dada? Maka, selama jarak orang tersebut dapat kita jangkau, kita akan mendatangi mereka.

Padahal, Allah lebih dekat dengan kita dan terbuka setiap saat dengan keadaan. Ketika kita punya masalah, lalu yang diingat adalah orang-orang yang kita cintai, secara tidak langsung kita me-nomor sekiankan Allah di hati. Ketika kita mempunyai masalah, kita datang kepada orang kita percaya, secara tidak langsung kita BELUM SEUTUHNYA mempercayai Allah.


Di sinilah letak kezaliman kita kepada Maha Pencipta. Jadi substansi shalat bukanlah “TONGKAT AJAIB”, tetapi shalat merupakan sarana hubungan antara seorang hamba dengan pencipta. Semakin intens pertemuannya, maka semakin dekatlah hubungan keduanya.

Dan memang sudah dijelaskan pada ayat 45, “kecuali orang-orang khusyuk” bagi khsyuk dalam shalat, atau khusyuk dalam keimanan. Setidaknya khusyuk dalam keimanan, akan mengindikasi kepada khusyuk dalam shalatnya. Hal ini telah dibuktikan oleh para sahabat Radhiyallahu ‘anhum.

Seperti ketika Abdullah bin Ja’far melihat tanah tandusnya. Ia segera shalat dan tidak memerlukan waktu yang lama, tak jauh dari tempat sujudnya mengalirlah air. Keimanan Ibnu Ja’far yang begitu kuat, sehingga ketika melihat masalah yang ia ingat adalah Allah. Maka tak heran, shalatnya pun khusyuk dan langsung mendapatkan pertolongan Allah.

Maka, bukan tujuan utama apakah kita bisa shalat khuusyuk dan mendatangkan pertolongan Allah, yang terpenting bagaimana menjadikan ALLAH YANG PERTAMA DIINGAT DAN DIDATANGI.

Sekarang kita posisikan diri kita di posisi (maaf) “Allah”. Jika kita tau, pasangan kita mempunyai masalah, dan pertama yang ia datangi adalah orang lain, bagaimana perasaan kita? Pasti kita sangat marah, kecewa, sedih, dan merasa tak berarti karena pasangan kita lebih mempercayai orang lain.

Begitulah juga Allah. Maka disinilah terasa makna ujung ayat, “Sungguh, Allah bersama orang-orang yang sabar.” Ketika kita mendatangi Allah, maka Allah akan bersama kita dan pertolongan-Nya akan mudah turun.
Allahu a’lam.
Jadi, ketika kita punya masalah, siapa yang kita ingat dan didatangi? Jangan sampai Allah nomor sekian di hati kita. Na’udzu billah.

Ayat ini memang bukan hal yang mudah dilaksanakan bagi kita yang memiliki iman setipis bawang. Setidaknya berusahalah untuk melaksanakannya.

Mengupayakan sifat sabar dalam diri kita. Sabar dan shalat merupakan sebuah kesatuan. Tidak bisa dipisahkan sama lain. Orang yang tidak memiliki sifat sabar, mudah mengeluh, atau grasak grusuk, tidak mungkin bisa menjadikan shalat sebagai penolongnya.  Dan setelah shalat pun, kita harus sabar dalam menjalani keputusan Allah.

Tidak penting apakah shalat kita akan mendatangkan pertolongan atau tidak. Yang penting, bagaimana supaya kita bisa melaksanakan perintah dalam ayat-ayat ini. Tidak penting apakah kita memerlukan pertolongan atau tidak, yang penting bagaimana kita bisa menautkan hati kepada Allah.

Seperti Ibnu Abbas, ketika dalam suatu perjalanan, beliau mendengar salah satu Ummahatul Mukminin meninggal dunia. Ibnu Abbas turun dari hewan kendaraannya dan shalat. Beliau berkata, “Inilah perintah Allah dan tidak ada musibah yang paling besar selain meninggalnya Ummahatul Mukminin.” Ya benar, meninggalnya Ummahatul Mukminin  adalah musibah besar dan tidak mungkin kembali lagi walaupun sekaliber shalatnya para sahabat. Akan tetapi, yang terpenting bagaimana mereka bisa melaksanakan perintah Allah dan menjadikan Allah, pertamanya tempat mengadu. 


“Dan mohonlah pertolongan (kepada Allah) dengan sabar dan shalat. Dan sungguh (shalat) itu berat kecuali orang khusyuk.” (Al-Baqarah : 45) P...
El Nurien
Cahaya Akhwat

DOA KETIKA MELIHAT ORANG KENA MUSIBAH


Akhir-akhir, terlalu sering media-media yang memuat berita memiriskan. Belum hilang luka Yuyun, muncul lagi berita yang mengerikan di derita Eno. Dan masih banyak lagi kemalangan-kemalangan yang dialami remaja putri Indonesia.

Apa yang dialami oleh Yuyun dan Eno, sudah cukup membuat kita takut dan khawatir, khususnya sebagai orang tua yang mempunyai anak gadis. Jangankan membayangkan bagaimana penderitaan mereka,  membaca beritanya saja tidak berani tuntas.

Di sisi lain, ada bocah gadis yang menderita penyakit tumor, yang pasti mengudang rasa kasihan, baik kepada bocah itu, maupun kepada orang tuanya. Dan jika kita berkunjung ke rumah sakit, beragam penyakit yang diderita orang-orang akan kita temui.

Berapa hari yang lalu awan erupsi di gunung Sinabung, Sumut. Di negara lain, Di India, dikabarkan cuaca di sana sangat ekstrem, hingga mencapai  suhu 50 derajat Celcius,  sampai-sampai melumer aspal di jalanan.

Dan mungkin di sekitar kita pun, ada juga yang tertimpa musibah baik penyakit, harta maupun keluarga.

Tentu musibah-musibah seperti itu tidak ingin terjadi pada kita. Lalu apa saja yang harus kita lakukan agar musibah tersebut tidak menimpa kepada kita?
1.      Doa
Apa yang terjadi, itu semua memang sudah takdir yang Allah tetapkan. Akan tetapi, keburukan bisa ditolak dengan banyak-banyak berdoa. Berdoalah kepada Allah, supaya musibah tersebut tidak menimpa kita.

Salah satu doa yang diajarkan Rasulullah, ketika melihat musibah.

اَلْحَمْدُ الِلّٰه الَّذِي عَافَنِي مِمَّا ابْتَلَاكَ بِهِ, وَفَضَّلَنِي عَلٰى كَثِيْرٍ مِـمَّنْ خَلَقَ تَفْضِيْلًا
“Barangsiapa melihat orang terkena musibah, kemudian membaca, “Alhamdulillăhilladzĩ ăfanĩ mimmă-btalăka bihi, wafadh-dhalanĩ ‘ală katsĩrin mimman khalaqa tafdhĩlă
(Segala puji bagi Allah, yang telah membebaskanku dari musibah yang sedang menimpamu, dan memberiku karunia yang banyak atas kebanyakan manusia), maka ia akan dijaga dari musibah tersebut. Apapun jenis musibah, selama ia masih hidup.” (H.r. Tirmidzi, dari Dari Umar Radhiyallahu ‘anhu.)[1]


Ja’far Rahmatullahi ‘alaihi berkata, “Doa ini dibaca dalam hati (ketika berdekatan dengan orang yang kena musibah) dan jangan memperdengarkannya kepada yang terkena musibah, supaya tidak membuat orang terkena musibah bertambah sedih. (Tirmidz)

2.      Jangan mencela.
Hampir semua orang memiliki pemahaman, bahwa setiap kejadian, pasti ada sebab akibat. Seperti adanya pemerkosaan. Pemerkosaan terjadi kadang dikarenakan adanya budaya pacaran, mengumbar aurat, berjalantanpa mahram, keluyuran dan hal lain sebagainya. Atau adanya bencana alam disebabkan banyak kemaksiatan di tempat tersebut.
Akan tetapi, juga merupakan sebuah kesalahan jika kita mencela atau menggibah mereka. Ambil hikmahnya saja dari setiap kejadian.
“Barang siapa mencela saudaranya (muslim) atas dosanya (yang ia sudah bertaubat), maka ia tidak akan mati sebelum sebelum ia sendiri melakukan (dosa tersebut).”(Tirmidzi)

3.      Lakukan introspiksi diri dan evaluasi
Jangan habiskan waktu dengan menggunjing, apalagi mencela. Sebaiknya, kita introspiksi diri dan lakukan evaluasi untuk melakukan perbaikan. Sebaik-baik solusi adalah mencari ilmu agama dan menjalan semua perintah Allah. Baik dari segi ibadah, akhlak, maupun tata cara dalam kehidupan sehari-sehari.

4.      Doakan negeri ini dan seluruh kaum muslimin.
Banyak kriminal dan bencana terjadi di negara kita, yang mungkin disebabkan karena kemaksiatan dan sangat jauh dari nilai agama. Tetapi, bertanyalah pada diri sendiri: sudahkah kita mendoakan negeri dan pemuda-pemuda bangsa.

Dalam sehari, berapa kali kita mendoakan kaum muslimin? Ketahuilah Rasulullah mendoakan ummatnya lebih 70 kali. Maka sudah menjadi keharusan buat kita agar selalu mendoakan hidayah untuk kaum muslimin.






[1]Hadits gharib. 

Akhir-akhir, terlalu sering media-media yang memuat berita memiriskan. Belum hilang luka Yuyun, muncul lagi berita yang mengerikan di derita...
El Nurien
Cahaya Akhwat

PERHATIKAN HAL INI SEBELUM JAJAN




فَابْعَثُوا أَحَدَكُمْ بِوَرِقِكُمْ هٰذِهِ إِلَى الْمَدِيْنَةِ فَلْيَنْــظُرِ أَيُّهَا أَزْكٰىطَعَامًا فَلْيَأْتِكُمْ بِرِزْقٍ مِنْهُ وَلْيَتَلَطَّفْ وَلَايُشْعِرَنَّ بِكُمْ أَحَدًا
“… Maka suruhlah salah seorang di antara kamu untuk pergi ke kota dengan membawa uang perakmu ini, dan hendaklah dia Lihat manakah makanan yang lebih baik, Maka hendaklah ia membawa makanan itu untukmu, dan hendaklah ia berlaku lemah-lembut dan janganlah sekali-kali menceritakan halmu kepada seorangpun.” (Q.s. Al-Kahfi : 19)

 Kita garis bawahi. Makanan yang lebih baik.

Di dalam Al-Qur’an sering kita temui kalimat-kalimat yang berbeda, tetapi memiliki arti yang serupa.
Seperti : خير, طيب, أزكى yang memiliki arti serupa :  baik atau bersih.
Hanya saja, jika dicermati. Ketiga kalimat tersebut, walaupun artinya mirip tapi memiliki tempat yang berbeda-beda
خير : (baik), biasa diletakkan pada kalimat amal perbuatan
فَمَنْ يَّعْمَلْ مِثْـــقَالَ ذَرَّةٍ خَيْرًا يَّرَه
“Barangsiapa yang mengerjakan kebaikan seberat dzarrahpun, niscaya dia akan melihat (balasan)nya.” (Q.s. Al-Zalalah : 7)
طيب  : (baik) diletakkan pada kalimat yang menyinggung soal makanan
كُلُوْا مِنْ طَــيِّــبٰـــتِ مَا رَزَقْنٰكُم
“… Makanlah (makanan yang baik-baik dari rezeki yang telah kami berikan…” (Q.s Al-Baqarah :  57)
أزكى: asal kata ز ك , (bersih) seringnya diletakkan pada orang atau harta.
قَدْ أَفْلَحَ مَنْ زَكّٰهَا
“Sungguh beruntung orang yang mensucikan (jiwa itu).” (Q.s. Asy-Syams : 9)

Kembali ke ayat di atas (surah Al-Kahfi ayat 9),  
Di dalam Al-Qur’an terjemah perkata, tercantum: أَيُّهَا أَزْكٰى: Siapakah penduduk kota yang paling bersih, jadi bukan sekadar makanannya. 

Hikmah dari ayat di atas: hal penting yang harus kita perhatikan sebelum membeli makanan, salah satunya adalah perhatikan siapa pembuat makanan tersebut.
Dan ini jarang kita perhatikan. Selama ini yang sering terjadi, hanyalah teliti dalam kehalalan komposisi atau bahan makanan.

Sebelum membeli, pilihlah pembuat atau penjual makanan tersebut yang lebih saleh.
Karena kesalehan seseorang, sangat menentukan berbagai faktor dalam makanan tersebut.

Kejujuran dalam mencampur bahan: orang saleh sangat jauh dari mencampur dengan bahan yang haram dan berbahaya, kecuali karena ketidaktahuannya. Hal ini mengingatkan kita akan kisah kejujuran seorang gadis penjual susu di zaman Umar bin Khattab.
Kesucian: orang yang paham ilmu fikih, ia akan tau bagaimana caranya menbersihkan makanan. Bersih, belum tentu suci.

Hal ini mengingatkan beberapa phenomena yang sering terlihat di orang banyak, misalnya membersihkan telor. Mereka membasuh telor dengan cara merendamnya di dalam air. Setelah digosok sampai bersih, telor tersebut diangkat dan direbus, tanpa membersihkannya dengan air mengalir. Telor, sudah pasti bercampur dengan kotoran hewannya. Jika  membasuh tanpa dengan air mengalir, telor tersebut tidak suci.
Coba bayangkan bagaimana jika telor itu dimakan kita. Dan hal itu sangat sering terjadi di masyarakat awam.

Kejujuran dalam jual beli: orang saleh, sangat jauh dari praktik culas menculasi, riba dan berbagai praktek tidak halal lainnya.

Bagaimana cara mengenali seseorang, sedang jaman sekarang penampilan kadang-kadang menipu? Berjilbab tapi curang. Shalat, tapi korupsi. Dan mungkin masih banyak lagi ketimpangan yang berlaku.

Kesalehan hati, hanyalah Allah yang tau. Setidaknya lihatlah standar yang paling minimal dalam Islam. Bagi perempuan: berjilbab, shalat dan baik akhlaknya. Bagi laki-laki: shalat lima waktu istiqamah berjamaah di masjid dan akhlaknya bagus.

Semuanya kita serahkan kepada Allah, kita hanya berusaha memilih yang terbaik menurut kasat mata.

Yang paling aman adalah membuat makanan sendiri. :)




*Gambar dari antarnews.com

فَابْعَثُوا أَحَدَكُمْ بِوَرِقِكُمْ هٰذِهِ إِلَى الْمَدِيْنَةِ فَلْيَنْــظُرِ أَيُّهَا أَزْكٰى طَعَامًا فَلْيَأْتِكُمْ بِرِزْقٍ مِنْهُ وَلْي...
El Nurien
Cahaya Akhwat

NIQABIS NARSIS



Berapa hari yang lalu melihat video singkat, model iklan pakaian seorang niqabis dengan sedikit gaya model. Jujur, video ini bikin ngakak, sekaligus ingin marah. Lucu, seorang niqabis ingin membeli barang tapi bergaya modeling iklan. Tapi, juga marah karena niqabis bergaya seperti itu. Secara tidak langsung, ia telah merusak image niqabis.

Bagaimana hukumnya niqabis narsis?
.
Aku berlindung kepada Allah, menulis artikel ini disebabkan merasa malu melihat video itu. Karena kenyataannya, niqabis bukanlah wanita sempurna, tetapi hanyalah perempuan yang terus belajar dan terus berproses untuk menaati Allah secara kaffah.

Aku berlindung kepada Allah, menulis artikel ini karena merasa benar. Kenyataannya, aku masih belajar dan tak boleh berijtihad. Di sini, aku hanya menyampaikan opiniku dengan berusaha bersandar kepada Al-Qur’an, hadits dan sejarah sahabiah

“… apabila kamu meminta sesuatu (keperluan) kepada mereka (isteri- isteri Nabi), maka mintalah dari belakang tabir. cara yang demikian itu lebih suci bagi hatimu dan hati mereka. …” (Q.s. Al-Ahzab : 53)

Dari ayat ini, digambarkan bahwa batasan antara para sahabat dengan Ummahatul mukminin. Jika para sahabat ada keperluan, mereka boleh menyampaikan keperluannya di balik hijab.

Di sini, saya garis bawahi: jika ada keperluan. Itu artinya, mereka tidak saling bertemu dan para ummahatul mukminin pun tidak menampakkan diri, kecuali ada keperluan.

Ketika kondisi mengharuskan berkomunikasi, maka di sini pun ada rambu-rambunya.

Hai isteri-isteri Nabi, kamu sekalian tidaklah seperti wanita yang lain, jika kamu bertakwa. Maka janganlah kamu tunduk dalam berbicara sehingga berkeinginanlah orang yang ada penyakit dalam hatinya dan ucapkanlah Perkataan yang baik..” (Q.s. Al-Ahzab : 32)

Bahkan di dalam surah An-Nuur ayat 31
Dilarang mengundang perhatian, walaupun hanya sekadar dengan bunyi-bunyian.
“Katakanlah kepada wanita yang beriman: "Hendaklah mereka menahan pandangannya, dan kemaluannya, dan janganlah mereka menampakkan perhiasannya, kecuali yang (biasa) nampak dari padanya. dan hendaklah mereka menutupkan kain kudung kedadanya, dan janganlah menampakkan perhiasannya kecuali kepada suami mereka, atau ayah mereka, atau ayah suami mereka, atau putera-putera mereka, atau putera-putera suami mereka, atau saudara-saudara laki-laki mereka, atau putera-putera saudara lelaki mereka, atau putera-putera saudara perempuan mereka, atau wanita-wanita Islam, atau budak- budak yang mereka miliki, atau pelayan-pelayan laki-laki yang tidak mempunyai keinginan (terhadap wanita) atau anak-anak yang belum mengerti tentang aurat wanita. dan janganlah mereka memukulkan kakinyua agar diketahui perhiasan yang mereka sembunyikan. dan bertaubatlah kamu sekalian kepada Allah, Hai orang-orang yang beriman supaya kamu beruntung.

Lalu bagaimana dengan sengaja mempublish video niqabis tanpa ada keperluan penting, apalagi hanya untuk materi dengan gaya yang mengundang perhatian?
Silahkan, jawab dengan hati nurani sendiri karena saya bukan ahlinya untuk berijtihad.

Ummu, kenapa yang dibahas niqabis? Kenapa tidak membahas, mereka yang membuka aurat secara bangga?

Afwan, kita di sini sama-sama berbenah, sebagai sesama perempuan yang memakai niqab, yang sama-sama mengharapkan bisa amalkan agama secara kaffah, maka apa salahnya jika kita saling mengingatkan.

Ummu, bukankah ayat ditujukan untuk ummahatul mukminin?
Lalu, siapa lagi yang patut kita contoh, selain Ummahatul mukminin dan sahabiyah karena hanya mereka telah terbukti mencapai rida Allah .

Berapa hari yang lalu melihat video singkat, model iklan pakaian seorang niqabis dengan sedikit gaya model. Jujur, video ini bikin ngakak, s...
El Nurien
Cahaya Akhwat

KEBIASAAN BAIK YANG MAMPU MELINDUNGI ANAK


Jika anak atau buah hati keluar rumah sendiri, kadang kita merasa cemas, khawatir, bahkan takut. Terlebih lagi, kita terlalu sering mendengar berita-berita buruk dari berbagai media: pembullyan yang dilakukan teman-temannya, penculikan anak, pelecehan, perkosaan, bahkan pembunuhan seperti yang dialami oleh gadis kecil, Yuyun.

Dan kita pun tidak mungkin bisa menemaninya setiap saat dan keadaan. Karena itulah, biasakan anak melakukan kebiasaan yang bisa menjaga keselamatannya.

Berikut beberapa kebiasaan yang harus kita ajarkan kepada anak-anak.
1. Biasakan minta izin kepada orang tua, jika ingin keluar rumah serta biasakan dia menjelaskan ke mana dan apa tujuannya?
2. Sejak kecil, biasakan anak-anak perempuan tidak keluar rumah, kecuali untuk hal penting dan biasakan ia keluar rumah selalu ditemani atau dihantar jemput oleh orang dewasa diantara mahramnya.
Dalam agama, memang dilarang perempuan bepergian tanpa mahram. Lebih jelasnya lihat artikel sini.
3. Biasakan setiap keluar rumah mengucapkan salam.
4. Biasakan setiap keluar mereka selalu berdoa:


Dari Anas bin Malik Radhiyallahu ‘anhu meriwayatkan, “Barangsiapa keluar dari rumahnya membaca, ‘bismillâhi tawakkaltu ‘ala llôhi lâhaula walâquwwata illâ billah’, maka dikatakan kepadanya, “Kamu telah dicukupi dan dijaga (dari keburukan) dan setan akan menjauh darinya. (H.r. Tirmidzi).
Dalam riwayat lain disebutkan, “Maka dikatakan kepadanya, ‘Kamu telah diberi petunjuk, dicukupi, dijaga, dan setan-setan menjauh darimu.” Maka setan berlari dan berkata kepada teman-temannya, “Bagaimana kamu dapat menggoda seseorang yang diberi petunjuk, dicukupi, dan dijaga.” (H.r. Abu Dawud)




Seperti dilihat dari makna doa dan keutamaan, dengan dua doa ini, Insya Allah, Allah akan lindungi anak-anak kita.
4. Anak perempuan, biasakan keluar rumah memakai hijab, walaupun masih kecil. 
Selain itu, ajarkan pada mereka, jika kita amalkan sunnah, akan mendatangkan pahala dan kecintaan dari Allah. Insya Allah.


Jika anak atau buah hati keluar rumah sendiri, kadang kita merasa cemas, khawatir, bahkan takut. Terlebih lagi, kita terlalu sering mendenga...
El Nurien
Cahaya Akhwat

KETIKA PASANGAN TAK SEINDAH HARAPAN

Cahaya Akhwat - Setiap orang punya harapan tentang pasangannya masing-masing.
Setiap orang berbeda-beda, tentang kreteria  pasangannya sesuai presepsinya masing-masing.
Setiap orang pasti mengharapkan pasangan yang kaya, tampan, berpendidikan, punya masa depan, beragama atau dengan istilah lain “perfect”.

Tetapi tak ada manusia yang sempurna. Maka masing-masing mengedepankan kretria-kretria harapan yang menurut pandangannya akan membuatnya bahagia.
Ada sebagian orang yang mengedepankan yang kaya, tampan, berpendidikan, punya masa depan. Ada pula yang mengedepankan cinta. Ada yang mengedepankan prilaku.
Muslimah yang baik tentu mengutamakan yang bagus agama dan akhlaknya. Walapun ada sebagian ada yang beruntung, bisa mendapatkan beberapa criteria sekaligu. Kuat agamanya, tampan, berpendidikan dan punya penghasilan yang mapan.

Tetapi yang jadi pertanyaan;
Kenapa kita mengharapkan pasangan  seperti itu (yang baik agamanya)?
Sebuah keharusan kita mengharapkan yang baik agamanya. Karena Rasulullahpun menyuruh kita untuk memilh karena agamanya. Qowwam yang agung. pelita jiwa, tempat berbagi dan teman berjalan meniti hidup dengan agama.

Ada yang berharap punya pasangan yang bisa membimbingnya amalkan agama. Punya kekuatan amalkan agama, ada yang membantu, mendorong, memperingatkan. Bahkan untuk mengokohkan langkah tuk amalkan agama.
Pasti banyak muslimah yang mengharapkan demikian  dan beruntung orang yang mendapatkannya.

Lalu timbul pertanyaan;
“Bagaimana kalau Allah menakdirkan yang sebaliknya?  Memang benar, Yang baik dengan yang baik, yang buruk dengan yang buruk. Tapi tak sedikit kejadian. Allahpun berkehendak menjodohkan manusia yang berbeda keshalihan, karakter, pandangan, bahkan perilaku. Seperti Nabi Nuh dan Luth Alaihumassalamatau seperti Ummu Habibah radhiyallahu ‘anha yang suaminya berpindah agama ketika hijrah keHabasyah.
Ataupun kita yang mempunyai pasangan yang baik agamanya. Namun yang perlu diingat! Roda kehidupan pasti berputar. Kadang hari ini di atas dan kadang di bawah. Begitu juga dengan keimanan seseorang, tak terkecuali pasangan kita. Lalu bagaimana jika orang yang kita harapkan lagi sedang melemah semangat agamanya?

Ketka ia sudah mulai malas menghadiri mejelis ta’lim. Ketika tahajudnya sudah mulai bolong-bolong. Atau ketika dibangunin tuk shalat subuh berjamah,susah banget. Atau ketika ia sudah kurang teliti tentang pakaian muslimah kita? Biasanya ia paling memperhatikan, kalau-kalau aurat kita kelihatan laki-laki yang bukan muhrim kita. Tapi kini ia cuek aja.

Padahal selama ini kita terlalu bergantung padanya. Ikut terseret???

Sah-sah saja mengharapkan memiliki pasangan yang ideal. Namun satu hal yang perlu disadari, manusia tak ada yang sempurna. Sebaik-baik manusia, pasti mempunyai sisi kekurangan. Dan kekurangan inilah yang kadang menjadi boomerang bagi kita, yang sebenarnya bukan salah dia, tapi kitalah yang terlalu tinggi meletakkan harapan pada pasangan.

Seorang muslimah yang baik hanya mengharap kepada Allah. Bersungguh-sungguh, berusaha mentaati Allah dan RasulNya. Mengharapkan ridha Allah. Mengharapkan perjumpaan dengan Allah, perjumpaan yang indah.  Cukup baginya hanya Allah. Allahlah segala-galanya.
والله ولي المؤ منين.
“.. Allah adalah pelindung orang-orang yang beriman” (QS.Ali Imran:68)

Bukan karena mengharapkan jodoh yang baik atau karena rasa sayang dan cinta kepada suami. Menikah demi menyempurnakan agama dan meraih pahala yang lebih tinggi.
“…Maka barang siapa yang mengharapkan pertemuan dengan Tuhannya, maka hendaklah ia mengerjakan kebajikan dan janganlah  dia mempersekutukan dengan sesuatupun dalam beribadah kepada Tuhannya.” (Q.s.Al-Kahfi:110).

Toh, seandainya Allah kasih jodoh yang saleh dan menyayangi kita itu karena karunia Allah. Kita menaatinya  semata-mata karena Allah. Mengharapkan ridha Allah. Seandainya ada rasa sayang dan cinta di hati, itu  memang rahmat yang Allah sisipkan dihati kita, bukan karena nafsu.
Lihat Juga : Cinta Sejati Zulaikha
Seorang muslimah hendaklah. Juga selalu rajin ishlah diri, rajin menuntut ilmu untuk diamalkannya. Berusaha untuk mengetahui hukum-hukum Allah dan RasulNnya. Mengetahui hak-hak Allah dan RasulNnya. Mengetahui hak-hak suami, orang tua, anak-anak,  kerabat, lingkungan, dan hak-hak ummat. Hingga ia tidak tejerumus dalam bermaksiat kepada Allah sehingga terhalang atau terhijab dari Allah. Dan tak lupa ia senantiasa mengoreksi perbuatan-perbuatannya, kalau-kalau ada kesalahan yang ia perbuat.

Baca Juga:
Manfaat Musyawarah Dalam Keluarga

Bila terjatuh, ia bersegara bangun tanpa menundanya karena takut kalau-kalau Allah marah padanya. Takut dengan azab Allah. Tak bisa tenang sebelum ia kembali kejalan Allah. Karena ia tau, Allah hanya pelindung orang-orang saleh”
وهو يتول الصا لحين.
“….Dia melindungi orang-orang saleh” (Q.s. .Al-A’raf:196)

Seorang muslimah juga tak hanya memikirkan dirinya sendiri danagama dirinya sendiri . Tapi ia juga risau dengan agama saudaranya. Risau terhadap ummat.
Pernah Rasulullah menangis melihat jenazah lewat. Sahabat memberitahu kalau jenazah itu jenazah seorang yahudi. Rasulullah katakan beliau sedih karena dia meninggal sebelum mengucapkan kalimat laa ilaha illallah.

Masya Allah indahnya budi pekerti beliau. Junjungan kita, yang kepada beliau  kita harapkan syafaat, sudah seharusnya kita teladani akhlaq beliau. Menjadi seorang da’i.  Fikir ummat.
“Sesungguhnya orang-orang mu’min itu bersaudara….” (Q.s.Al-Hujurat:10).
Seorang da’iyah bukan seorang pencela yang ketika melihat saudaranya bermaksiat. Tapi ia hanya risau dan sedih melihat saudaranya belum tersentuh cahaya agama. Ingin bersama-sama mentaati Allah, Indahnya bersama-sama  dijalan agama.

“Wahai orang-orang yang beriman! peliharah dirimu dan keluargamu dari api neraka yang bahan bakarnya adalah manusia dan batu, penjaganya malaikat-malaikat yang kasar, dan keras, yang tidak durhaka kepada Allah terhadap apa yang Dia perintahkan kepada mereka, dan selalu mengerjakan apa yang diperintahkan.” (Q.s. At-Tahrim:6)

Ingin menegakkan agama Allah di bumi ini.
“Wahai orang-orang yang beriman! jadilah kamu penolong-penolong (agama) Allah…….“(Q.s.As-Saff:14)

Berusaha untuk istiqamah, dengan jalan da’wah.
 “Wahai orang orang yang beriman, jika kalian menolong agama Allah, maka Dia akan menolongmu, dan Dia akan mengokohkan langkah-langkahmu (atas musuh-musuhmu).” (Q.s.Muhammad:7)
“Wahai orang -orang yang beriman! Bertaqwalah kamu kepada Allah dan ucapkanlah perkataan yang benar.”

“Niscaya dia akan memperbaiki amal-amalmu dan mengampuni dosa-dosamu. Dan barang siapa mentaati Allah dan RasulNya, maka sungguh, dia menang dengan kemenangan yang agung”  (Q.s.Al-Ahzab:70-71).
Beruntung bila kita mengarungi bahtera rumah tangga seiyas sekata dengan jalan agama sampai kematian menjemput, seperti Khdijah, Fatimah dan Aisyah radhiyallahu anhunna.
Beruntung dia yang telah Allah taqdirkan sendiri, tapi dia mampu menjaga kehormatannya dan memilki sifat malu yang begitu anggun. Mampu menjaga hatinya tetap mekar karena dia punya cinta sejati, yaitu cinta Robbnya.

Sungguh mengagumkan orang yang menjadi pribadi yang diharapkan, yang peranannya sangat penting di mata keluarga tercinta dan di mata masyarakat. Seperti Khadijah yang mengorbankan seluruh hartanya demi agama. Ummu Sulaim menjadikan Islamnya Abu Thalhah sebagai maharnya. Isteri Ikrimah bin Abu jahal radhiyalahu ‘anha yang berhasil membujuk suami kepada Islam. Isteri Amr bin Jamuh r.ha yang menyemangati suaminya tuk ikut berperang menggapai syahid, padahal suaminya pincang.

Subhanallah. Beruntung orang yang dapat cahaya hidayah, dan beruntung sekali, dengan asbab dia orang-orang dapat hidayah.
“Demi Allah! apabila karena engkau. Seseorang dapat hidayah, maka itu lebih baik daripada kendaraan yang merah (unta yang bagus).” (hadist)


Berhentilah berharap memiliki pasangan yang begini dan begini. Tapi berpikirlah menjadi pribadi yang selalu memberi dan menebarkan cahaya keimanan. 
Lihat Juga : Wanita Pilihan 

Cahaya Akhwat - Setiap orang punya harapan tentang pasangannya masing-masing. Setiap orang berbeda-beda, tentang kreteria  pasangannya...
El Nurien
Cahaya Akhwat

PERSIAPAN MENYAMBUT RAMADHAN


السلام عليكم ورحمة الله وباركته
بسم الله الرحمن الرحيم
Alhamdulillah, telah memasuki bulan Sya’ban dan semoga Allah temukan kita dengan bulan Ramadhan.

Ramadhan, bulan yang disambut dengan penuh suka cita oleh kebanyakan kaum muslimin. Karena memang pada Ramadhan banyak moment yang tidak didapati di bulan lainnya. Puasa sebulan penuh (terutama laki-laki dan yang tidak mempunyai uzur), berbuka puasa hal yang menyenangkan, tarawih, sahur, semangat tilawah dan menyongsong Iedul Fitri.

Mungkin di antara teman-teman telah banyak melakukan persiapan untuk menyambut ramadhan. Di sini cahaya Akhwat ikut sharing apa saja yang harus disiapkan menyambut Ramadhan, agar bulan keberkahan Ramadhan dapat kita raih.

Pertamanya, apa dulu indikasi dari puasa di bulan Ramadhan?

Indikasi ini sangat penting untuk ketahui, agar semangat, tidak  ikut-ikutan latah dan dapat kita raih dengan sampai sebulan penuh, sehingga indikasi kita dapatkan.

Seperti halnya ingin melakukan perjalanan, apa persiapannya, yang harus  diketahui apa tujuan perjalanan kita? Misalnya, jika ingin silaturrahmi, maka yang kita siapkan adalah oleh-oleh, jika ada kemampuan dan beberapa bekal agar sampai ketujuan. Jangan sampai kita mau ke luar negeri, tapi keuangan kita belum mampu beli tiket pulang. Atau di sisi lain, kita ingin ke Korea di bulan Desember, tapi yang kita bawa hanyalah baju-baju tipis. Di jamin kita akan kedinginan atau malah beku.

Begitu juga dengan puasa. Apa tujuan puasa? Sehingga apa saja yang harus kita siapkan?

“Hai orang-orang yang beriman, diwajibkan atas kamu berpuasa sebagaimana diwajibkan atas orang-orang sebelum kamu agar kamu bertakwa.” (Q.s. Al-Baqarah : 183)

Di ayat ini menjelaskan, tujuan puasa adalah supaya kita menjadi pribadi bertaqwa. Lalu apa sajakah yang harus kita siapkan. Mungkinkah sembako, agar kita tak pusing memikirkan lagi di bulan puasa? Atau mukena dan pakaian taqwa untuk tarawih?

Walaupun tidak menutup kemungkinan akan keperluan semua itu, tapi itu bukan penunjang mencapai taqwa. Bahkan kita bisa shalat tarawih dengan mukena lama. Sembako? Memang semua perlu sembako, tapi jangan sampai membuat kita latah dalam mempersiapkan untuk mencapai tujuan.

Taqwa merupakan urusan rohani yang juga ada hubungan dengan badan. Makan? Memang perlu, agar ibadah kita kuat. Tapi ada yang lebih penting, yaitu berupa kegiatan untuk meningkatkan semangat Ramadhan sampai akhir bulan.

Betapa banyak kita lihat, masjid-masjid atau mushalla-mushalla yang 10 hari pertama penuh, 10 hari kedua mulai berkurang dan 10 hari ketiga yang tinggal hanyalah para orang tua. Kemana kaula mudanya? Telah sibuk di pasar-pasar, di mall-mall berburu hari raya. Dan tidak sedikit juga cuma di rumah, tak ada kesibukan, tapi sudah malas tarawih dan tadarus.

Jika dalam proses latihan saja kita gagal, bisakah pribadi yang taqwa? Jawabannya; Allahu a’lam. Secara konkretnya, jika latihan untuk proses pemilihan dalam suatu agenda, maka yang gugur sebelum habis waktu, dinyatakan GAGAL.
Lalu apa saja yang harus kita siapkan agar kita bisa semangat sebulan penuh, sehingga menjadi pribadi yang taqwa?

Rasulullah telah mengajarkan kepada kita.

“Beliau sering berpuasa hampir satu bulan dalam bulan Sya’ban.” (H.r. Bukhari, Muslim- dari Aisyah Radhiyallahu ‘anha – Riyadhus shalihin)

Hadits di atas kita ambil hikmahnya, bahwa sangat penting kita memulai atau membiasakan  puasa, tilawah dan ibadah lainnya di bulan Sya’ban.

Jadi salah satu persiapannya dan paling penting adalah PEMANASAN.

Seperti halnya olah raga. Terlebih dahulu mereka melakukan pemanasan, agar tubuh siap melakukan melakukan hal-hal yang memerlukan energi besar. Olah raga yang dilakukan tanpa pemanasan, berpotensi mendapatkan risiko, di antaranya cidera.  

Begitu juga dengan amalan-amalan di bulan Ramadhan, jika kita telah melatih sedikit demi sedikit di bulan Sya’ban, maka tubuh kita, bahkan mungkin alam sadar kita sudar terbiasa melakukan rutintitas untuk bulan Ramadhan.

Tetapi jika dilakukan tanpa pemanasan, maka sulit diharapkan selesai amalan sampai akhir Ramadhan. 10 hari pertama kita memang bisa karena digerakkan oleh semangat. 10 hari kedua, tubuh mulai lelah dan lemas, jika tidak segera dikasih amunisi rohani maka semangat akan lemah. Jika terus berlanjut, maka semangat akan kehilangan nyawanya.

Nah sahabat Cahaya Akhwat. Sudahkah kita puasa sunnah? Jika ada hutang puasa, lunasi segera. Sudahkah kita tadarus, untuk persiapan 1 day 1 juz, atau 1 day 3 juz? Mulai sekarang  juga, ayo kita jaga hati, mata, telinga dan mulut kita.


Ayo kita sungsung Ramadhan yang penuh berkah dan raihlah menjadi pribadi yang taqwa.
Semoga Allah karuniakan pada saya dan Anda.


السلام عليكم ورحمة الله وباركته بسم الله الرحمن الرحيم Alhamdulillah, telah memasuki bulan Sya’ban dan semoga Allah temukan kita dengan bula...
El Nurien
Cahaya Akhwat

UBAH TAKDIRMU DENGAN CARA INI


Sering kali seseorang menyalahkan takdir atas apa yang menimpa dirinya. Dan, sayangnya banyak yang melakukannya saat sedang menghadapi kesusahan. Padahal, susah atau senangnya kehidupan kita memang telah ditentukan oleh-Nya.
Tahukah kamu, bahwa tak ada yang perlu disesali dari apa yang telah ditetapkan oleh-Nya?

Tetapi, bukan berarti kita hanya berdiam diri menunggu takdir datang kepada kita. Jika kita menginginkan suatu kebaikan, berusaha keraslah untuk meraihnya. Dan, perlu diingat, berdoalah selalu saat menginginkan sesuatu. Doa bukan hanya dilakukan saat kita dalam keadaan kepepet, tetapi lupa berdoa jika kita berada dalam keadaan yang lapang.


مَنْ لَمْ يَدْعُ اللَّهَ غَضِبَ اللَّهُ عَلَيْهِ

"Barangsiapa tidak berdo’a kepada Allah ta’aala, maka Allah ta’aala murka kepadaNya.” (HR Ahmad 9342)
Sebagai seorang akhwat, kita nantinya akan menjadi seorang ibu. Keadaan saat ini sangat penuh dengan berbagai macam fitnah dan juga kejahatan. Banyak sekali dari kita yang mengkhawatirkan keadaan anak-anak kita nantinya.
Ada kisah seorang ibu dan seorang putrinya yang berasal dari keluarga sederhana dengan ilmu agama yang biasa saja.

Saat itu, putrinya telah lulus dari sekolah dan mendapatkan sebuah pekerjaan di sebuah pusat perbelanjaan kelas atas dengan gaji yang mencukupi.

Suatu hari sang ibu mendapati putrinya pulang dalam keadaan bersedih. Ketika ditanya, putrinya menjawab bahwa ia melakukan kesalahan kecil sehingga dipecat dari pekerjaannya.
Mendengar hal itu sang ibu hanya tersenyum. Tak terlihat sama sekali rasa kecewa atau pun marah karena saat itu pekerjaan memang susah dicari.

Ternyata saat putrinya bekerja, ada satu hal yang mengganjal di hati sang ibu. Yaitu jam kerja yang membuat putrinya selalu pulang larut malam. Sang ibu pun selalu memanjatkan doa agar putrinya mendapatkan perlindungan dan juga pekerjaan yang jauh lebih baik.

Doa itu dipanjatkan setiap saat, dan ibu itu pun tak pernah mengungkapkan kekhawatirannya  karena takut mematahkan semangat putrinya.
Setelah itu sang ibu terus berdoa, hingga putrinya benar-benar mendapatkan pekerjaan yang jauh lebih baik dari semua sisi. Baik itu gaji, posisi dan juga jam kerja.

Itu memanglah sebuah kisah sederhana namun jika diresapi sangat sarat akan makna. Wujud kecintaan seorang ibu bisa dilihat dari doa-doa yang dipanjatkan untuk melindungi anak-anaknya bahkan dapat membantu mengubah takdir sang anak untuk menjadi lebih baik.

قَالَ رَسُولُ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ لَا يَرُدُّ الْقَضَاءَ
إِلَّا الدُّعَاءُ وَلَا يَزِيدُ فِي الْعُمْرِ إِلَّا الْبِرُّ  (الترمذي)
Bersabda Rasulullah shollallahu ’alaih wa sallam: “Tidak ada yang dapat menolak taqdir (ketentuan) Allah ta’aala selain do’a. Dan Tidak ada yang dapat menambah (memperpanjang) umur seseorang selain (perbuatan) baik.” (HR Tirmidzi 2065)

Untuk itu janganlah pernah berpikir untuk menjauh dari doa. Karena doa adalah senjata utama seorang muslimin bahkan mampu mengubah takdir seseorang.

وَقَالَ رَبُّكُمُ ادْعُونِي أَسْتَجِبْ لَكُمْ إِنَّ الَّذِينَ
يَسْتَكْبِرُونَ عَنْ عِبَادَتِي سَيَدْخُلُونَ جَهَنَّمَ دَاخِرِينَ
Dan Tuhanmu berfirman, “Berdo`alah kepada-Ku, niscaya akan Kuperkenankan bagimu. Sesungguhnya orang-orang yang menyombongkan diri dari menyembah-Ku akan masuk neraka 
 Jahannam dalam keadaan hina dina.” (QS Al-Mu’min 60)

Sering kali seseorang menyalahkan takdir atas apa yang menimpa dirinya. Dan, sayangnya banyak yang melakukannya saat sedang menghadapi kesus...
ahliah citra