Menu
Cahaya Akhwat

Book : RUMAH YANG DIRAHMATI




Rumah adalah tempat membangun peradaban. Dari rumahlah terlahir dan terbentuk generasi-generasi penerus bangsa. Oleh sebab itu, membuat suasana rumah menjadi nyaman dan tentram adalah sebuah keharusan. Rumah yang memberikan kenyamanan akan memberikan semangat hidup. Mereka yang mendapatkan kebahagiaan di rumah, biasanya lebih kreatif dan produktif bila dibandingkan mereka yang tidak mendapatkan kebahagiaan di rumahnya.

Lantas, bagaimanakah keritira rumah yang nyaman menurut Islam?


Rumah yang nyaman adalah rumah yang mendapatkan rahmat dan keridaan Allah Subhanahu wata’ala. Buku ini hadir sebagai sebuah inspirasi keluarga muslim, di dalam dibahas kiat-kiat agar rumah yang kita tinggali senantiasa dirahmati oleh Allah Subahanahu Wata’ala. 


“Betapa penting untuk mengupayakan agar rumah yang kita huni setiap hari bersama keluarga penuh kebahagiaan yang dirahmati oleh Allah Swt. Inilah buku yang penting untuk kita baca sekaligus bisa menjadi pedoman agar rumah kita bertaburan kebaikan. Ada hal-hal yang harus kita jauhkan dari rumah kita agar tidak bergelimang keburukan, lalu membangunnya dengan kebaikan sebagaimana yang diajarkan Rasulullah Saw. Sebuah buku yang sangat bermanfaat bagi keluarga Muslim.”

Akhmad Muhaimin Azzet, penulis buku : Panduan Menyambut Kelahiran Bagi Keluarga Muslim, Mengembangkan Kecerdasan Spiritual Bagi Anak, Tuntunan Shalat Fardhu dan Sunnah, Nikah Sekarang? Siapa Takut!, Doa & Dzikir Sehari-Hari, dll., blogger, juga Kepala Taman Pendidikan Al-Qur’an (TPA) Al-Muhtadin Yogyakarta

silakan cari di gramedia terdekat atau bisa langsung inbok saya di  akun fb 

Rumah adalah tempat membangun peradaban. Dari rumahlah terlahir dan terbentuk generasi-generasi penerus bangsa. Oleh sebab itu, me...
El Nurien
Cahaya Akhwat

PETUNJUK JALAN HIDUP




“Permisi, Pak. Numpang nanya. Jalan ke tempat wisata danau lewat mana ya?”
“Terus saja, Pak. Kira-kira 3 kilometer lagi ada perempatan kemudian berlok kiri.”
“Baik, terima kasih ya, Pak.”

Mobil Innova berwarna hitam melaju menlusuri jalan raya. Hilmi hendak bertamasya menghabiskan waktu liburan bersama keluarganya. Setelah kembali melihat orang dipinggir jalan, kemudian mobil itu kembali menepi. Hilmi hanya ingin memastikan arah perjalanannya.

"Permisi, Pak. Numpang nanya. Jalan ke tempat wisata danau lewat mana ya?”
“Terus saja, Pak. Di depan kira-kira 1 kilometer lagi ada perempatan kemudian belok kanan.”
“Belok kanan?” Hilmi jadi bingung.
“Iya, Pak.”
“Baiklah. Terima kasih ya, Pak.”
Jalan mana yang benar, kiri atau kanan? Sebenarnya ia ingin kembali memastikan jalan mana yang benar kepada orang tersebut. Tapi ia merasa tidak enak karena banyak bertanya dan terkesan membantah jika kembali bertanya.

Mobil itu kembali melaju. Di perempatan jalan Hilmi memutuskan untuk belok kanan saja. Tapi jalan yang ditelusurinya terasa semakin asing. Jalanan semakin sepi. Jalannya pun seperti tidak terurus, banyak yang rusak. Hilmi bertanya-tanya, apa benar ini jalan menuju tempat wisata? Mobil hitam itu melaju pelan.
“Yah, kok jalannya agak aneh. Apa benar ini jalannya?” tanya istrinya agak bingung.
“Iya, Bu. Ayah juga merasa aneh. Kayaknya kita kesasar.” Hilmi juga kebingungan.
Hilmi merenung sebentar. Kemudian,
“Ah, baru inget. Di tas kan ada peta jalan. Nak, tolong ambilin kertas yang dibungkus plastik di tas ayah ya.”

Reza yang baru berumur 6 tahun mengambilkan benda yang dipinta ayahnya.
“Ini, yah. Memangnya ini apa, Yah?” Reza penasaran terhadap benda yang dipinta ayahnya itu.
“Ini namanya peta. Gunanya sebagai petunjuk jalan. Dengan ini perjalanan kita akan lebih mudah untuk mencapai tujuan yang ingin kita capai, Nak,” jelas Hilmi.

Mobil itu balik arah dan kembali melaju mengikuti petunjuk yang ada di peta.
“Ah, mudah apanya. Nggak cuma peta, yah. Petunjuk-petunjuk di pinggir jalan itu juga menyuruh kita belok kiri, belok kanan, belok kiri lagi, belok kanan lagi. Bikin susah aja, Yah ” kata Reza.

“Itu memang proses yang harus dijalani kalau ingin mencapai suatu tujuan, nak. Tapi, apa benar petunjuk dibuat agar kita jadi tambah susah? Justru sebaliknya, petunjuk jalan dan peta ini memudahkan kita untuk mencapai tujuan secara efektif, lebih mudah, dan simpel. Entah itu perjalanan untuk liburan, perjalanan hidup, dan lain sebagainya. Coba ayah nggak bawa peta, tadi kita bisa kesasar jauh dan justru tambah kesulitan dalam melakukan perjalanan ini, Nak.” jelas Hilmi.

“Perjalanan hidup, Yah?” tanya Reza.
“Iya, nak. Bukankah hidup ini juga sebuah perjalanan? Kalau perjalanan liburan seperti ini, kita butuh peta dan petunjuk jalan. Tapi kalau untuk perjalanan hidup, kita butuh petunjuk hidup yaitu Al-Qur’an,”  sahut ibunya.
“Kalau Reza menjadikan Al-Qur’an sebagai petunjuk hidup, Reza bisa hidup tanpa masalah dong, Bu?” tanya Reza kepada ibunya.

“Bukan begitu, Nak. Peta tidak bisa merubah jalan yang berliku-liku menjadi lurus. Petunjuk jalan juga tidak bisa membuat jalan yang berbatu berubah menjadi jalan aspal yang mulus. Allah telah menetapkan ketentuan-ketentuan yang harus kita jalani. Dan Al-Qur’an memudahkan kita untuk melewati masalah-masalah tersebut. Jadi, jangan tambah mempersulit diri dari masalah yang sudah ada dengan tidak menjadikan Al-Qur’an sebagai petunjuk. Bukankah kita ingin perjalanan hidup yang lebih mudah dan bisa sampai pada tujuan yang benar?”
Dengan menyebut nama Allah Yang Maha Pengasih lagi Maha Penyayang (Al-Faatihah:1) 
Kami tidak menurunkan Al Qur’an ini kepadamu agar kamu menjadi susah. (Thaahaa:2)

Allah menghendaki kemudahan bagimu, dan tidak menghendaki kesukaran bagimu. (Al-Baqarah:185)

Al Qur’an ini adalah pedoman bagi manusia, petunjuk dan rahmat bagi kaum yang meyakini. (Al-Jaatsiyah:20)

Artikel lama dari kiriman orang. Sayang kalau disimpan saja ^-^ 

“Permisi, Pak. Numpang nanya. Jalan ke tempat wisata danau lewat mana ya?” “Terus saja, Pak. Kira-kira 3 kilometer lagi ada per...
El Nurien
Cahaya Akhwat

Mentaati Allah, walaupun sulit.


“Dan tidaklah patut bagi laki-laki yang mukmin dan tidak (pula) bagi perempuan yang mukmin, apabila Allah dan Rasul-Nya telah menetapkan suatu ketetapan, akan ada bagi mereka pilihan (yang lain) tentang urusan mereka. Dan barangsiapa mendurhakai Allah dan Rasul-Nya, maka sungguhlah dia telah sesat, sesat yang nyata.” (Al-Ahzab : 36)
Ayat ini berkenaan dengan pernikahan Zainab bin Jahasyi dengan Zain bin Haritsah.
Rasulullah melamarkan Zainab untuk Haritsah. Disangkanya Rasulullah meminangnya untuk diri Rasulullah, ternyata untuk Zaid bin Haritsah, budak Rasulullah. Sedangkan Zainab, keturunan mulia dari kaum Quraisy.
Maka, Zainab enggan setelah mengetahui hal itu. Dalam riwayat lain pun dikatakan bahwa saudara Zainab pun tidak setuju.
Atas hal ini turunlah ayat di atas yang mengingatkannya, bahwa tidak pantas seorang mu’min menentang Rasulullah.
“Barangsiapa mendurhakai Allah dan Rasul-Nya maka sungguhlah dia telah sesat, sesat yang nyata.”
Jika kita mendurhakai Allah dan Rasul-Nya, maka kita tersesat. Sesat yang benar-benar nyata. Jika mengambil pilihan dalam kesesatan, itu artinya kita telah mengambil jalan yang salah dan membinasakan. 
Suatu hari, seorang ibu bercerita dengan kemenakannya. Yang mana dia melarang kemanakannya mengikutinya suami, dengan alasan menemani orang tuanya.
Hal itu sempat memancing emosi saya. Bagaimana tidak? Seorang perempuan yang lebih berhak atas dirinya adalah suaminya. Maksud di sini bukan berarti mengabaikan orang tuanya. Adapun jika ada permasalahan-permasalahan yang saling bertentangan, maka kita harus selesaikan dengan musyawarah, dengan catatan: tidak mendurhakai Allah.
Misalnya, seorang istri mempunyai orang tua lansia, sedangkan ia mempunyai suami, yang suaminya bekerja di tempat yang jauh, dan suaminya tak bisa pindah dari tempat kerjanya. Maka, hal seperti ini harus dimusyawarahkan, tanpa harus mengabaikan salah satunya.

Lihat artikel ini Setelah menikah, benarkan surga tak lagi di telapak kaki ibu.
Jika, solusi permasalahan, harus memilih salah satunya, maka jalan harus yang dipilih adalah jalan yang tidak bertentangan dengan hukum Allah.

Kembali ke cerita Zainab. Singkat cerita, walaupun dengan berat hati, tetap menikahlah Zainab dengan Zaid.
Hikmah di balik cerita ini. Ternyata, pernikahan itu pun tak bisa dipertahankan. Bukan karena kesombongan Zainab atas keturunan, tapi memang, terlalu banyak perbedaan merintang diantara mereka.
Diceraikanlah Zainab oleh Zaid. Setelah habis masa iddah, maka Rasulullah – atas wahyu dari Allah – meminang Zainab. Indikasi dari perkawinan Rasulullah dengan Zainab adalah untuk menghilang anggapan saat itu bahwa anak angkat sama dengan anak kandung, maka bekas istri anak angkat pun tidak boleh dinikahi. Dan itu dihapuskan oleh Islam.
Selain itu, ada penghargaan yang begitu luar biasa kepada Zainab, yaitu Allah yang menjadi walinya. Allah langsung yang menikahkan Rasulullah dengan Zainab.
Inilah beberapa hikmah, yang didapatkan beberapa masa kemudian, setelah harus melewati masa sulit, yaitu menikahi seseorang yang tidak di cintai.
Begitulah juga kehidupan kita. Adakalanya pilihan itu sulit, namun jika hanya itu harus dipilih, karena ingin tetap mentaati Allah, insya Allah, beberapa kemudian kita akan mendapatkan hikmah yang luar bisa.
Sebaliknya, jika kita mengambil pilihan yang mendurhakai Allah, kita akan tersesat, dan besar kemungkinan kita semakin terjerumus dalam berbagai kesulitan.

Bila satu kedurhakaan kita lakukan, maka besar kemungkinan kita akan melakukan kedurhakaan lain. Dan kita semakin terpuruk dalam berbagai kesulitan.
Begitu juga dengan pilihan di atas; misalnya dengan memilih orang tua. beberapa hal kemungkinan yang bisa mengcengkram dalam rumah tangga.
Contohnya; Keharmonisan. Ini sangat berpengaruh dalam keharmonisan. Kelelehan karena bekerja, mengurus diri sendiri, belum lagi kebutuhan biologis yang terpenuhi. Semua ini sangat berpengaruh pada psikis suami. Dan hal ini kadang, mudah terjerumus dalam perselingkuhan. Belum lagi dari pihak keluarga suami, terutama ibu suaminya. Ibu mana pun, tentu sangat sedih, jika anaknya menikah, namun masih seperti orang bujangan, belum lagi jika merepotkan ibu tersebut.
Walaupun, kita berharap itu tidak akan terjadi, namun begitulah indikasi negative jika kita melakukan perkara yang bertentangan dengan hukum Allah. Di misalkan, di anjurkan mengkonsumsi suatu makanan, karena itu sangat dibutuhkan untuk kesehatan jasmani. Sedangkan kita justru mengkonsumsi makanan pantangan, lalu apa yang akan terjadi kemudian? Walaupun kita berharap itu tidak terjadi, tetapi kita tetap harus memikirkannya, agar keburukan itu tidak menimpa.
Begitulah agama. Pilihan yang sesuai itu kadang sangat sulit, tetapi jika kita terus mentaatinya. Walaupun memerlukan kesabaran yang ekstra, suatu saat kita akan merasakan hikmahnya. Sebaliknya, jika mengambil pilihan yang bertentangan dengan agama, maka kita telah melakukan kesalahan dan membuka peluang akan melakukan kesalahan-kesalahan lainnya, sehingga kita semakin ditimpa kesusahan.



“Dan tidaklah patut bagi laki-laki yang mukmin dan tidak (pula) bagi perempuan yang mukmin, apabila ...
El Nurien
Cahaya Akhwat

RESPONSIVE KEBAIKAN



Gimana rasanya jika membuka situs yang tidak responsive. Loading laaamaa banget, sudah itu makan banyak data karena banyaknya iklan?

Abaikan pertanyaan ini.

Bagaimana rasanya saat membuka komputer, bootingnya laaamaa banget, sudah itu aplikasi yang mau dipakai pada eror, terlebih lagi pada saat situasi penting? Pasti sebel bin marah. Rasanya pingin ngucah-ngucah kacang.. ^-^

Walaupun tidak bisa disamakan Allah dengan manusia, tetapi dapat kita bayangkan bagaimana keadaan kita di mata Allah? Karena tidak responsive terhadap kewajiban, terlebih lagi jika keadaannya hanya karena mendahulukan bersifat duniawi, apalagi main-main belaka.

Jangan sampai itu terjadi kita. Bagaimana supaya kita responsive terhadap kebaikan dan memiliki semangat iman yang selalu terawatt?

Manusia adalah produk Hi-Tech tercanggih (Robert Galvin, Motorola)

Keyboard (input)= Pancaindra (input)
Monitor (Output) = Pancaindra (Output)
Hardisk = Seluruh sel tubuh
Software = Pikiran dan Perasaan
Operating System = Hati Nurani

Andai manusia bisa dianalogikan komputer, maka manusia pun perlu perawatan sebagaimana komputer.

Sebagaimana komputer, manusia pun sering diserang oleh virus pemikiran, tontonan, pemandangan, dan bacaan berupa ajakan negative kepada manusia.  Karena itu, manusia juga memerlukan antivirus untuk melindungi dan membasmi virus yang merusak.

Shalat lima waktu merupakan software antivirus yang terbaik untuk manusia.

Shalat yang benar akan melindungi manusia dari pemikiran sesat atau keinginan untuk melakukan perbuatan keji dan munkar.

Sebuah kelaziman anak manusia, tak lepas dari salah dan khilaf, akan tetapi, shalat mampu membersihkan dosa-dosa dari satu waktu ke waktu berikutnya. Hingga Rasulullah sendiri memisalkan bagaikan sungai di muka rumah. Setiap kali mandi di sana, maka badannya akan bersih. Bagaimanalah lagi jika dilakukan lima kali sehari.

Terkadang pada saat booting, memerlukan proses waktu yang lama, hal ini mungkin dikarena banyaknya aplikasi sampah yang tidak diperlukan. Maka perlu dilakukan disk clean up, agar performa komputer  selalu maksimal.

Shalat juga merupakan alat disk clean up yang paling ampuh untuk manusia, asal dilakukan lima kali sehari, tepat waktu dan ada usaha untuk mengupayakannya dengan benar.

Komputer juga perlu dilakukan Disk Defragmenter. Diskdefragmenter akan bekerja untuk menjaga kestabilan pc dan keadaan hardware. Karena selain menata file yang berhamburan, Disk defragmenter juga mampu mengakomodasi dan men-fix kan boot dan sector dalam harddisk eror program.

Shalat yang sempurna akan menata hati, pemikiran dan tujuan kita. Shalat mempu mengakomodasi prilaku menuju kepada yang lebih baik, sehingga dapat dipastikan hidup lebih terarah dan sangat minim dari kondisi eror program.

Ya,, namanya juga makhluk. Tidak lepas dari kerusakan. Komputer juga kadang mempunyai masalah hardware yang tidak kompatibel dengan software.

Manusia juga, kadang mengalami hal seperti itu, ketika kenyataan yang tidak sesuai dengan hati pikiran, kondisi ini bisa membuat seseorang stress, bahkan depresi. Akan tetapi, shalat yang dilakukan dengan istiqamah akan membuat seseorang ikhlas, jujur pada hati dan nurani, hati dan nurani selalu bersandar pada agama, tangguh, tidak mudah mengeluh dan selalu bersyukur.

“Sesungguhnya manusia diciptakan bersifat keluh kesah lagi kikir. Apabila ia ditimpa kesusahan ia berkeluh kesah, dan apabila ia mendapat kebaikan ia amat kikir. Kecuali orang-orang yang mengerjakan shalat. Mereka itu tetap mengerjakan shalatnya.” (Q.s. Al-Maarij : 19-23)


Terlepas benar tidaknya analogi ini, shalat memang sebuah kegiatan yang diwajibkan kepada manusia. Jagalah selalu waktu shalat dan berupaya untuk meningkatkan kualitas dan kuantitas agar seluruh, pancaindra, serta hati dan nurani selalu dalam kondisi baik dan responsive terhadap kebaikan.

Allahu a’lam
#Nasehatuntukdirisendiri.


Gimana rasanya jika membuka situs yang tidak responsive. Loading laaamaa banget, sudah itu makan banyak data karena banyaknya iklan? Abaikan...
El Nurien
Cahaya Akhwat

JIKA HAFIZAH TIDAK AMALKAN SUNNAH

Cahaya Akhwat – KETIKA HAFIZH TIDAK AMALKAN SUNNAH

Suatu hari, Allah memberi saya kesempatan untuk berkumpul dengan calon-calon hafizah di sebuah yayasan yang mewadahi menghafal Al-Qur’an dengan sistem percepatan.

Banyak sekali pelajaran yang saya dapatkan di sana, salah satunya dapat melihat kondisi ‘sunnah’ di mata ummat sekarang ini.

Salah satunya, dalam masalah konsumsi. Yayasan tersebut tidak memfasilitasi cuci tangan untuk makan. Mereka hanya menyediakan sendok. Jadi tanpa cuci tangan pun tak masalah karena makannya pakai sendok.

Makan sunnahnya pakai tangan. Walaupun tidak ada larangan makan pakai sendok, tapi rasanya lebih afdhal makan pakai sendok karena sunnah memang mengajarkan demikian. Dan kebetulan, tak jauh dari sana ada kolam ikan, sehingga ada pancuran mata air. Yang airnya suci untuk cuci tangan.

Ketika mau makan, saya terlebih dahulu mendekati kolam itu untuk cuci tangan dengan air di sana atau membawa air sendiri dengan botol. Dan makan dengan tangan ternyata menjadi ciri khas saya sendiri di antara para peserta.

Suatu saat, ada yang bertanya, “Ummi, ga bisa ya makan pakai sendok?” Aku menjawab, “Sunnahnya pakai tangan tangan.”
Dia berkata, “Iya sih.. tapi, malas.”

Obrolan singkat itu menjadi renungan bagi saya, dan kebetulan dari puluhan  hanya beberapa orang makan dengan tangan dan duduk yang sunnah. Ketir rasa ketika menyadari hal itu.

Jika para hafizah saja malas amalkan sunnah, kepada siapa kita berharap agar sunnah tetap hidup? Orang-orang di dalam kepalanya ada hafalan Al-Qur’an saja malas amalkan sunnah, bisakah kita berharap kepada orang awam?

Mungkin saja bisa, dan itulah hidayah.

Semoga ada hafizh, calon hafizh, atau yang bermimpi menjadi hafizh membaca artikel  ini, yuk mari amalkan sunnah dari hal yang terkecil, termasuk sunnah dalam makan, minum ataupun masuk keluar kamar mandi.

Jangan remehkan sunnah dalam keseharian, walaupun kita pandang itu dalam ha sepele. Tapi, ketahuilah dalam sunnah tersimpan cinta dan Ampunan Allah.

“Katakanlah: "Jika kamu (benar-benar) mencintai Allah, ikutilah Aku, niscaya Allah mengasihi dan mengampuni dosa-dosamu." Allah Maha Pengampun lagi Maha Penyayang.” (Ali Imran : 31)

Amalan sunnah merupakan bukti cinta kita kepada Allah. Dan wujud cinta adalah selalu berbuat agar selalu dicintai, tak memandang besar kecilnya suatu perkara.

Sunnah merupakan salah satu latihan untuk berkonsisten, dari hal terkecil untuk melakukan hal yang besar. Bagaimana bisa kita melakukan kesungguhan yang tinggi dalam menghafal, sedangkan dalam perkara sederhana saja kita malas melakukannya?

Ingatlah, Bermula dari pikiran, akan muncul berupa bentuk perbuatan. Perbuatan yang sering dilakukan, akan menjadi kebiasaan. Kebiasaan yang terus berlanjut, akan menjadi karakter. Indah sekali, jika seseorang yang mempunyai karakter nyunnah. Dan nyunnah, salah satu karakter yang dimiliki hafizh Qur’an




Cahaya Akhwat – KETIKA HAFIZH TIDAK AMALKAN SUNNAH Suatu hari, Allah memberi saya kesempatan untuk berkumpul dengan calon-calon ...
El Nurien