Menu
Cahaya Akhwat

Masya Allah dan Subhanallah





Subhanallah dan Masya Allah kalimat yang sering terdengar dan terlontar ketika mendapati suatu keadaan tertentu. Entah bahagia, kagum, marah atau melihat hal-hal yang jelek.

Dua kalimat tersebut merupakan respon spontan yang bagus karena mengandung zikir kepada Allah, akan tetapi kadang kita sering tertukar mengucapkannya.  Subhanallah kadang terlontar di saat kagum, dan Masya Allah terlontar ketikamelihat sesuatu yang buruk, heran atau saat menahan amarah.  

Masya Allah artinya “Atas kehendak Allah”.  Masya Allah adalah ungkapan jika melihat sesuatu yang indah dan baik. Ekspresi penghargaan, sekaligus pengingat bahwa segala seuatu tidak akan terjadi tanpa kehendak Allah.

“Dan mengapa kamu tidak mengatakan waktu kamu memasuki kebunmu "maasyaallaah, laa quwwata illaa billaah (sungguh atas kehendak Allah semua ini terwujud, tiada kekuatan kecuali dengan pertolongan Allah). Sekiranya kamu anggap aku lebih sedikit darimu dalam hal harta dan keturunan,” (Q. S. Al-Khafi : 39)




Subhanallah artinya Maha Suci Allah. Subhanallah merupakan bentuk penegasan bahwa Allah terbebas dari hal buruk.

“…. Maha suci Allah dari apa yang mereka sifatkan itu.” (Q.S. Al-Mu’minun : 91)
“… Maha suci Allah dari apa yang mereka sekutukan.” (Q.S. Al-Qashash : 68)

Suatu hari Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wasallam pernah bersada, “Maha Suci Allah, betapa banyak fitnah yang turun di malam ini” (HR. Al Bukhari)

Akan tetapi, pada beberapa kesempatan, Allah pun memuji Kekuasaan-Nya dengan mengawali subhanallah.

“Maha suci Allah, yang telah memperjalankan hamba-Nya pada suatu malam dari Masjidil Haram ke Masjidil Aqsha yang telah Kami berkahi sekelilingnya agar Kami perlihatkan kepadanya sebagian dari tanda-tanda (kebesaran) Kami. Sesungguhnya Dia adalah Maha mendengar lagi Maha mengetahui.” (Q.S. Al-Isra : 1)

Kesimpulannya, subhanallah bisa diucapkan banyak kondisi. Seperti  melihat atau mendengar hal yang buruk, tidak disenangi, heran, kesalahan aqidah, takjub, atau kondisi lainnya.

Jadi tidak salah  jika kita mengucapkan subhanallah dalam bentuk kekaguman, akan tetapi tidak salahnya kalau kita membiasakan diri untuk mengucapkan yang masya Allah ketika kagum, seperti yang dianjurkan dalam surah Al-Kahfi : 39.

Referensi:
 http://muslim.or.id/19118-salahkah-ucapan-subhaanallah-ketika-kagumtakjub.html
http://bersamadakwah.net/kagum-yang-tepat-ucap-subhanallah-atau-masya-allah/


Subhanallah dan Masya Allah kalimat yang sering terdengar dan terlontar ketika mendapati suatu keadaan tertentu. Entah bahagia, ...
El Nurien
Cahaya Akhwat

Awali dan Akhiri Hari dengan Zikrullah



Orang sering bilang, “Awali pagi hari dengan keceriaan. Karena jika paginya ceria, akan besar kemungkinan akan ceria sepanjang hari.

Memang, jika mengawali pagi dengan kekusutan, besar kemungkinan akan melewati sepanjang hari dengan kekusutan. Karena bermulanya bukan dari situasi dan kondisi, tapi pemikiran yang sudah tertutup dengan kemelut. Sehingga sulit baginya berpikir positif, seberapa pun bagusnya situasi itu. Jika mengalami situasi buruk, jiwa langsung merespon dengan pikiran dan (kadang) dengan tindakan buruk.  

Pikiran yang ceria akan lebih terbuka menerima kebaikan, sehingga di matanya selalu luar biasa walaupun itu kebaikan kecil. Dan ia lebih berlapang dada menerima situasi buruk, bahkan kadang ada sisi sifat syukur karena ia telah melihat banyak hikmah di balik kejadian buruk tersebut.

وَاذْكُرِ اسْمَ رَبِّكَ بُكْرَةً وَّأَصِيْلًا
“Dan sebutlah nama Tuhanmu pada (waktu) pagi dan petang.” (Q.s. Al-Insaan : 25)

Awali pagi hari dengan duduk berzikir kepada Allah sejenak, insya Allah, kebaikan akan menaungimu sepanjang hari. Awali sore hari dengan duduk berzikir kepada Allah, insya Allah, kebaikan akan terus mengalir sepanjang malam.

Hati yang terbuka untuk mengingat Allah, maka ia akan melewati hari dengan selalu mengembalikan kepada Allah. Jika baik, ia bersyukur. Jika kurang nyaman, dia bersabar.
Hati yang terbuka untuk berbuat kebaikan, insya Allah, sepanjang hari, hatinya selalu terbuka untuk berbuat kebaikannya lainnya. Sebaliknya, hati yang lalai dari mengingat Allah, maka tidak menutup kemungkinan akan lalai sepanjang siang dan sepanjang malam.

“Dan sebutlah (nama) Tuhannmu dalam hatimu dengan merendahkan diri dan rasa takut, dan dengan tidak mengeraskan suara, di waktu pagi dan petang, dan janganlah kamu termasuk orang-orang yang lalai.” (Q.S. Al-A’raf : 205)

Pastikan pagi dan soremu selalu berzikir kepada Allah, semoga kebaikan selalu menaungi sepanjang siang dan malam.
Pastikan ada istighfar pada pagi dan soremu, semoga Allah mengampuni semua yang telah dilakukan sepanjang dan malam.
Pastikan ada shalawat pada pagi soremu, semoga rahmat Allah selalu menaung dan hatimu selalu terbuka untuk menghidupkan sunnah.


*gambar dari google

Orang sering bilang, “Awali pagi hari dengan keceriaan. Karena jika paginya ceria, akan besar kemungkinan akan ceria sepanjang hari....
El Nurien
Cahaya Akhwat

Wanita dalam Budaya dan Islam


Bicara tentang wanita memang tak ada habisnya, Dan berbagai penjuru dunia pun selalu bicara wanita. Di dalam Alquran sendiri ada surah Annisa, bahkan kita bisa mengambil pelajaran tentang wanita tak hanya di surah Annisa. Apakah penjelasan ayat itu secara tersurat atau yang tersirat. Bahkan dari satu ayat untuk wanita, kadang kita bisa mengambil dari pelajaran sisi. Itu artinya, betapa sangat memuliakan wanita, sehingga Allah kasih aturan-aturan kepada wanita walaupun dalam hal sangat sepele agar wanita itu bahagia dunia dan akhirat.

Sebagai kaum lelaki, bagaimanakah perlakuanmu terhadap wanita?

Sebagai wanita , bagaimanakah  kita memperlakukan diri sebagai wanita? Sudahkan kita menyadari tabiat yang tersembunyi? Sudahkah kita mengakui potensi-potensi yang dimiliki? Sudahkah kita mengukur sejauh mana kemampuan kita dalam menggapai cita-cita? Taukah di mana Allah ingin meletakkan dan apa yang Allah inginkan terhadap diri kita?

 Al-Qur’an juga menceritakan tentang perlakuan-perlakuan orang-orang terhadap wanita? Dan Al-Qur’an juga menjelaskan seharusnya seperti apa perlakuan terhadap wanita, dan bagaimana seharus wanita memperlakukan dirinya sendiri.

 “Sungguh, manusia itu sangat zalim dan sangat bodoh” (Al-Ahzab : 72)

Bodoh adalah tidak tau meletakkan sesuatu pada tempatnya. Zalim adalah meletakkan sesuatu tidak pada tempatnya. Bodoh,  tidak tau. Sedangkan zalim. tau tapi berbuat tidak sesuai dengan pengetahuan yang dimiliki.

Pada dasarnya manusia itu mempunyai sifat zalim dan bodoh. Jika tanpa dibekali dengan ilmu agama dan iman maka manusia cenderung hanya bersifat pada pemuasan nafsu. Begitu juga dengan perlakuan terhadap wanita, bahkan Al-Qur’an juga telah menceritakan bagaimana perlakuan-perlakuan suatu kaum terhadap wanita.

Dan apabila seseorang dari mereka diberi kabar dengan (kelahiran) anak perempuan, hitamlah (merah padamlah) mukanya, dan dia sangat marah. Ia menyembunyikan dirinya dari orang banyak, disebabkan buruknya berita yang disampaikan kepadanya. Apakah dia akan memeliharanya dengan menanggung kehinaan ataukah akan menguburkannya ke dalam tanah (hidup-hidup)? Ketahuilah, alangkah buruknya apa yang mereka tetapkan itu.” (An-Nahl : 58-59)

Di satu sisi mereka menganggap/ memperlakukan wanita sangat rendah. Mereka malu bila mendengar istrinya melahirkan anak perempuan. Apakah anak itu akan mereka kubur hidup hidup atau mereka memeliharanya dengan perasaan malu. Andai pun anak perempuan itu di biarkan , ia tak mempunyai hak apa-apa sebagai anak bahkan sebagai seorang wanita. Ia diperlakukan sebagai budak, Ia tak mempunyai hak suara, hak pilih, hak waris bila ayahnya meninggal, bahkan ia akan menjadi harta waris bila suaminya meninggal. Ia akan jadi perembugan oleh ahli waris. Apakah ia di bebaskan, di berikan kepada ahli waris atau ia akan di nikahkan dan maharnya akan di ambil oleh ahli waris.

“Maka tatkala Musa datang kepada mereka membawa kebenaran dari sisi Kami mereka berkata: "Bunuhlah anak-anak orang-orang yang beriman bersama dengan dia dan biarkanlah hidup wanita-wanita mereka.” (Al-Mu’min : 25)
Di sisi lain (di jaman Firaun) wanita seakan-akan sangat di muliakan. Pada saat laki-lakinya dijadikan budak / pelayan kerajaan, anak- anak laki-lakinya dibunuh sedangkan wanita dibiarkan hidup. Sebenarnya tidak! Wanita dibiarkan hidup karena mereka akan dijadikan pelampiasan-pelampiasan syahwat para tentara, dan bila mempunyai kecantikan dan terpilih kecantikannya, ia akan dijadikan selir oleh para pejabat-pejabat pemerintahan.

Inilah perlakuan-perlakuan sebelum Islam, yang ternyata penjelasan-penjelasan ini tak hanya sebatas sejarah masa lampau. Yang tak hanya di lakukan oleh orang-orang yang kita anggap “bodoh”. Ternyata perlakuan-perlakuan seperti itu terus berlanjut hingga beberapa abad kemudian dan masih menyisakan sisa-sisa kebudayaan-kebudayan seperti itu hingga sekarang ini dan dilakukan oleh orang-orang yang mungkin sudah di anggap “ pintar”

Perlakuan merendahkan masih ada di jaman sekarang pada ajaran yang bukan Islam. Ajaran yahudi dan Nasrani. Bahkan sebagian menganggap wanita itu terkutuk karena telah membuat Adam terusir. Dan ajaran-ajaran agama lainnya, seperti di sebuah negara, mereka yang beragama bukan Islam, wanita yang memberi mahar bila mau menikah. Bila suaminya meninggal, mereka tak boleh menikah. Ternyata ketimpangan terhadap wanita pun ada di Indonesia oleh mereka yang beragama Islam. Tak sedikit dari mereka yang tidak menginginkan lahirnya anak perempuan, entah apa alasan mereka. Tak sedikit pula dari berbagai pelosok desa, wanita tak mendapatkan harta waris bila ayahnya meninggal, sementara dalam kepemeliharaan atau merawat orang tua yang telah lansia di limpahkan kepada mereka.

Di Mesir beberapa abad setelah firaun. Masih diadakan kontes-kontes wanita, dipilihlah wanita yang tercantik dari sekian wanita-wanita cantik. Yang terpilih akan di hiasi secantik mungkin , dan mereka akan dipersembahkan kepada dewa penjaga sungai Nil , yang konon katanya akan dijadikan isteri oleh dewa tersebut. Anehnya , orang tua dari wanita tersebut merasa bangga mempunyai anak yang akan dijadikan tumbal.

Ternyata kontes-kontes atau menampilkan wanita-wanita cantik masih berlanjut sampai sekarang. Mereka bangga bisa tampil, kecantikannya dipuji dan dipuja, dijadikan idola, bisa berkompetisi, bisa terpilih sebagai orang tercantik. Memang kehidupan mereka melejet jadi kaya raya, masa depan yang mengiurkan, tawaran jadi bintang film, sinetron, model iklan begitu bejibun bahkan tak sedikit mereka mendapatkan jodoh dengan putra kerajaan, putra para pejabat, putra pengusaha dan putra- putraan J.

 Mereka tidak sadar bahwa kecantikan mereka, keseksian dan kemulusan tubuh mereka jadi sasaran mata-mata kapitalis, pelampiasan mata-mata hidung belang. Bahkan tak sedikit berita yang kita dengar ; di antara mereka ada yang disiksa, ada yang telah hilang keparawanannya (entah secara paksa atau suka rela), bahkan tak sedikit saat mereka lagi naik-naik daunnya rumah tangga mereka berantakan.

Anehnya, pemikiran budaya Firaun sudah merasuk hampir keseluruh lapisan masyarakat, bahkan tak hanya orang dewasa, bahkan anak kecil pun sudah bercita-cita jadi jadi artis cantik terkenal dan dibanggakan.

Dua ayat di atas menjelaskan tentang pandangan suatu kaum, atau pandangan umum dalam masyarakat luas. Yang ternyata jika lebih di telesuri ternyata masih ada-ada beberapa ayat AlQuran yang mengisyaratkan tentang perlakuan terhadap wanita yang yang dilakukan perindividu. Hingga Allah menurunkan beberapa peraturan.

 “…Cinta terhadap apa yang diinginkan berupa perempuan..” (Ali-Imran :14)
Ia hanya mencintai wanita itu, hanya berdasarkan syahwat. Entah ia melakukannya dengan cara halal atau tidak. Jika dengan menikah pun, tujuannya hanya kesenangan bertamengkan cinta. Ia menyayangi, melindungi, dan memberi nafkah.

Ia tidak tahu atau lupa bahwa ia mempunyai kewajiban lain, yaitu mendidiknya, membimbingnya dalam amalkan agama, dan menyelematkan dari fitnah duniawi dan kerasnya siksa neraka.

 “….sehingga kamu biarkan mereka terkatung-katung..” (Annisa : 129)
Perlakuan ini beda lagi. Mereka memperlakukan wanita terkatung. Entah pergi lari dari tanggung jawab, menikahi tapi lebih memilih istri-istrinya yang lain, atau meninggalkan istrinya tanpa status yang jelas.  Janda bukan, bersuami pun bukan.
 “Katakanlah, “ jika bapak-bapakmu, anak- anakmu, saudara-saudaramu, istri-istrimu, keluargamu, harta kekayaan yang kamu usahakan, perdagangan yang kamu khawatirkan kerugiannya, dan rumah tumah tempat tinggal yang kamu sukai, lebih kamu cintai dari pada Allah dan Rasul-Nya serta berjihad dijalan-Nya, maka tunggulah sampai Allah memberikan keputusan-Nya.” Dan Allah tidak memberi petunjuk kepada orang- orang fasik.”(At-Taubah : 24)
Kalau yang ini, terlalu mencintai wanitanya. Cintanya melebihi dari segala-galanya. Demi keluarga ia meninggalkan jihad. Ia selalu berusaha membahagiakan wanitanya, salah satunya dalam urusan nafkah. Sayangnya kerja kerasnya sampai berani meninggalkan kewajiban-kewajiban lain yang harus ia tunaikan. Bekerja keras sampai meninggalkan shalat, dan berani melakukan hal-hal yang dilarang agama, bahkan ada yang berani mengabaikan dan menentang orang tuanya.

 “Dan Allah membuat perumpamaan bagi orang- orang yang beriman, isteri Firaun….” (Attahrim: 11)
Firaun berbeda lagi, isterinya tidak kekurangan dari segi harta, bahkan Firaun pun memenuhi keinginan isterinya yang menginginkan mengambil bayi Musa, padahal saat itu Firaun menyuruh tentaranya membunuh semua bayi laki-laki.

Firaun tidak terima isterinya menyembah selain dirinya, tidak terima isterinya menyembah Allah. Akhirnya firaun memerintahkan agar isterinya diikat di bawah terik matahari. Namun, istrinya tetap pada keyakinannya sambil tersenyum dan berdoa,” Ya Tuhanku, bangunkanlah untukku sebuah rumah di surga, dan selamatkanlah aku dari Firaun dan perbuatannya.” (At-Tahrim :11)

Aksi krestinisasi terus saja melancarakan serangannya, entah cara paksa atau dengan rayuan hingga akhirnya tidak sedikit muslimah terjebak di dalamnya. Tidak sedikit juga laki-laki yang beragama Islam, tetapi tidak setuju bahkan melarang isterinya amalkan aturan-aturan Islam. Ia tak setuju istrinya pakai jilbab, karena ia orang penting. Ia malu pada saat pertemuan istrinya berpenampilan uang menurutnya kuno. Ada yang tak suka istrinya silaturrahmi pada orang tuanya, tak suka istri bersedekah, bahkan tak sedikit perempuan berpakaian semakin seksi dan hot setelah menikah, konon katanya suaminya yang menyuruhnya.

Islam memberikan hak yang sama dengan laki-laki dalam ibadah, dalam kancah kehidupan, dan dalam mendapatkan ganjaran.

“Sesungguhnya laki-laki dan perempuan yang muslim, laki-laki dan perempuan yang mukmin, laki-laki dan perempuan yang tetap dalam ketaatannya, laki-laki dan perempuan yang benar, laki-laki dan perempuan yang sabar, laki-laki dan perempuan yang khusyuk, laki-laki dan perempuan yang bersedekah, laki-laki dan perempuan yang berpuasa, laki-laki dan perempuan yang memelihara kehormatannya, laki-laki dan perempuan yang banyak menyebut (nama) Allah, Allah telah menyediakan untuk mereka ampunan dan pahala yang besar.” (Al-Ahzab : 35)

Islam telah mengatur bagaimana seharusnya wanita diperlakukan. Islam memberikan hak suara kepada wanita (lihat , Q.s. Al-Mujadilah :1) mempunyai hak yang sama dalam mengingatkan (At-Taubah :71).Mempunyai hak pilih dalam mengatur hidupnya. Mempunyai hak asuh (Al-Baqarah: 233). Di gauli secara baik-baik (Al-Baqarah :233) Hak di beri nafkah, hak dibimbing, dan hak dilindungi (An-Nisa: 34, At-tahrim:7) hak menentukan pilihan dalam menikah di beri mahar dan boleh menikah bila sudah berpisah dengan suami dan masa iddahnya telah habis (An-Nisa : 4, 21, 24 , dan Al-Baqarah : 231). Mempunyai hak waris ( An-Nisa: 11, 12, 178). Namun, Islam juga membatasi wanita dalam pergaulan (Al-Ahzab :34, 53), berpakaian (Al-Ahzab:59 ) bahkan dalam bertindak (An-Nur : 31, Al-Ahzab:34). Mengekang wanitakah? Tidak !! Islam memuji dan menjaga wanita shalehah (An-Nisa: 34, An-Nuur :4, An-Nuur :11-14) Islam mengatur demi kehormatan dan kebahagiaan wanita. Islam mengatur karena Allah tau tabiat-tabiat wanita, keindahan-keindahan wanita, dan potensi-potensi wanita.

Yang mana bila tidak diatur oleh agama, maka akan meninggalkan kehinaan bagi wanita bahkan akan terjadi keburukan-keburukan akibat wanita, seperti pemerkosaan, pelecehan, penganiayaan, perselingkuhan, bahkan fatal nya akan melahirkan generasi-generasi yang semakin tak bisa diharapkan.

"… dan hendaklah kamu tetap di rumahmu dan janganlah kamu berhias dan bertingkah laku seperti orang-orang Jahiliyah yang dahulu dan dirikanlah shalat, tunaikanlah zakat dan ta'atilah Allah dan Rasul-Nya. Sesungguhnya Allah bermaksud hendak menghilangkan dosa dari kamu, hai ahlul bait dan membersihkan kamu sebersih-bersihnya" (Al-Ahzab :33)

“Membersihkan kamu dengan sebersih-bersihnya” itulah maksud dari semua tentang aturan- aturan Islam terhadap wanita. Lebih dari itu dari diri mereka, di rumah mereka diharapkan; dibacakan, di pelajari/ di ajarkan ayat- ayat Allah dan sunnah Nabi-Nya. Hingga dari rumah-rumah mereka lahirlah generasi yang sholeh, mujahid- mujahid yang tanguh dan taat. Dan akhirnya wanita itu akan mendapatkan kehidupan yang mulia baik di dunia maupun di akhirat kelak. Itulah janji ayat selanjutnya.

"Dan ingatlah apa yang dibacakan di rumahmu dari ayat-ayat Allah dan hikmah (sunnah nabimu). Sesungguhnya Allah adalah Maha Lembut lagi Maha Mengetahui." (Al-Ahzan :34) dan lihat ayat 35 diatas.

Mudahan kita – khususnya sebagai wanita,  mampu kembali kepada yang fitrah, mampu menempatkan segalanya sesuai pada tempatnya, dan sesuai dengan hukum-hukum Allah. Dan ketika harus kembali, ia kembali dengan membawa ampunan dan rahmat Allah.

“Dan orang-orang yang beriman, lelaki dan perempuan, sebahagian mereka (adalah) menjadi penolong bagi sebahagian yang lain. Mereka menyuruh (mengerjakan) yang ma'ruf, mencegah dari yang munkar, mendirikan shalat, menunaikan zakat dan mereka taat pada Allah dan Rasul-Nya. Mereka itu akan diberi rahmat oleh Allah; sesungguhnya Allah Maha Perkasa lagi Maha Bijaksana. Allah menjanjikan kepada orang-orang mukmin, lelaki dan perempuan, (akan mendapat) surga yang di bawahnya mengalir sungai-sungai, kekal mereka di dalamnya, dan (mendapat) tempat-tempat yang bagus di surga 'Adn. Dan keridhaan Allah adalah lebih besar. Itu adalah keberuntungan yang besar.” (At-Taubah: 71-72)


“Barangsiapa yang mengerjakan amal saleh, baik laki-laki maupun perempuan dalam keadaan beriman, maka sesungguhnya akan Kami berikan kepadanya kehidupan yang baik dan sesungguhnya akan Kami beri balasan kepada mereka dengan pahala yang lebih baik dari apa yang telah mereka kerjakan.” (An-Nahl : 97)

Bicara tentang wanita memang tak ada habisnya, Dan berbagai penjuru dunia pun selalu bicara wanita. Di dalam Alquran sendiri ada surah...
El Nurien