Menu
Cahaya Akhwat

Al-Qur'an Sebagai Manhajul Hayyah



بسم الله الر حمن الرحيم
Al-Qur’an sebagai manhajul hayyah (pedoman), hidup bagi seluruh manusia tanpa terkecuali
“(Beberapa hari yang ditentukan itu ialah) bulan Ramadhan, bulan yang di dalamnya diturunkan (permulaan) Al-Qur’an sebagai petunjuk bagi manusia dan penjelasan-penjelasan mengenai petunjuk itu dan pembeda (antara yang hak dan yang bathil). Karena itu, barangsiapa di antara kamu hadir (di negeri tempat tinggalnya) di bulan itu, maka hendaklah ia berpuasa pada bulan itu, dan barangsiapa sakit atau dalam perjalanan (lalu ia berbuka), maka (wajiblah baginya berpuasa), sebanyak hari yang ditinggalkannya itu, pada hari-hari yang lain. Allah menghendaki kemudahan bagimu, dan tidak menghendaki kesukaran bagimu. Dan hendaklah kamu mencukupkan bilangannya dan hendaklah kamu mengagungkan Allah atas petunjuk-Nya yang diberikan kepadamu, supaya kamu bersyukur.” (QS. Al-Baqarah : 185
Hifzul Quran (mengahafal Al-Qur’an), merupakan upaya mengakrabkan orang-orang beriman dengan Al-Qur’an. Sehingga ia tidak buta terhadap kita sucinya. Terbukti dengan masih langkanya nilai nilai Al-Qur’an membudaya dan menyatu dalam kehidupan.
Peletak manhajul hayyah yang hakiki adalah Allah. Namun ada sebagian merampas hak Allah ini dengan berbagai dalih. Kita lihat mereka berupaya degan sekuat tenaga untuk mengakrabkan hasil ciptaannya kepada seluruh lapisan masyarakat dari anak-anak sampai dewasa. Kepada sasarannya mereka mengharuskan belajar bahkan menghafal dan meyakinkan bahwa itulah satu-satunya pedoman hidup yang terbaik. Padahal, pada hakikatnya upaya mereka itu diilhami oleh bisikan syetan.
Nah…, sebagai ummat Islam, tak ada alasan buat kita untuk meragukan Al-Qur’an. Allah sendiri memberi nama Al-Haq dalam firman-Nya, yang artinya;
“Katakanlah: “Hai manusia, sesungguhnya teIah datang kepadamu kebenaran (Al-Qur’an) dari Tuhanmu, sebab itu barangsiapa yang mendapat petunjuk maka sesungguhnya (petunjuk itu) untuk kebaikan dirinya sendiri. Dan barangsiapa yang sesat, maka sesungguhnya kesesatannya itu mencelakakan dirinya sendiri. Dan aku bukanlah seorang penjaga terhadap dirimu.” (QS. Yunus : 108)
dari buku Kiat Sukses Menjadi Hafizh Qur’an yang Da’iyah

بسم الله الر حمن الرحيم Al-Qur’an sebagai manhajul hayyah (pedoman), hidup bagi seluruh manusia tanpa terkecuali “(Beberapa hari ...
El Nurien
Cahaya Akhwat

Pentingnya Memohon Hidayah Islam




اهدنا الصراط المستقيم


Tunjukilah kami jalan yan lurus.” (QS. Al-Fatihah : 6)

Kata اهدنا berasal dari kata هدى yang artinya petunjuk. Wahbah Zuhaili dalam tafsir Al-Munir mengatakan ﻫﺩﻯ sebagai jalan yang menyampaikan kepada kebenaran. Dengan adanya petunjuk (hidayah). Perilaku kita akan sesuai yang dikehendaki Allah. Ada lima macam bentuk hidayah yang Allah berikan kepada kepada makhluk-Nya, yaitu hidayah yang diberikan kepada manusia dan itu sudah menjadi bagian dari fitrahnya, misalnya bayi yang menangis ketika lapar atau pada saat ditinggal orang tuanya
.
Hidayah yang Allah berikan kepada manusia maupun hewan melalui panca indra. Hidayah yang kedua ini merupakan penyempurnaan dari yang pertama. Bayi merasa dilindungi jika dipeluk dan dicium. Hewan menggunakan panca inderanya untuk berburu atau merawat anaknya. Hewan-hewan tersebut menggunakan insting, bukan akal. Dalam hal-hal tertentu mereka lebih peka dari pada manusia. Karena itu bagian kedua ini lebih banyak diberikan kepada binatang dari pada manusia.
Hidayah yang diberikan lewat akal. Menggunakan indra saja dalam menggunakan hidup ini tidaklah cukup. Dibutuhkan akal. Dengan akal seseorang bisa membedakan benar dan salah. Dengan akal manusia bisa meraih kemajuan, menciptakan berbagai alat dan membuat aturan-aturan dalam kehidupan sosial. Peradaban binatang selama berabad-abad tidak mengalami perubahan. Sebab binatang tidak dikaruniai akal, sementara manusia yang dikaruniai akal peradabannya terus berkembang.

لقد خلقنا الا نسان في احسن تقويم 

Sesungguhnya kami telah menciptakan manusia dalam bentuk sebaik-baiknya.” (QS. At-Tin : 4)
Hidayah diberikan melalui agama. Agama berisi petunjuk, perintah serta larangan yang ditujukan untuk mengatur kehidupan manusia agar lebih baik. Akal bisa digunakan untuk menciptakan berbagai inovasi dalam rangka meraih kemajuan. Tetapi untuk meraih kebahagiaan, tidak cukup hanya menggunakan akal. Akal biasa lebih mendahulukan hawa nafsu dari pada kebenaran. Disinilah fungsi agama berperan, yaitu memberi rambu-rambu atau petunjuk bagi manusia.

Hidayah yang Allah berikan kepada kita agar dapat mengetahui kebenaran hakiki. Dengan pengetahuan ini manusia tidak akan tersesat lagi. Mereka yang telah mengetahui kebenaran sejati, tidak akan cemas dan khawatir. Hati mereka dipenuhi cahaya dan kebahagiaan.

AL-QUR’AN SEBAGAI HIDAYAH.
Al-Qur’an Allah turunkan kepada manusia lewat kekasih-Nya adalah hidayah bagi orang- orang yang bertaqwa. Mereka yang bertaqwa menjadikan Al-Qur’an sebagai petunjuk dalam mengarungi hidup. Ucapan dan tindakan mereka senantiasa berpedoman pada Al-Qur’an sehingga hidup mereka tak perah lepas dari petunjuknya. Allah swt berfirman dalam Al-Qur’an dalam surah Albaqarah ayat : 2

ذالك الكتاب لا ريب فيه هدى للمتقين
“ Kitab (Al-Qur’an) ini tidak ada keraguan padanya, petunjuk bagi mereka yang bertqwa.”

Kebenaran Al-Qur’an tidak perlu diragukan lagi. Jika ada beberapa hal yang seakan–akan tidak sesuai dengan akal, tentu bukan karena Al-Qur’an salah atau tidak lagi sesuai. Otak manusia lah yang tidak mampu mencerna apa yang disampaikan Al-Qur’an.

Agar selalu berada di jalan yang benar, kita harus senantiasa berdoa, meminta pertolongan dan petunjuk-Nnya. Tidak ada satu pun makhluk yang mampu memberikan hidayah kepada orang lain. Nabi Muhammad saw pun tidak mampu memberikan hidayah kepada pamanya untuk memeluk agama Islam. hidayah merupakan hak mutlak Allah subahanahu wa ta’ala.
“Sesungguhnya kamu tidak akan dapat memberi petunjuk kepada orang yang kamu kasihi, tetapi Allah memberi petunjuk kepada orang yang dikehendaki-Nya, dan Allah lebih mengetahui orang-orang yang mau menerima petunjuk”.(QS. Al-Qashash : 56)

Di sinilah ditemukan salah satu hikmah, kenapa kita diwajib berdo’a (didalam shalat)
اهدنا الصرا ط المستقيم minimal 27 kali sehari.
Shalat berjamaah di mesjid, puasa, dzikir, suka menolong orang lain, dan amal ibadah lainnya Adalah jembatan untuk menghilangkan keragu-raguan atas kebenaran Al-Qur’an. Mengapa? Karena barangsiapa menunaikan shalat berjamaah, memperbanyak puasa sunnat, suka menolong, tidak menzalimi orang lain, dan mengerjakan perintah–perintah Allah, dia akan mendapatkan kemudahan untuk memperoleh hidayah dan taufik-Nya. Dengan memperoleh hidayah dan taufik-Nya, akan muncul sebuah keyakinan bahwa Al-Qur’an adalah pedoman untuk mengarungi kehidupan.
Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda, “Sungguh aku telah meninggalkan pada kalian dua hal yang jika menjadikannya pedoman dan beramal dengan keduanya kalian tidak akan tersesat (baik di dunia maupun di akherat) Al-Qur’an dan Sunnahku. (HR. Bukhari dari Abu Hurairah radhiyallahu ‘anhu)
Tanpa hidayah, manusia seperti berada di dalam sebuah ruangan gelap gulita. Jangankan benda-benda kecil, benda yang besar pun tidak akan dilihat, berbeda mereka yang mendapatkan hidayah-Nya, dia bagaikan berada di sebuah ruangan yang memiliki penerangan yang sangat jelas, sehingga benda sekecil apapun dapat dilihat. Karena itu selalulah berdo’a untuk mendapatkan hidayah-Nya .
Dari buku : Mengakrabi Al qur’an karya H. Deden Zainal Mutaqin, LC, M.Si

اهدنا الصراط المستقيم Tunjukilah kami jalan yan lurus.” (QS. Al-Fatihah : 6) Kata اهدنا berasal dari kata هدى yang ...
El Nurien
Cahaya Akhwat

Mengapa Bermaksiat kepada Allah



Umar bin Khattab radhiyallahu ‘anhu meriwayatkan bahwa telah dibawa seorang tawanan kepada Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam, ketika itu terlihat seorang wanita sedang mencari anaknya. Ketika melihatnya, ia mengangkat dan mendekatkan ke perutnya untuk menyusuinya. Beliau bersabda kepada kami, “Bagaimana pandangan kalian, apakah wanita rela memasukkan anaknya ke dalam api?” Kami menjawab, “Demi Allah, tentu ia tidak rela.” Maka beliau bersabda, “Betapa cinta dan sayang wanita itu kepada anaknya, sungguh Allah jauh lebih mencintai dan menyayangi hamba-Nya daripada wanita itu.” (HR. Muslim)

Allah ciptakan langit dan beserta seluruh isinya dengan segala keindahannya. Allah pelihara dan Allah beri rezeki. Manusia tidak akan mampu menghitung seluruh nikmat yang lihat, kecap, dan rasakan. Allah ciptakan aturan-aturan, baik perintah atau larangan, semua karena cinta dan sayang-Nya. 

Lalu, mengapa kita berani bermaksiat kepada Allah yang telah menyayangi kita?  Mengapa kita lalai kepada-Nya, sedang setiap detik kita telah merasakan berjuta-juta nikmat dari-Nya?
“Wahai ayahku, janganlah engkau menyembah setan. Sungguh, setan itu durhaka kepada Tuhan yang Maha Pengasih.” (QS. Maryam : 44)
   Renungan malam 7-2-2017

 


  Umar bin Khattab radhiyallahu ‘anhu meriwayatkan bahwa telah dibawa seorang tawanan kepada Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa...
El Nurien
Cahaya Akhwat

Cantik itu Untuk Siapa?


بسم الله الر حمن الرحيم
Mungkin kamu yang berjilbab, pernah mendengar kata-kata,  “Waah, rambutnya bagus ya! Sayang sekali ditutupi!” Atau bagi kamu yang bercadar pernah dengar.  “Wah, ternyata cantik yaa.”
Aku jadi berpikir, cantik itu untuk siapa? 
Setiap orang senang dengan cantik, bahkan kita umat muslim pun disuruh cantik. Tapi dengan menjaga kecantikan sesuai koridor agama tentunya.
Hampir semua perempuan suka bercantik diri (walau sebagian ada perempuan yang memang tidak peduli dengan penampilan). Jauh untuk siapa, cantik memang membuat nyaman dipandang, bahkan diri kita sendiri pun senang melihat kalau keadaan kita nyaman dipandang. 

Cantik dan berhias adalah fitrah perempuan. Namun kadang sangat disayangkan, kecantikannya untuk dipamerkan,  bukan  utuk yang berhak memandangnya, dan cantiknya kadang sudah jauh dari nilai-nilai agama.

Berhias untuk suami, memang dianjurkan dalam agama. Akan tetapi, tentu penampilan cantik tersebut jangan sampai dibawa keluar rumah, meski niatnya untuk suami. 

Cantik untuk pacar atau tunangan? Ini tidak dibolehkan untuk agama.  
Fitrah lainnya dari perempuan adalah suka diperhatikan. Dan salah satu alat perempuan agar diperhatikan adalah cantik. 

“Dunia seluruh isinya adalah perhiasan, dan sebaik-baik perhiasan adalah wanita shalehah.” (HR. Muslim. dari Ibnu Umar radhiyallahu ‘anhu)

Wahai sekalian wanita, sesungguhnya yang paling baik di antara kalian akan memasuki surga sebelum orang yang paling di kalangan lelaki. Mereka akan mandi, dan memakai minyak wangi dan menyambut suami-suami mereka di atas keledai-keledai merah dan kuning. Bersama mereka anak-anak kecil, mereka seperti batu permata yang berkeliauan.” (HR.Abu Syaeh, dari Abu Umamah radhiyallahu ‘anhu)

Dan agama pun menghormati fitrah ini, bahkan akan mendapatkan pahala jika disalurkan kepada yang halal.
 Apabila engkau mempunyai suami, dan engkau mampu melembutkan kedua bulu matamu dan membuatnya lebih baik, maka lakukanlah.” (Dari Aisyah radhiyallahu ‘anha)

“Tidaklah seorang mu’min lebih mengambil manfaat setelah ketakwaan kepada Allah subhanahu wata’ala yang baik baginya, dari pada isteri yang shalehah. Jika diperintah, maka ia taat. Jika suaminya melihatnya akan menyenangkannya. Jika suaminya bersumpah, maka ia akan menunaikannya. Dan jika suaminya tidak ada, maka ia akan menjaga dirinya dan hartanya.”  (HR. Ibnu Majah)

Kecantikan adalah anugerah Allah kepada wanita, sekaligus ujian yang besar buat wanita. Tak jarang wanita habis-habisan mengeluarkan dana agar tetap cantik atau lebih cantik.
Agama tak melarang hal ini, bahkan kita pun disuruh merawat nikmat yang Allah berikan.

“Sesungguhnya Allah senang melihat atsar (pengaruh) nikmat-Nya yang diberikan kepada hamba-hamba-Nya.” (HR. Tirmidzi, Hakim)

“Barang siapa yang memilik rambut, maka hendaklah ia menghormatinya.” (HR. Abu Dawud)
“Apabila seseorang keluar mendatangi saudaranya, maka hendaklah ia mempersiapkan diri, karena sesungguhnya Allah itu indah dan mencintai keindahan” (Imam Qurthubi)

Namun sangat disayangkan, tidak sedikit perempuan berani melakukan hal-hal yang dilarang agama demi sebuah kecantikan.
Siapa saja wanita yang memakai wangi-wangian dan melewati kumpulan orang-orang sehingga mereka mencium bau harumnya, maka dia adalah penzina.” (HR. An-Nasa’i, Ahmad, Hakim)

Dari Abdillah radhiyallahu ‘anhu,  Rasulullah saw melaknat wanita yang mencabut bulu alisnya dan merenggangkan agar kelihatan cantik  dengan merubah ciptaan Allah Subhanahu wata’ala.” (HR. An-Nasa’i)
Untuk apa arti sebuah kecantikan dan seluruh dunia memujinya, kalau akhirnya kita mendapatkan murka Allah?
Alangkah beruntungnya seorang wanita yang dengan kecantikan mampu meraih redha Allah. Mampu menyenangkan hati suami dan membuat betah di rumah. Dan dengan sifat amanah yang ia miliki, suami tak khawatir meninggalkannya ketika bepergian.

Namun, alangkah malangnya seorang wanita karena kecantikan membuat ia terjerumus ke neraka (na’udzubillah,) bahkan kadang dengan menjerumuskan orang lain. Berapa banyak laki-laki berdosa karena melihat lengkok tubuh yang duhai dan wajah rupa yang rupawan. Berapa banyak suami-suami yang semakin terjerat dalam dunia hutang (bahkan mungkin kuropsi)  demi memenuhi kebutuhan kecantikan istrinya.
Raihlah cantik dengan tetap berjalan di atas koridor agama. Peliharalah kecantikan fisik dengan diimbangi memelihara kecantikan hati dan akhlak. 

Syukuri anugerah Allah dengan menambah ketaatan kepadaNya.
Insya Allah, dengan rahmat Allah, kita bisa lebih cantik di surganya Allah.  Menjadi ratu bidadari dengan mendampingi orang yang kita cintai di dunia.

بسم الله الر حمن الرحيم Mungkin kamu yang berjilbab, pernah mendengar kata-kata,   “Waah, rambutnya bagus ya! Sayang sekali ditutupi!...
El Nurien