Menu
Cahaya Akhwat

JIKA HAFIZAH TIDAK AMALKAN SUNNAH

Cahaya Akhwat – KETIKA HAFIZH TIDAK AMALKAN SUNNAH

Suatu hari, Allah memberi saya kesempatan untuk berkumpul dengan calon-calon hafizah di sebuah yayasan yang mewadahi menghafal Al-Qur’an dengan sistem percepatan.

Banyak sekali pelajaran yang saya dapatkan di sana, salah satunya dapat melihat kondisi ‘sunnah’ di mata ummat sekarang ini.

Salah satunya, dalam masalah konsumsi. Yayasan tersebut tidak memfasilitasi cuci tangan untuk makan. Mereka hanya menyediakan sendok. Jadi tanpa cuci tangan pun tak masalah karena makannya pakai sendok.

Makan sunnahnya pakai tangan. Walaupun tidak ada larangan makan pakai sendok, tapi rasanya lebih afdhal makan pakai sendok karena sunnah memang mengajarkan demikian. Dan kebetulan, tak jauh dari sana ada kolam ikan, sehingga ada pancuran mata air. Yang airnya suci untuk cuci tangan.

Ketika mau makan, saya terlebih dahulu mendekati kolam itu untuk cuci tangan dengan air di sana atau membawa air sendiri dengan botol. Dan makan dengan tangan ternyata menjadi ciri khas saya sendiri di antara para peserta.

Suatu saat, ada yang bertanya, “Ummi, ga bisa ya makan pakai sendok?” Aku menjawab, “Sunnahnya pakai tangan tangan.”
Dia berkata, “Iya sih.. tapi, malas.”

Obrolan singkat itu menjadi renungan bagi saya, dan kebetulan dari puluhan  hanya beberapa orang makan dengan tangan dan duduk yang sunnah. Ketir rasa ketika menyadari hal itu.

Jika para hafizah saja malas amalkan sunnah, kepada siapa kita berharap agar sunnah tetap hidup? Orang-orang di dalam kepalanya ada hafalan Al-Qur’an saja malas amalkan sunnah, bisakah kita berharap kepada orang awam?

Mungkin saja bisa, dan itulah hidayah.

Semoga ada hafizh, calon hafizh, atau yang bermimpi menjadi hafizh membaca artikel  ini, yuk mari amalkan sunnah dari hal yang terkecil, termasuk sunnah dalam makan, minum ataupun masuk keluar kamar mandi.

Jangan remehkan sunnah dalam keseharian, walaupun kita pandang itu dalam ha sepele. Tapi, ketahuilah dalam sunnah tersimpan cinta dan Ampunan Allah.

“Katakanlah: "Jika kamu (benar-benar) mencintai Allah, ikutilah Aku, niscaya Allah mengasihi dan mengampuni dosa-dosamu." Allah Maha Pengampun lagi Maha Penyayang.” (Ali Imran : 31)

Amalan sunnah merupakan bukti cinta kita kepada Allah. Dan wujud cinta adalah selalu berbuat agar selalu dicintai, tak memandang besar kecilnya suatu perkara.

Sunnah merupakan salah satu latihan untuk berkonsisten, dari hal terkecil untuk melakukan hal yang besar. Bagaimana bisa kita melakukan kesungguhan yang tinggi dalam menghafal, sedangkan dalam perkara sederhana saja kita malas melakukannya?

Ingatlah, Bermula dari pikiran, akan muncul berupa bentuk perbuatan. Perbuatan yang sering dilakukan, akan menjadi kebiasaan. Kebiasaan yang terus berlanjut, akan menjadi karakter. Indah sekali, jika seseorang yang mempunyai karakter nyunnah. Dan nyunnah, salah satu karakter yang dimiliki hafizh Qur’an




1 komentar

  1. Jadi pembelajaran buat saya yang membacanya. Terima kasih sudah mengingatkan :)

    BalasHapus