Cahaya Akhwat

Menu
Cahaya Akhwat

 




Berapa hari lalu kami mau membayar biaya setoran di sebuah layanan masyarakat. Di catatan kaki nggak sama dengan pembayaran sebelumnya.  


Karena nggak jelas, coba aja dengan cara pembayaran sebelumnya. Nggak berhasil. 


Oke, besoknya ke mesin ATM. Nggak berhasil juga. Di catatan kaki memang tidak dijelaskan secara detail. Hanya ATM bank dan kode.


Ketika keluar ruang ATM, baru terpikir kenapa nggak cari di google. Klik-klik berhasil transaksi hanya dengan menggunakan ponsel. 


Aku tertawa. Kenapa nggak kemarin-kemarin tanya si embah google? 


Pulangnya, kenapa pula mengambil jalan yang tak biasa? 


Di jalan bertemu tukang bubur langganan. 


Oh, ternyata lupa nanya google atau tiba-tiba ambil yang tak biasa karena ada magnet rezeki tukang bubur 😁  

ما شاء الله تبارك الله

  Berapa hari lalu kami mau membayar biaya setoran di sebuah layanan masyarakat. Di catatan kaki nggak sama dengan pembayaran sebelumnya.   ...
El Nurien
Cahaya Akhwat




Setiap manusia pasti mempunyai masalah. Baik kesehatan, pekerjaan, finansial, sosial, cinta dan entah apa lagi. 


Aku yang terlihat baik-baik saja, bukan berarti tidak mempunyai masalah.


Satu hal yang aku ingin pertahankan, untuk tidak mengeluarkan keluhan, baik secara lisan atau tulisan. Karena bagiku, ketika diucapkan entah kenapa, permasalahan terasa menjadi semakin nyata, berat dan mungkin tambah lama. 


Maka jangan heran jika misalnya tanpa sengaja mecahin benda berharga tidak ada keluar dari mulutku, meski sekadar teriakan kaget. 


Kenapa? Karena mengeluh pecahnya barang disayang akan membuat hati semakin nelangsa. Lebih baik bergerak, bersihkan, dan introspeksi diri. 

Jadi diam bukan berarti kuat, tapi tidak ingin membebani diri lagi. Apalagi kalau dishare ke sosmed. Jika mendapat respon user daring, maka drama kesedihan bertambah durasi. Itu pendapat saya, jangan protes. 😁


Lalu apakah aku tidak pernah mengeluh? Atau ada manusia yang tidak pernah mengeluh? Pasti ada. Manusia itu diciptakan bersifat keluh kesah dari orok. 


{ ۞إِنَّ ٱلۡإِنسَٰنَ خُلِقَ هَلُوعًا }

[Surat Al-Ma'arij: 19]


Sungguh, manusia diciptakan bersifat suka mengeluh.


Manusia pasti ada mengeluh.  Hanya saja kita bisa meminimalisir, supaya pikiran tidak dipenuhi keluhan. Lalu mengalihkan perhatian pada mencari solusi atau melihat nikmat lainnya masih bisa dikecap.


 Jika waktu untuk mengeluh, bukankah lebih baik gunakan waktu untuk mengatasi masalah? 

Atau jalan-jalan sebentar, lihat orang-orang di sekitar kita. Di dunia ini masih banyak yang lebih menderita dari kita.


Mindset itu seperti kertas kosong. Mau kita lukis seperti apa, itu terserah. Selebihnya kita sendiri yang memandang dan menikmati. 


Allahu a'lam.

Setiap manusia pasti mempunyai masalah. Baik kesehatan, pekerjaan, finansial, sosial, cinta dan entah apa lagi.  Aku yang terlihat baik-baik...
El Nurien
Cahaya Akhwat

 


Saat lebaran entah tahun kapan, saling berbagi makanan kepada tetangga dengan menggunakan piring kecil dan satu tak kembali. 


Pikiranku jadi rada-rada gimana, antara kesal dan berupaya ikhlas. 


Aku beli piring kecil cuma setengah lusin. Tentu piring itu sangat berharga sebagai peralatan dapur. Hingga jika hilang satu, tentu sangat terasa. 


Beberapa tahun kemudian masih saja terngiang-ngiang piring yang tak kembali. Hingga pagi tadi aku masukin sisa piring ke dalam rak. Teringat lagi piring yang hilang. 


Hati bergumam, mengapa selalu yang satu itu diingat dan dipikirkan? 


Padahal masih ada sisa 5 lagi. Kenapa tidak mengingat yang 5 itu biar hati lapang dan selalu bersyukur? 


Itulah manusia. Ketika mengalami kejadian buruk, langsung saja terekam sebagai bentuk pelindungan diri untuk ke depannya. Namun, tak jarang ciptakan trauma juga. 


Berbeda dengan kejadian bagus. Memori hanya terekam kejadian yang manis atau yang membuat hati terenyuh. Padahal banyak momen bagus lainnya yang kita lewati, tetapi tak kunjung terekam karena  sering terjadi.


 Misalnya tubuh yang sehat, air mengalir, mesin cuci kondisi baik, lampu menyala. Tetapi itu jarang terekam karena biasa. Beda dengan mati lampu, langsung saja terekam atau kesal padahal dalam sebulan cuma sekali atau malah beberapa bulan baru sekali. 


Dari sini dapat kita sedikit memahami ayat 11 dari surat Duha. 


{ وَأَمَّا بِنِعۡمَةِ رَبِّكَ فَحَدِّثۡ }


"Dan terhadap nikmat Tuhanmu, hendaklah engkau nyatakan (dengan bersyukur)."


Nyatakan, bisa dalam artian bersyukur juga ucapkan, dengungkan, perlihatkan atau kalau perlu catat. 


Kenapa? 


Supaya memori merekam nikmat itu, yang nantinya akan berdampak pada pikiran, ucapan dan tindakan. 


Dari sini, kita juga dapat mengerti mengapa perempuan itu banyak kufur nikmat terhadap suami. Karena kita jarang memuji suami secara lisan, atau tindakan. 


Allahu a'lam.


  Saat lebaran entah tahun kapan, saling berbagi makanan kepada tetangga dengan menggunakan piring kecil dan satu tak kembali.  Pikiranku ja...
El Nurien
Cahaya Akhwat

Menelisik psikologis perempuan melalui ayat-ayat Al-Qur’an



Foto dari PicsArt

Di dunia maya sempat viral berita seorang ibu yang menggorok anak-anaknya. Atas kasus ini, ada yang membela dan menyalahkan. 


Ya, memang menggorok anak untuk seorang ibu seperti sebuah kemustahilan. Seorang ibu sanggup melakukan, patut dicurigai kalau dia memiliki gangguan jiwa. Dan mengapa dia sampai mengalami gangguan? Pastilah banyak yang harus diusut, baik  latar belakang lingkungan dia lahir dan dibesarkan, juga akhirnya menikah dengan siapa. Sampai di sini, yang paling sering patut diminta pertanggung jawaban adalah suaminya. 


Dalam kasus masing-masing mengemukakan pendapatnya, bahkan ajaran Islam pun disangkut pautkan. Yang disayangkan, terjadi perdebatan, dengan ada berpendapat bahwa tindakan itu menunjukkan tanpanya ada iman dan ilmu. Di sisi lain, ada mendebat, apa hubungan psikologis dengan iman?


So, aku di sini tidak ingin membahas itu. Aku hanya mengurai sedikit psikologis perempuan yang diambail dari ayat-ayat Al-Qur’an. Dan itu pun tentunya, hanyalah sedikit. 


🖍️ Zulaikha


Dan perempuan yang dia (Yusuf) tinggal di rumahnya menggoda dirinya. Dan dia menutup pintu-pintu, lalu berkata, “Marilah mendekat kepadaku.” Yusuf berkata, “Aku berlindung kepada Allah, sungguh, tuanku telah memperlakukan aku dengan baik.” Sesungguhnya orang yang zalim itu tidak akan beruntung." (QS. Yusuf: 23)


Ayat ini menceritakan seorang perempuan bernama Zulaikha yang tergila-gila kepada pembantunya sendiri, Yusuf as. Yang mana dikatakan, Yusuf memang sangat tampan dan pada saat usia ibarat bunga saatnya sedang mekar. 


Yusuf memang tampan, tapi Zulaikha juga bukan perempuan bodoh yang tergila-gila hanya karena fisik. Zulaikha seorang istri pejabat, tentu bukanlah sembarang perempuan yang pantas mendampingi seorang pejabat. Jadi tidak mungkin akalnya tumbang hanya karena seorang pembantu. 


Mungkin saja. Seperti yang dikatakan banyak orang, "cinta itu buta."


Namun yang kita dapatkan di sini, perempuan itu mempunyai sifat “ekstrim’ perasaan entah positif atau negatif jika sudah tertuju pada satu objek. 


Contohnya Zulaikha yang tergila-gila dengan Yusuf. Atau Istri Abu lahab yang sangat membenci Rasulullah, waktunya habis hanya untuk menyebarkan fitnah. Padahal juga, Abu Lahab seorang pemuka Quraisy, tentu istrinya juga buka kaleng-kaleng. Namun begitulah, kadang perempuan memiliki perasaan yang sulit dikendalikan. 


Penomena sekarang banyak terjadi, seperti perempuan yang tergila-gila dengan laki orang. Di antara sekian yang menjadi istri kedua atau selanjutnya, pasti ada terjadinya pertarungan batin. Banyak pertimbangan yang harus dipikirkan. Baik itu nafkah, anak-anak, status yang kadang tidak terdaftar, gunjingan orang-orang dan lain sebagainya. Namuni begitulah, ketika keinginan kuat, kadang mengalahkan seribu logika. 


Karena itu, jangan heran jika ada perempuan mengalami kekerasan dan kezaliman dalam rumah tangganya, tetapi masih saja bertahan. Kita sebagai penonton, pingin rasa ngumpat dengan mengatakan, "kamu itu bod*h." 


Kita menilai begitu, karena kita tidak memiliki perasaan sedalam itu.



Kita berlindung kepada Allah dari perasaan seperti ini. 


Kabar baiknya, jika perasaan ekstrim tercurah pada keluarga dan anak-anaknya. Tak heran jika kita melihat banyak perempuan sanggup bekerja keras demi keluarga, padahal pekerjaan rumah saja sudah cukup membuat lelah. Tak heran, jika ada seorang ibu mengorbankan nyawanya untuk anak-anaknya. 


🖍️Maryam


“Kemudian rasa sakit akan melahirkan memaksanya (bersandar) pada pangkal pohon kurma. Dia (Maryam) berkata, “Wahai, betapa (baiknya) aku mati sebelum ini, dan aku menjadi seorang yang tidak diperhatikan dan dilupakan.” (QS. Maryam:23)


Pada kasus viral seorang ibu yang mencelakai anak-anaknya, ayat ini juga lewat di beranda sosmed. Padahal kasus ini  tidak bisa disandarkan pada cerita Maryam. 


Maryam perempuan salehah saja sampai berpikir begitu, bagaimana dengan kita wanita biasa? Mungkin begitulah kira-kira pikiran kita. Jangan samakan kasus Maryam dengan kasus zaman now. 


Pertama : Maryam hanya berandai ingin mati, bukan mencelakai anaknya. Seperti apapun gunjingan yang ia terima, kemiskinan yang terus saja mendera dalam membesarkan anak seorang diri, lapar tanpa suami dan keluarga, lapar menjadi keseharian mereka, tetapi tidak sedikit pun Maryam berpikir membunuh anaknya.


Memang ada situasi perempuan yang merasa ingin rasanya mati, pingsan sejenak, ingin waktu berhenti, atau menelan obat tidur. 


Itu memang benar, ada saatnya perempuan berpikir begitu karena sifat manusia yang mempunyai keterbatasan. Tapi bukan ingin mencelakakan keluarganya. Apalagi jika dilihat dari ayat di atas (ayat Zulaikha), justru seharusnya anak-anak membuatnya terus bertahan, dan berjuang. Jadi kasus mencelakai anak itu sudah bertolak belakang dari sifat perempuan yang memiliki perasaan cinta yang luar biasa. 


Kedua : perasaan ingin mati Maryam karena memikirkan Marwah dan agama. Apa pendapat orang lain, dirinya yang menjaga mihrab hamil? Ketakutan yang sangat sulit dibayangkan. Perempuan salehah hamil? Apa bakal kata orang-orang? Jadi  bukan karena takut kelaparan. 


Ketiga: jangan menjadikan tolak ukur menjadi pembenaran. Wanita salehah saja, berbuat begitu bagaimana dengan kita? 


Ujian yang diterima Maryam, tidak ada seorangpun menimpa perempuan di dunia selain dia. Tentu tidak bisa disamakan dengan ujian yang kita terima. Selain itu, jika kita mundur ke belakang. Sebenarnya, saat Jibril masuk ke mihram dia, saat itu iman Maryam telah turun. Akibat kabar yang dia dengar bertentangan dengan fakta dan logika. Di situ ujian Maryam bermula, dan ia gagal. 


Dia (Maryam) berkata, “Bagaimana mungkin aku mempunyai anak laki-laki, padahal tidak pernah ada orang (laki-laki) yang menyentuhku dan aku bukan seorang pezina!” (QS. Maryam: 20)


Maryam yang selalu melihat mukjizat dari Allah berupa makanan yang selalu ada, bagaimana bisa berkata begitu? Ya wajar, karena dia manusia. Memang benar, tapi di situlah, titik awal kadar kesalehan dia menjadi seperti manusia umumnya. Makanan yang biasa selalu tersedia, kini tidak muncul lagi. Sejak itulah dia harus berusaha untuk menghidupi dirinya. Bahkan berat hidupnya lebih besar daripada manusia umumnya. Begitulah, satu kesalahan yang dibuat orang saleh, konsekuensi yang diterima kadang lebih berat pada orang umumnya.


Coba bayangkan, bagaimana mungkin seorang perempuan habis melahirkan harus menggoyang pohon sebesar kurma? Sebesar apa kurma yang digoyang Maryam, Allahu a’lam. 


Mungkin saja, ada bantuan malaikat di balik itu. Mungkin saja Allah menyuruh menggoyang pohon kurma, hanya untuk mengajarkan dia berikhtiar. Allahu a'lam.


Maryam saat itu sudah seperti perempuan pada umumnya. Beruntungnya, kesalehan dia masih luar biasa, sehingga masih mendapatkan bimbingan Allah dalam menapaki hidupnya. 



🖍️Bunda Musa


"Dan hati ibu Musa menjadi kosong. Sungguh, hampir saja dia menyatakannya (rahasia tentang Musa), seandainya tidak Kami teguhkan hatinya, agar dia termasuk orang-orang yang beriman (kepada janji Allah). (QS. Al-Qashah: 10)



Ibu manapun pasti akan berteriak jika melihat bayi imut yang baru saja dilahirkan mengapung di sungai. 


Dengan bantuan Allah, dia mempunyai kekuatan menahan diri, meski di ujung batas ketahanan.  



Sebagai manusia biasa, adakalanya kita mengalami situasi yang ingin rasanya berteriak. Rumah berantakan, cucian menumpuk, suaminya bisanya menuntut, anak-anak ribut, belum lagi masalah di luar seperti masalah bisnis atau lainnya. 


Di situasi seperti ini, yang sering jadi korban pelampiasan adalah anak-anak karena mereka lemah dan paling dekat. 


🖍️Istri Abu Lahab



"Dan (begitu pula) istrinya, pembawa kayu bakar (penyebar fitnah). (QS. Al-Lahab: 4)


Kisah istri Abu Lahab telah disinggung di atas. Bagaimana mungkin seorang istri pemuka menghabiskan waktunya hanya untuk menyebarkan fitnah?


Begitulah perempuan, mempunyai sifat yang luar biasa. Jika cinta, sangat cinta. Jika benci, sangat benci. Mereka sanggup berkorban harta dan nyawa demi cinta atau bencinya. 


Beruntung jika yang memegang sifat ini wanita salehah, seperti Khadijah r.ha yang menghabiskan hartanya untuk agama Allah. Ummu Syarik tidak takut mati, demi menyebarkan agama Allah. Atau istri Fir’aun yang tidak takut mati demi sebuah keyakinan. 



🖍️Orang tidak mengenal Allah


“Atau seperti (orang yang ditimpa) hujan lebat dari langit, yang disertai kegelapan, petir dan kilat. Mereka menyumbat telinga dengan jari-jarinya, (menghindari) suara petir itu karena takut mati. Dan Allah meliputi orang-orang yang kafir. Hampir saja kilat itu menyambar penglihatan mereka. Setiap kali (kilat itu) menyinari mereka, mereka berjalan di bawah (sinar) itu, dan apabila gelap menerpa mereka, mereka berhenti. Sekiranya Allah menghendaki, niscaya Dia hilangkan pendengaran dan penglihatan mereka. Sungguh, Allah Mahakuasa atas segala sesuatu. (QS. Al-Baqarah:19-20)



Ayat ini sebenarnya menyinggung orang-orang kafir. Pelajaran yang dapat kita ambil, begitulah situasi jiwa seseorang jika tidak mengingat apalagi tidak mengenal Allah. 


Atau seperti (orang yang ditimpa) hujan lebat dari langit, yang disertai kegelapan, petir dan kilat.


Masalah bertubi-tubi seperti hujan deras ditambah, gelap, petir dan kilat. 


Mereka menyumbat telinga dengan jari-jarinya, (menghindari) suara petir itu karena takut mati.


Ketakutan membuat penderitaan semakin lengkap. Takut miskin, ditinggalkan, mati dan banyak ketakutan yang bahkan tidak jelas asal usulnya. Awal covid, orang-orang berebut bahan makanan, masker dan bahan pokok lainnya, karena takut kelaparan. Minyak goreng mahal, kita juga diserang takut karena biaya hidup semakin membengkak. 


Berita tabung gas 3kilo meledak entah darimana, takutnya se-Indonesia. Begitulah kita. Sifat ketakutan inilah yang kadang dimanfaatkan oleh segelintir dengan menciptakan dan menggiring kepada suatu opini. 


Bukankah ketakutan suatu yang semestinya, untuk melindungi diri? Memang ketakutan harus ada, tetapi tidak seharusnya rasa itu menguasai kita, apalagi sampai melakukan kegilaan dan  merugikan orang lain.


Setiap kali (kilat itu) menyinari mereka, mereka berjalan di bawah (sinar) itu, dan apabila gelap menerpa mereka, mereka berhenti. 


Pada dasarnya, segala sesuatu itu kehendak Allah. Berhasil tidaknya pada suatu usaha, itu atas kehendak Allah. Kita hanya berusaha, Allah yang menentukan. 


Bagi kita muslim atau orang yang begitu mudah mengingat Allah, mereka akan mengelola pikiran juga perasaan.


Jika kena musibah atau gagal, akan sadar bahwa ini atas kehendak Allah. Kesadaran ini, akan ciptakan hati lebih lapang, ikhlas, lalu lagi dan lagi berharap serta berusaha.


Beda dengan orang yang tidak kenal Allah, ketika gagal mereka syok, depresi dan putus asa. Beruntung, jika situasi ini ada keluarga atau teman terdekat. Jika tidak? 


*** 

Lanjut hal 2 --->>



Menelisik psikologis perempuan melalui ayat-ayat Al-Qur’an Foto dari PicsArt Di dunia maya sempat viral berita seorang ibu yang menggorok an...
El Nurien
Cahaya Akhwat

 



وَلَقَدۡ قَالَ لَهُمۡ هَٰرُونُ مِن قَبۡلُ يَٰقَوۡمِ إِنَّمَا فُتِنتُم بِهِۦۖ وَإِنَّ رَبَّكُمُ ٱلرَّحۡمَٰنُ فَٱتَّبِعُونِي وَأَطِيعُوٓاْ أَمۡرِي

Dan sungguh, sebelumnya Harun telah datang kepada mereka, “Wahai kaumku! Sesungguhnya kamu hanya sekedar diberi cobaan (dengan patung anak sapi) itu dan sungguh, Tuhanmu ialah (Allah) Yang Maha Pengasih, maka ikutilah aku dan taatilah perintahku.

-Surat Tha-Ha, Ayat 90


قَالُواْ لَن نَّبۡرَحَ عَلَيۡهِ عَٰكِفِينَ حَتَّىٰ يَرۡجِعَ إِلَيۡنَا مُوسَىٰ

Mereka menjawab, “Kami akan tetap menyembahnya (patung anak sapi) sampai Musa kembali kepada kami.”


-Surat Tha-Ha, Ayat 91

قَالَ يَٰهَٰرُونُ مَا مَنَعَكَ إِذۡ رَأَيۡتَهُمۡ ضَلُّوٓاْ


Dia (Musa) berkata, “Wahai Harun! Apa yang menghalangimu ketika engkau melihat mereka telah sesat,


-Surat Tha-Ha, Ayat 92. (Sabeq Company)

🌿🌿🌿🌿




Singkat cerita, Nabi Musa menitipkan kaumnya kepada Harun saat ia mau pergi. Sepeninggalan Musa, kaumnya berulah. Harun sudah mengingatkan, tapi kaumnya saja yang terus ngeyel. Musa yang baru datang langsung marah kepada Harun begitu melihat perubahan kaumnya. 


Melihat sekilas, hal ini juga sering terjadi pada kita. Ada sebuah kasus di dunia publik, ramailah netizen menjudge. Tidak sesuai ekspektasi ketika berurusan dengan seseorang atau instansi, langsung menyalahkan. Berani memvonis hanya melihat satu sisi dan sekilas. Ironisnya berani mengkafirkan hanya dengan kabar bin kabar. 


Musa tidak melihat bagaimana perjuangan Harun mengatasi kaumnya yang super bandel. Sama dengan sekarang, kita nggak tau apa yang terjadi di dalam, di belakang, bahkan di samping kita. Ibarat barang sampai dalam keadaan penyuk, kita nggak tau mungkin saja kurirnya sudah memperjuangkan setengah mati. 



Musa dan Harun beruntung karena clear saat itu juga. La kita, kadang sudah berganti zaman. Mulai ponsel segede batako sampai setipis daun, masih saja salah paham. 


Ya, memang banyak orang yang tidak bertanggung jawab. Hanya saja, ada kalanya kita memikirkan berbagai kemungkinan, memandang berbagai sudut, kalau perlu cek ricek supaya kita tidak membuang banyak energi hanya karena salah paham. 



  وَلَقَدۡ قَالَ لَهُمۡ هَٰرُونُ مِن قَبۡلُ يَٰقَوۡمِ إِنَّمَا فُتِنتُم بِهِۦۖ وَإِنَّ رَبَّكُمُ ٱلرَّحۡمَٰنُ فَٱتَّبِعُونِي وَأَطِيعُوٓاْ أ...
El Nurien
Cahaya Akhwat

 


Pasca banjir aku mencari mesin ATM untuk mengambil beberapa lembar kertas untuk mengisi dompet yang hanya tersisa recehan. 


Mesin ATM pertama yang didatangi mati total. Kedua, Alhamdulillah ada orang di dalam, artinya mesin ATM aktif. Setelah lama menunggu, ternyata orang yang baru saja keluar memberi tahu bahwa mesinnya tidak bisa mengeluarkan uang, hanya bisa transferan. 


Aku mendatangi mesin ATM di muka kantor bank, karena kupikir mungkin itu mesin paling cepat diperbaiki karena di depan kantor. Ternyata pemikiran yang salah. Dan akhirnya, di mesin ATM yang kelima, barulah bisa mendapatkan uang. 


Selama perjalanan dari mesin ke mesin aku berpikir banyak. Sejak kapan aku mengandalkan ATM? Padahal ini bukan kebiasaanku. Iya, beberapa bulan terakhir, aku memegang duit hanya selembar dua, karena berbagai alasan. Karena kupikir, tuh mesin ATM bertebaran sana sini dan sekarang sudah banyak toko yang memfasilitasi transaksi dengan kartu ATM. 


Kejadian banjir memberikan pengalaman baru yang memperlihatkan sisi kelemahan mengandalkan kartu ATM. Terkurung oleh air di sana-sini membuat kita tak bisa bepergian jauh, pedagang-pedagang kecil hanya bisa menerima uang tunai, sedang mesin ATM banyak terendam. La Haula wal quwwata Illa Billah.  


Hal ini mengingatkanku pada sebuah ayat yang terjemahannya berbunyi. 


___"Perumpamaan orang-orang yang mengambil PELINDUNG selain Allah adalah seperti laba-laba yang membuat rumah. Dan sesungguhnya rumah yang paling lemah ialah RUMAH LABA-LABA, sekiranya mereka mengetahui." (QS. Al-Ankabut : 41) 


Mengambil pelindung dalam artinya kita mempercayakan seseorang atau sesuatu untuk kita melindungi dari bahaya demi kelangsungan hidup.


Seorang anak berlindung sekaligus bersandar kepada orang tuanya. Orang dewasa bersandar pada akal dan kekuatan tubuh. kulit tubuh berlindung dari pakaian. Naluri kebutuhan berlindung kepada upaya, seperti bekerja mencari nafkah. Dan masih banyak lagi contoh alat atau orang yang kita jadikan pelindung atau tempat bersandar, seperti nasabah yang mempercayakan uangnya ke bank dengan sewaktu-waktu bisa digunakan atau diambil. 


Ternyata dari semua yang kita percayakan tempat bersandar atau berlindung ada di bumi ini tak lebih dari SARANG atau JARING laba-laba. 


Mengapa Allah mengumpamakan dengan jaring laba-laba? Bukankah jaring laba-laba itu terlalu lemah, bagaimana bisa diandalkan apalagi dijadikan tempat berlindung? 


Allah mengumpamakan jaring laba-laba bukan secara kasat mata dan bukan tanpa alasan. 


Dengan mikroskop kita akan melihat dalam setiap helai jaring laba-laba ada ribuan benang nano yang tersusun secara paralel. 


Setiap helainya yang terbuat dari protein memiliki kurang dari sepersejuta inchi dan panjang yang setidaknya 50 kali lipat dari lebarnya. Diameter tersebut ratusan ribu lebih tipis dari rambut manusia. 


Meski sangat tipis, benang jaring laba-laba ini bisa menahan lima kali lebih banyak beban dibanding besi dengan ukuran yang sama. 


Banyak fungsi jaring ini untuk laba-laba di antaranya, sebagai rumah, menangkap mangsa, bagi jantan sebagai penanda wilayah, bagi betina pertanda sudah siap kawin, untuk melindungi telur bahkan ketika terdesak jaring tersebut bisa menjadi makanan yang aman buat mereka. 


Begitu juga kita, kita bersandar kepada orang tua, suami, diri sendiri atau siapapun bukan tanpa alasan. Mereka memang mampu melindungi dan dapat diandalkan. Secara naluri pun mereka tergerak untuk melindungi dengan jiwa, raga bahkan nyawa, seperti orang tua kepada anaknya atau seorang laki-laki kepada keluarganya. 


Namun sebesar, seloyal atau sekuat apapun mereka, ada saatnya tidak memiliki daya apa-apanya. Tak lebih dari lemahnya sarang laba-laba. 


Ada saatnya, seseorang tempat kita bersandar pergi. Ada saatnya pekerjaan tidak mendatangkan materi. Ada saat saatnya uang tidak mampu membeli yang kitai ingini. Ada saatnya barang tidak berfungsi. Ada saatnya badan atau akal tidak mampu bergerak lagi. 


___"...  sekiranya mereka mengetahui." (Ujung ayat)


Sayangnya, banyak dari kita yang tidak tahu bahwa apa yang pegang mempunyai sisi lemah. Kita baru menyadari setelah mereka hilang keberadaannya, hilang fungsi, atau kita sendiri yang pergi. 


Sayangnya, banyak dari kita yang tidak menyadari kalau hati kita terlalu erat menggenggam yang pada hakikatnya lemah. 


Dari kita sini kita mengetahui, betapa pentingnya supaya kita menjadikan mata dan hati, agar hanya bersandar kepada Allah. Allah satu-satunya tempat berlindung dan bersandar mutlak. Tidak akan hilang dan menjauh.


الله الصمد

___"Allah tempat meminta." (Qs. Al-Ikhlas : 2)


Bekerja, mencintai, dan berharaplah! Karena memang, dunia ini ada sebab akibat. Ada usaha ada hasil. Hanya saja imbangi usaha jasmani dengan rohani. Jangan biarkan hati terlalu bergantung pada sesuatu yang rapuh. 


Biasakan mengawali kerja dengan bismillah dan mengakhiri dengan Alhamdulillah. Awali pagi dengan berdoa dan berlindung kepada Allah, lalu tutup hari dengan istighfar dan penuh kesyukuran. Biasakan menunaikan kewajiban sesegera mungkin. Jangan biasakan tunduk pada hawa nafsu, yang akhirnya ciptakan candu membinasakan. Biasakan hati dan lisan menyebut nama Allah, baik saat senang maupun susah. Biasakan berbagi atas nama Allah, supaya hati terbiasa melepas sesuatu yang dicintai. (Self reminder) 


Senantiasa berdoa kepada Allah, agar Allah selalu memegang hati kita untuk selalu tunduk kepada-Nya. 


Allahu a'lam. Afwan. 


#eksplore_ayat_Al-Qur'an

  Pasca banjir aku mencari mesin ATM untuk mengambil beberapa lembar kertas untuk mengisi dompet yang hanya tersisa recehan.  Mesin ATM pert...
El Nurien
Cahaya Akhwat

 


Kapan azab itu Datang? 



Di dalam berita, entah artikel atau video memuat tentang bencana, sering kita temui komentar, "ini azab" atau kalimat lain yang serupa. 


Semudah itu mereka bilang azab? Lalu kalimat itu ditujukan kepada siapa? Kepada dirinya sendiri atau orang lain? Jika untuk dirinya sendiri, cukup simpan dalam hati, lalu renungkan baik-baik. Jika itu untuk orang lain, apakah pantas untuk diucapkan? 


Siapa kita, hingga berani memvonis itu azab? 


Fir'aun la'natullah alaihi, manusia yang berani mengaku tuhan, ketika tubuhnya diabadikan, bukan untuk dicerca tapi untuk dijadikan pelajaran. 


___"Maka pada hari ini Kami selamatkan jasadmu agar engkau dapat menjadi pelajaran bagi orang-orang yang datang setelahmu, tetapi kebanyakan manusia tidak mengindahkan tanda-tanda (kekuasaan) Kami." (QS. Yunus: 92) 


Kita tidak bisa memvonis azab dari besarnya bencana, banyaknya korban, dan kerugian yang diderita. Bahkan azab itu bisa berupa kesenangan yang membuai atau kesibukan yang mencekik. 


___"Maka janganlah harta dan anak-anak mereka membuatmu kagum. Sesungguhnya maksud Allah dengan itu adalah untuk menyiksa mereka dalam kehidupan dunia dan kelak akan mati dalam keadaan kafir." (QS. At-Taubah :55)


Harta yang melimpah, prestasi yang memukau, jabatan yang menjanjikan, anak-anak cantik dan cerdas,  income terus mengalir dan berbagai kenikmatan yang membuat orang-orang iri. Padahal, mungkin saja azab memegang kendali di belakangnya, tanpa kita ketahui. 


Pikiran dan raga mereka disibukkan mengurus harta, jabatan dan anak-anak. Permasalahan demi permasalahan muncul bertubi-tubi, entah internal atau eksternal, membuat mereka semakin merasa tercekik. Ditambah lagi sifat tidak pernah puas, ketakutan kehilangan, tuntutan kebutuhan dan gaya hidup semakin tinggi, membuat mereka semakin terseret, sulit untuk kembali, lalu tiba-tiba kematian menjemput tanpa sempat bertaubat. 


Sebaliknya, musibah atau bencana bisa jadi bentuk kasih sayang Allah. Dengan bencana itu, Allah ingin mengingatkan, kaffarah dosa atau menaikkan derajat seseorang atau suatu kaum. 


Kadang, semakin tinggi ketakwaan seseorang, peringatan datang semakin cepat dan semakin besar.


Pernah lihat status _semoga tidak salah_, almarhum syeikh Ali Jaber bercerita bahwa, biasanya beliau membiasakan tilawah 3 juzz tiap pagi. Tetapi pada hari penusukan, kebetulan pagi itu beliau tilawah tidak lengkap 3 juzz. 


Ummul Mukminin Aisyah Radhiyallahu Anha terkena fitnah besar_kalau mau mencari kambing hitam_ saat itu beliau hanya lupa minta izin pada suaminya, keluar dari sekedupnya untuk buang hajat. 


Padahal dalam keseharian kita mungkin setiap hari keluar rumah tanpa minta izin pada suami dan tidak terjadi apa-apa. 


Nabi Yunus 'alaihis salam harus mendekam di perut paus karena tak mampu lagi menahan kesabaran atas perlakuan kaumnya. 


Semakin tinggi derajat seseorang di sisi Allah, semakin cepat dan besar peringatan yang datang. Karena, pada diri mereka tertumpu harapan dan tanggung jawab yang besar. 


__"Wahai istri-istri Nabi! Barang siapa di antara kamu yang mengerjakan perbuatan keji yang nyata, niscaya azabnya akan dilipat-gandakan DUA KALI LIPAT kepadanya. Dan yang demikian itu, mudah bagi Allah." (QS. Al-Ahzab: 30)


Sebagai catatan, musibah berupa sebuah peringatan  atau dengan tujuan positif lainnya pada seseorang atau individu hanyalah menimpa pelakunya saja, tidak merugikan orang lain, kecuali ada maksud tujuan tertentu, seperti kasus Ummul mukminin untuk menguji sejauh mana kepercayaan kaum muslimin saat itu. 


Lalu bagaimana mengenali suatu bencana  itu azab? Kapan munculnya? Hanya Allah yang tahu secara detailnya.


Jika  kita menengok kepada sejarah yang diceritakan Al-Qur'an, kita akan menemukan beberapa petunjuk penyebab turunnya azab. Fir'aun karena kejaliman, sombong sampai mengaku tuhan. Qarun, si kaya raya yang sombong dan tidak tahu terima kasih,   tenggelam ke bumi beserta hartanya. Kaum Syuaib diazab dengan gempa karena kebiasaan curang dalam perdagangan. Kaum Luth ditimpa hujan batu karena perbuatan amoral. 


Dua perbuatan yang juga mendatangkan murka Allah, yaitu kebiasaan riba dan jalim terhadap orang beriman.  


___"Wahai orang-orang yang beriman! Bertakwalah kepada Allah dan tinggalkan sisa riba (yang belum dipungut) jika kamu orang beriman. Jika kamu tidak melaksanakannya, maka umumkanlah perang dari Allah dan Rasul-Nya…"(QS. Al-Baqarah: 278-279)


___"Allah pelindung orang yang beriman. Dia mengeluarkan mereka dari kegelapan kepada cahaya (iman)..." (QS.Al-Baqarah:257)


Namun jika dikaji lebih dalam lagi, perbuatan-perbuatan buruk tersebut tidak serta merta Allah turunkan azab. Azab turun setelah terjadi karena dua hal. 


_ PERTAMA


JIKA masyarakat mengabaikan seruan #da'i, menentang, bahkan berani menantang.


___"Tetapi Allah tidak akan menghukum mereka, selama engkau (Muhammad) berada di antara mereka...."(QS. At-Anfal: 33)


Secara harfiah, di ayat ini memang ditujukan kepada Rasulullah. Azab tidak akan turun selama ada Rasulullah. Tetapi Rasul diutus dengan tujuan menyampaikan risalah agama.  


Jadi secara tersirat, azab akan turun bila kaumnya mengabaikan, menentang bahkan menjalimi da'i hanya karena dia menyampaikan kebenaran atau risalah agama. 


__"Mereka mendustakannya (Syuaib), maka mereka ditimpa gempa yang dahsyat, lalu jadilah mereka mayat-mayat yang bergelimpangan di tempat-tempat tinggal mereka." (QS. Al-Ankabut : 37)


___"Maka tidak ada jawaban kaumnya (Ibrahim), selain mengatakan, 'Bunuhlah atau bakarlah dia,' …" (QS Al-Ankabut : 24)


Jadi berhati-hatilah terhadap seseorang yang mengajak kepada ajaran agama! Berhati-hatilah kepada seseorang yang meski hanya mengajakmu shalat. 


Dalam tubuh, da'i seperti tulang punggung bagi umat. Sebagai tubuh, badan tidak bisa berdiri tegak tanpa adanya da'i. Begitu juga umat, agama tidak dapat berdiri tegak, tidak berdaya tanpa adanya seorang da'i. 


Dari sini kita memahami, mengapa da'i betapa pentingnya di sisi Allah. Di sisi lain, musuh-musuh Islami, bahkan pemerintahan di negeri sendiri mengincar da'i dan ulama.  Jika da'i roboh, jangan harap Islam dapat berdiri tegak.


_KEDUA


Jika da'i melupakan tugasnya dan masyarakat awam sudah tidak mau saling mengingatkan. 


___"Maka ketika mereka melupakan peringatan yang telah diberikan kepada mereka, Kami pun membukakan semua pintu (kesenangan) untuk mereka. Sehingga ketika mereka bergembira dengan apa yang telah diberikan kepada mereka, Kami siksa mereka secara tiba-tiba, maka ketika itu mereka terdiam putus asa." (QS. Al-An'am : 44)  


Saat itu manusia sudah tidak peduli masalah agama bahkan moral orang lain, mengingatkan disebut ikut campur, tidak peduli lagi dengan kemaslahatan orang lain, kenyang sendiri, sibuk menyusun mimpi dan rencana, sibuk urusan duniawi, lalu sekonyong-konyong datang musibah menghancurkan segalanya. Dapat dibayangkan bagaimana rasanya, kehilangan di saat harapan membumbung tinggi. Terpuruk. Ditambah lagi, akses bantuan seperti tertutup. Situasi seperti ini yang disinggung di ujung ayat, "terdiam putus asa."


Musibah yang dialami Kalimantan, masih jauh lebih baik, karena orang-orang masih peduli dan akses-akses bantuan masih terbuka. 


Semoga Allah melindungi kita dari pedihnya azab. 


Mungkin muncul pertanyaan, 'mengapa sedikit-sedikit selalu disangkutpautkan dengan azab? Bukankah bencana itu akibat olah tangan manusia? Pengerukan tambah, penggundulan hutan, buang sampah sembarangan, tata kota yang serampangan, dan bermacam penyebab lainnya.


Di sisi lain ada pula yang berpendapat, bencana itu suatu hal mesti terjadi dan tidak bisa dihindari karena bumi ini sudah tua, ada atau tidaknya olah buruk manusia. 


Semuanya tidak salah, tapi bukan berarti sepenuhnya benar.


Kerapuhan bumi ini dan akibat olah buruk manusia dapat ditopang dengan takwa.

 

___"Dan sekiranya penduduk negeri BERIMAN dan BERTAKWA, pasti Kami akan melimpahkan kepada mereka BERKAH dari langit dan bumi, ...



Sayangnya kebanyakan manusia membelakangi ajaran agama, lebih buruknya tertawa dalam kemaksiatan. Tidak berimbang dengan mereka yang masih berusaha berpegang teguh pada agama. Sehingga hasilnya, imbas, atau akibat diserahkan tergantung perbuatan manusia.  Allah berlepas diri.


__… tetapi ternyata mereka mendustakan (ayat-ayat Kami), maka Kami siksa mereka sesuai dengan apa yang telah MEREKA KERJAKAN." (QS. Al-A'raf: 96)


Mungkin ada yang berpaham, bukankah penggalan ayat itu untuk orang kafir. Tak sepenuhnya salah. Akan tetapi, orang yang tak peduli halal haram, tak peduli bahwa ada balasan setiap perbuatan, bukankah itu termasuk mendustakan janji-janji agama? 


Seandainya mereka peduli dengan hisab di akhirat, mereka tidak akan mengeruk bumi dengan rakusnya, padahal tahu semua itu akan berdampak buruk untuk orang banyak. 


Lalu setelah semua terjadi, apakah kita hanya berdiam dan menyalahkan mereka? 


Ada beberapa yang harus kita lakukan.


Pertama: memohon ampun. Sesuai di ujung dari ayat di atas. .


___".... Dan tidaklah (pula) Allah akan menghukum mereka, sedang mereka (masih) memohon ampunan." (Qs. Al-Anfal: 33)


Mungkin terbersit, bukankah yang harus beristighfar itu mereka-mereka yang berbuat kerusakan? 


Saya pertegas, dapatkah kita mengharapkan ucapan Istighfar kepada mereka yang terlena? Yang tidak peduli tindakannya akan merugikan orang lain. Jangankan beristighfar, merasa bersalah pun tidak.


Maka istighfar kita lah yang mengimbangi untuk kelangsungan kehidupan di bumi. Memohon ampun atas segala kesalahan kita dan kesalahan kaum muslimin lainnya. 


___"Maka ketahuilah, bahwa tidak ada tuhan (yang patut disembah) selain Allah dan mohonlah ampunan atas dosamu dan atas (dosa) orang-orang mukmin, laki-laki dan perempuan. Dan Allah mengetahui tempat usaha dan tempat tinggalmu." (QS. Muhammad: 49)


Selain itu, tidak ada manusia yang terlepas dari kesalahan dan dosa.


Kedua: dakwah ilallah atau dakwah kepada Allah. Bukan kepada manhaz atau golongan tertentu, meski berpayungkan Islam.


Dakwah ilallah,  salah satu cara sangat ampuh untuk mencegah kebatilan. Misalnya, ketika kita mengajak shalat, secara langsung kita mengalihkan perhatiannya kepada kemaksiatan. Lebih ampuh daripada langsung membombardir tempat-tempat kemaksiatan.


Catatan, kita dakwah hanyalah untuk menunaikan tugas kita sebagai kaum muslimin, adapun bagaimana responi mereka, itu urusan Allah. Hidayah di tangan Allah, tapi Allah berjanji akan memperbaiki keadaan jika kita tunaikan dakwah. 


___"Wahai orang-orang yang beriman! Bertakwalah kamu kepada Allah dan ucapkanlah perkataan yang benar (Qaulan sadida).


Selain itu, Allah sudah berjanji, jika kita mengajak kepada Allah, Allah akan perbaiki amal-amal kita dan dosa-dosa akan diampuni


___"niscaya Allah akan memperbaiki amal-amalmu dan mengampuni dosa-dosamu. Dan barangsiapa menaati Allah dan Rasul-Nya, maka sungguh, dia menang dengan kemenangan yang agung."


Qaulan sadida adalah kalimat dakwah ila llah. 


Ketiga: Setidaknya doakan mereka. 


Dalam hal ini kita sudah seharusnya beristighfar karena tidak mampu dakwah kepada mereka. Tidak mampu melakukan upaya untuk mencegah mereka berbuat kerusakan. 


Setidaknya doakan mereka sebagaimana Nabi Ibrahim Alaihi salam mendoakan kaumnya. 


___"Ya Tuhan kami, utuslah di tengah mereka seorang rasul dari kalangan mereka sendiri, yang akan membacakan kepada mereka ayat-ayat-Mu dan mengajarkan Kitab dan Hikmah kepada mereka, dan menyucikan mereka. Sungguh, Engkaulah Yang Mahaperkasa, Mahabijaksana.” (QS. Al-Baqarah: 129)


Berdoalah, agar Allah mengirim da'i-da'inya di pertambangan, perusahaan-perusahaan yang membuka lahan secara besar-besaran, pemerintahan, bahkan kepada mereka yang begitu mudah memberikan tanda tangan, tak peduli dengan kemaslahatan rakyat. 



Jika mampu melayangkan seribu protes di medsos, sisakan 900 untuk istighfar dan doa agar Allah mengirim da'i untuk mereka. Bahkan, meminta kepada Allah, agar kita dipilih sebagai da'i-Nya. 

.

Terlepas apakah janji Allah untuk seorang da'i, terlepas bagaimana kah perlakuan mereka kepada da'i, namun memikirkan jika kita diberi kemampuan untuk kelangsungan agama Allah, muncul bahagia yang sulit diukur dengan kata-kata.



Saat di jalan dakwah, kadang terbersit menginginkan sesuatu, lalu Allah kabulkan, tiba-tiba timbul rasa penyesalan, mengapa saat itu tidak digunakan saat untuk mendoakan umat. Sesaat mendoakan umat, rasanya sesaat itu lebih berarti daripada panjangnya usia kita di muka bumi ini. 


Sakit di dunia dakwah, rasanya menjadi belum apa-apanya, jika mengingat Allah memilih kita saat itu. 


Allahu a'lam. Semoga Allah mengampuni saya dan sahabat. Semoga Allah memilih kita dalam dunia dakwah. 





  Kapan azab itu Datang?  Di dalam berita, entah artikel atau video memuat tentang bencana, sering kita temui komentar, "ini azab"...
El Nurien
Cahaya Akhwat

 




Penyebab Musibah dan Solusi menurut Al-Qur'an


Ah, sebenarnya hati ini merasa tidak nyaman berargumen dengan Al-Qur'an dalam situasi seperti ini. Seperti kata orang, ada saatnya seseorang itu perlu PEMASOKAN bukan sekadar MASUKAN. Sayangnya yang kumiliki hanyalah pemahaman Al-Qur'an dengan sangat terbatas. Itu pun sebenarnya lebih tepatnya ditujukan untuk diri sendiri.



___"Telah tampak kerusakan di darat dan di laut disebabkan karena perbuatan tangan manusia; Allah menghendaki agar mereka merasakan sebagian dari (akibat) perbuatan mereka, agar mereka kembali (ke jalan yang benar). (QS. Al-Ankabut : 41)



Kalimantan Selatan dilanda musibah banjir. Tentu saja menimbulkan duka dan banyak kerugian. Alhamdulillah, banyak yang berinisiatif saling membantu dan bergotong royong. Dan tidak sedikit pula saling menyalahkan. Menyalahkan para pejabat, para pengeruk tambang, para penebang hutan, yang pada intinya menyalahkan pembuat kerusakan demi memenuhi hasrat keserakahan. Dan tidak sedikit pula yang menyinggung ayat di atas. 


Menurut diri pribadi ayat ini tidak bisa dijadikan untuk menuntut keadilan. Mengapa? Mari kita runut satu persatu. 


Pertama ini memang sudah kehendak Allah. 


___"Setiap bencana yang menimpa di bumi dan yang menimpa dirimu sendiri, semuanya telah tertulis dalam Kitab (Lauh Mahfuzh) sebelum Kami mewujudkannya. Sungguh, yang demikian itu mudah bagi Allah." (QS.Alhadiid : 22)


Untuk apa? Pasti ada hikmahnya. 


___"Agar kamu tidak bersedih hati terhadap apa yang luput dari kamu, dan jangan pula terlalu gembira terhadap apa yang diberikan-Nya kepadamu. Dan Allah tidak menyukai setiap orang yang sombong dan membanggakan diri…." (QS. Alhadiid : 23) 


___"Dan apabila mereka digulung ombak yang besar seperti gunung, mereka menyeru Allah dengan tulus ikhlas beragama kepada-Nya. Tetapi ketika Allah menyelamatkan mereka sampai di daratan, lalu sebagian mereka tetap menempuh jalan yang lurus. Adapun yang mengingkari ayat-ayat Kami hanyalah pengkhianat yang tidak berterima kasih." (QS. Luqman : 31)


Supaya kita tidak terlalu bangga dengan apa yang dimiliki dan larut dalam kesedihan karena ada pada saat akan kembali pada Allah. 


Di surah Luqman menjelaskan untuk memfilter kualitas keimanan manusia. Ketika musibah datang, satu-satunya yang bisa dipanggil hanyalah Allah. Tetapi ketika musibah berlalu, barulah ketahuan, mana orang yang bersyukur dan yang tidak tahu terima kasih. 


Oke. Di dunia ini ada sebab musabab. Ada akibat, pasti ada sebab. Barulah kita telusuri ayat dari surah Rum tersebut. 


___"Telah tampak kerusakan di darat dan di laut disebabkan karena perbuatan tangan manusia; Allah menghendaki agar mereka merasakan sebagian dari (akibat) perbuatan mereka,.."


Tangan manusia. Jika mau diglobalkan lagi, bukan hanya pengerukan tambang, penebangan pohon, membuang sampah sembarangan atau apa sifatnya secara kasat mata merusak alam. Melainkan juga, kegiatan lainnya yang dilakukan anggota tubuh, seperti men-share hal batil, komen negatif di dunia maya, memukul, mencuri, atau apapun yang dilakukan tangan. 


Lebih luasnya lagi, dilakukan anggota tubuh seperti mengumpat, mencela, menggosip, curang atau berbagai tindakan negatif lainnya. 


Muncul pertanyaan, tindakan negatif di atas apa hubungannya dengan alam? 


Mungkin sahabat pernah dengar, kisah Siti Aisyah R.anha yang menyebut madunya begini dan begini. Lalu Rasulullah Saw berucap, "ucapanmu itu jika dicelup ke lautan, lautan akan keruh." 


Hanya beberapa kalimat mampu mengeruhkan lautan, bagaimanakah lagi, dengan hari-hari bergosip, entah di dunia nyata atau Maya. 


Hal lainnya, pasti kita tahu, bahwa air yang dibacakan ayat-ayat Al-Qur'an atau shalawat, mujarab untuk menyembuhkan penyakit. 


Sebagaimana kalimat buruk bisa mengeruhkan lautan, kalimat baik pun bisa memunculkan partikel-partikel positif atau gelombang-gelombang positif kepada alam. 


Jadi rusaknya alam ini, mungkin saja kita punya handil di dalamnya. 


Sifat memanipulasi yang dilakukan kaum Syuaib telah  mendatangkan bencana gempa. 


___"Mereka mendustakannya (Syuaib), maka mereka ditimpa gempa yang dahsyat, lalu jadilah mereka mayat-mayat yang bergelimpangan di tempat-tempat tinggal mereka." (QS. Al-Ankabut: 37)


Dan sekarang penomena itu telah terlalu sering kita lalui. 


Bukan maksud membela mereka serakah tanpa memikirkan kelangsungan hidup manusia, tapi untuk mengingatkan agar kita setiap individu saling introspeksi diri.  Sesuai dengan ujung ayat


___"..agar mereka kembali (ke jalan yang benar)."


Jadi ayat itu untuk diri kita dan semua orang. 


Bencana sudah terjadi. Lalu tindakan apa yang seharusnya dilakukan?


#Istighfar atau pengakuan atas kesalahan diri. 


Nabi Yunus dikeluarkan dari perut setelah pengakuan yang beliau ucapkan, lalu memohon kemurahan Allah agar mengampuninya. 


___"Dan (ingatlah kisah) Zun Nun (Yunus), ketika dia pergi dalam keadaan marah, lalu dia menyangka bahwa Kami tidak akan menyulitkannya, maka dia berdoa dalam keadaan yang sangat gelap, ”Tidak ada tuhan selain Engkau, Mahasuci Engkau. Sungguh, aku termasuk orang-orang yang zhalim.” (QS. Al-Anbiya : 87) 


Sebaiknya sama-sama beristighfar. Istighfar akan membuka pertolongan Allah dan hati menjadi lebih ikhlas.


#Bantuan materi, tenaga dan pikiran. 


___"Barang siapa memelihara kehidupan seorang manusia, maka seakan-akan dia telah memelihara kehidupan semua manusia…" (QS. Al-Maidah : 32)


#Jangan lupa dorongan semangat. 


___"(Ingatlah) ketika pemuda-pemuda itu berlindung ke dalam gua lalu mereka berdoa, “Ya Tuhan kami. Berikanlah #RAHMAT kepada kami dari sisi-Mu dan sempurnakanlah petunjuk yang lurus bagi kami #DALAM urusan kami.” (QS. Al-Kahfi : 10)


Bantuan materi dan tenaga tentu akan membuat mereka senang, terhibur dan lapang. Hanya saja, jangan lupa untuk memotivasi mereka dan jangan saling menyalahkan. 


Menyalahkan ke pihak tertentu hanyalah membuat memantik amarah pihak korban, yang akhirnya perasaan mereka semakin buruk.



ربّنا اننا من لدنك رحمه و هيّء لنا من امرنا رشدا 

Rabbanaa aatinaa min ladunka Rahmah, wa hayyi,lanaa min amrinaa rasyadaa


 “Ya Tuhan kami. Berikanlah #RAHMAT kepada kami dari sisi-Mu dan sempurnakanlah petunjuk yang lurus bagi kami #DALAM urusan kami.” (Qs. Al-Kahfi)


Amalkan doa ini ketika menghadapi suatu permasalahan atau musibah. In sya Allah, Allah akan beri kelapangan hati dan kemudahan dalam urusan. 


Dan kita yang Allah selamatkan pun sebaiknya mengamalkan doa ini. Karena doa ini memiliki dhamir kami. 


Mereka adalah bagian dari kita/kami dan kita bagian dari mereka. 


Percayalah satu kali doa ini yang kita ucapkan, gelombangnya lebih kuat dari kalimat protes yang kita layangkan kepada pihak manapun. 


Terakhir. 

Meski kita telah mempertimbangkan segala hal, jika Allah berkehendak lain, maka terjadilah. 


Laa haulaa wa laa quwwata Illa Billah. 


Namun percayalah, jika memang kita hanyalah korban dan baik di mata Allah, Allah akan ganti dan berikan dengan yang lebih sebagaimana Allah turunkan kaum Nuh yang beriman di atas bumi yang berkah. 


___"Dan berdoalah, “Ya Tuhanku, tempatkanlah aku pada tempat yang diberkahi, dan Engkau adalah sebaik-baik pemberi tempat.” (QS. Al-Mu'minuun : 29)


Semoga Allah beri kita pemimpin yang benar-benar memikirkan kemaslahatan rakyat. 


Semoga, kesulitan dan kerugian yang kita alami menjadi sebagai kaffarat dosa, membuat kita semakin bijak dalam berpikir dan bertindak, serta menjadi asbab hidayah. 


Aamiin.. 


  Penyebab Musibah dan Solusi menurut Al-Qur'an Ah, sebenarnya hati ini merasa tidak nyaman berargumen dengan Al-Qur'an dalam situas...
El Nurien