Menu
Cahaya Akhwat

Dengungkan Nikmat Allah

 


Saat lebaran entah tahun kapan, saling berbagi makanan kepada tetangga dengan menggunakan piring kecil dan satu tak kembali. 


Pikiranku jadi rada-rada gimana, antara kesal dan berupaya ikhlas. 


Aku beli piring kecil cuma setengah lusin. Tentu piring itu sangat berharga sebagai peralatan dapur. Hingga jika hilang satu, tentu sangat terasa. 


Beberapa tahun kemudian masih saja terngiang-ngiang piring yang tak kembali. Hingga pagi tadi aku masukin sisa piring ke dalam rak. Teringat lagi piring yang hilang. 


Hati bergumam, mengapa selalu yang satu itu diingat dan dipikirkan? 


Padahal masih ada sisa 5 lagi. Kenapa tidak mengingat yang 5 itu biar hati lapang dan selalu bersyukur? 


Itulah manusia. Ketika mengalami kejadian buruk, langsung saja terekam sebagai bentuk pelindungan diri untuk ke depannya. Namun, tak jarang ciptakan trauma juga. 


Berbeda dengan kejadian bagus. Memori hanya terekam kejadian yang manis atau yang membuat hati terenyuh. Padahal banyak momen bagus lainnya yang kita lewati, tetapi tak kunjung terekam karena  sering terjadi.


 Misalnya tubuh yang sehat, air mengalir, mesin cuci kondisi baik, lampu menyala. Tetapi itu jarang terekam karena biasa. Beda dengan mati lampu, langsung saja terekam atau kesal padahal dalam sebulan cuma sekali atau malah beberapa bulan baru sekali. 


Dari sini dapat kita sedikit memahami ayat 11 dari surat Duha. 


{ وَأَمَّا بِنِعۡمَةِ رَبِّكَ فَحَدِّثۡ }


"Dan terhadap nikmat Tuhanmu, hendaklah engkau nyatakan (dengan bersyukur)."


Nyatakan, bisa dalam artian bersyukur juga ucapkan, dengungkan, perlihatkan atau kalau perlu catat. 


Kenapa? 


Supaya memori merekam nikmat itu, yang nantinya akan berdampak pada pikiran, ucapan dan tindakan. 


Dari sini, kita juga dapat mengerti mengapa perempuan itu banyak kufur nikmat terhadap suami. Karena kita jarang memuji suami secara lisan, atau tindakan. 


Allahu a'lam.


Tidak ada komentar