بسم الله الر حمن الر حيم
Cinta
Seorang laki-laki yang sangat mencintai
isterinya sehingga sangat memanjakan isterinya. Apapun yang diinginkan
isterinya, selalu dikasih selama ia mampu, bahkan selalu berusaha memenuhi
keinginan isterinya, walaupun dengan perjuangan yang keras. Apapun ia lakukan.
Sayangnya, ia tidak pernah memperhatikan agama
isterinya. Ia tidak pernah menyuruh isterinya shalat atau sekadar bertanya
untuk mengetahui apakah salat atau tidak. Tidak cemburu isterinya keluar rumah
dengan mengumbar aurat dan kecantikan.
Seorang ayah demi memenuhi nafkah keluarga yang
dicintainya. Bekerja mati-matian, seharian penuh bahkan mungkin sampai malam.
Hingga tak sempat shalat, tak tahan puasa karena kerja kerasnya, bahkan mungkin
tak perduli lagi dengan amal-amal agama lainnya. Semua itu ia lakukan karena
cinta kepada keluarganya.
Seorang isteri tak tega membangunkan suaminya
untuk shalat Subuh karena suaminya kecapean telah bekerja seharian penuh.
Hingga suaminya lalui hari tanpa shalat subuh.
Orang tua yang sangat menyayangi anaknya. Apapun
diinginkan anaknya, mereka kasih. Mereka sangat berfikir akan masa depan
anaknya, tetapi mereka lalai akan masa depan akhirat anaknya. Tak ingin
menyuruh putrinya berjilbab karena kasihan putrinya kepanasan. Tak mau memberi
peringatan (pukulan) kepada anak-anaknya yang tak mau shalat dengan alasan
kasihan.
Seorang pemuda jatuh cinta kepada seorang
wanita. Ia nyatakan cinta, mengajak berkencan, dua-duaan, bahkan berani
gelap-gelapan.
Apakah ini yang dinamakan cinta? Memang cinta,
tapi cinta yang menggelincirkan, membinasakan, melalaikan, bahkan melecehkan.
Setiap orang mempunyai naluri cinta. Cinta
orang tua kepada anak, suami kepada isteri atau sebaliknya. Bahkan kepada
seorang yang masih belum dalam ikatan perkawinan.
Namun, yang perlu ditanyakan sebatas manakah
cinta kita? Apakah hanya sebatas di dunia ini saja tanpa harus bersama lagi di akherat.
Sedihnya lagi, ia cukup puas dengan keshalehan dirinya sendiri, tanpa
merisaukan agama anak isterinya.
Mungkin inilah yang dinyatakan dalam Alquran
“ Pada hari itu (qiamat) tiada seorang teman
akrab pun yang bertanya kepada temannya, walaupun mereka diperlihatkan satu
sama lain (saling melihat). Pada waktu itu orang-orang mujrin (pendosa)
berangan- angan untuk menebus dirinya dari azab itu dengan anak-anaknya,
isterinya, saudaranya, familinya yang ia tinggal bersama mereka dan seluruh
penduduk bumi dengan tebusan. Ini tidak mungkin terjadi…….”(QS.Al-Maarij:10-15)
Cobalah kita melirik sebentar tentang cinta
Allah kepada hamba-Nya, cinta Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wasallam
kepada keluarganya, cinta sahabat kepada anak dan pasangannya.
Allah ciptakan langit dan bumi, tempat
hamba-Nya berdiam, berpijak, bertebaran diseluruh penjuru. Allah ciptakan
langit, dihiasi matahari, bintang, bulan, awan dan lainnya, yang semuanya dalam
komposisi, pengaturan, peredaran yang tepat, yang semuanya untuk kelanggengan
kehidupan dimuka bumi..
Allah bentangkan bumi, ada tanaman dengan
berbagai warna, hewan dengan berbagai rupa, pasangan jenis, dan banyak lagi
nikmat Allah yang tak dapat kita baca semuanya, yang semuanya itu demi kehidupan
kita, demi manusia dan makhluk- makhluk Allah lainnya.
“Apakah kamu tiada mengetahui, bahwa kepada
Allah bersujud apa yang ada di langit, di bumi, matahari, bulan, bintang,
gunung, pohon-pohonan, binatang-binatang yang melata dan sebagian besar daripada
manusia?…..(QS. Al-Hjj :18)
Seandainya matahari sedikit saja ia bergeser
dari tempatnya, maka binasalah manusia. Pengaturan Allah yang sedemikian rupa,
semuanya demi kehidupan manusia.
Allah beri hukum-hukumNya pada manusia, itupun
semua demi kebaikan manusia. Apa yang Allah wajibkan bagi manusia,
semuanya pasti di dalamnya ada kebaikan bagi manusia dan kemudharatan bagi yang
meninggalkannya. Semua apa yang Allah haramkan buat manusia, karena di dalamnya
terdapat yang memberi kemudharatan bagi manusia. Sekilas tampak, memang kadang
terlihat, memberatkan atau mengekang kebebasan manusia. Sebenarnya tidak. Itu
semua demi kebaikan manusia juga. Allah wajibkan shalat, di dalamnya ada hikmah
bagi kesehatan jasmani dan rohani. Allah wajibkan perempuan menutup aurat,
sekilas tampak mengekang perempuan, sebenarnya demi kebaikan perempuan itu
juga. Banyak hikmah di dalam penutupan aurat. Demi kehormatan, menjauhkan
pelecehan, baik untuk kecantikan, menghindarkan bahaya penyakit kulit yang
datang berbagai arah, polusi asap, kanker kulit, menunjukkan jati diri sebagai
muslimah, dan banyak lagi hikmah-hikmah yang terpendam yang tidak diketahui.
Dan masih banyak lagi hukum-hukum Allah lainnya
yang semuanya pasti mengandung hikmah, mengandung kebaikan kita sendiri, bukan
untuk Allah. Hanya Allah yang Maha ‘Alim dan Bijaksana.
Cinta Allah kepada hamba-Nya, Allah berikan
rezeqi dan nikmat lainnya yang tiada terhingga. Allah beri perintah-perintah,
batasan-batasan, larangan-larangan yang semua itu demi kebaikan hambanya. Allah
menghiasi sifat manusia yang punya syahwat, punya cinta. Namun, Allah membatasi
dengan ikatan perkawinan. Agar tidak terlalu bebas seperti hewan. Agar bisa
melahirkan generasi-generasi yang sehat dan tangguh, dan banyak lagi manfaat
dalam perkawinan.
Allah
menghiasi manusia, dengan sifat lapar, haus. Allah beri rezeqi, dengan cara
kita disuruh mencari, tapi dari situlah kita tau di mana batas kesungguhan kita
dalam bekerja. Allah tak larang kita bekerja keras, tapi Allah batasi dengan
halal dan haramnya, agar sifat kita tidak seperti binatang yang kuat menindas yang
lemah dan tidak terserang berbagai penyakit jasmani dan rohani, dan banyak lagi
manfaat dalam harta dan makan halal.
“….wahai hambaku, apabila yang awal dan akhir
kalian manusia dan jin seluruhnya, maka semua seperti seseorang dari kalian
yang hatinya paling takut kepada Allah, maka tidak akan menambah kerajaan-Ku
sedikitpun. Wahai hamba-Ku, jika orang yang pertama dan terakhir diantaramu,
semua manusia dan jin menjadi durhaka, sebagaimana orang yang paling durhaka
diantaramu, maka tidak akan dapat mengurangi kerajaan-Ku sedikitpun (walaupun
yang terkecil)..” (hadits qudsi yang cukup panjang. Dari riwayat Muslim)
Cinta Rasulullah Shallallahu ‘alaihi
wasallam kepada putrinya:
“Fathimah radhiallahu ‘anha
dengan tangannya ia menggiling gandum sehingga timbul kepalan ditangannya. Ia
mengisi tempat air sendiri, dan bekasnya terlihat di dadanya. Ia juga menyapu
seluruh bagian rumahnya hingga bajunya kotor dan kumal.
Suatu ketika Rasulullah Shallallahu ‘alaihi
wasallam
mendapatkan beberapa budak wanita. Saya berkata kepada Fathimah
radhiallahu ‘anha, “Pergilah kepada Rasulullah Shallallahu ‘alaihi
wasallam , dan mintalah kepada beliau pembantu agar dapat meringankan
pekerjaanmu.” Kemudin Fathimah radhiallahu ‘anha datang ke mejlis
Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wasallam yang ketika itu sedang
banyak orang. Fathimah radhiallahu ‘anha malu untuk menyampaikan maksudnya. Akhirnya ia
kembali ke rumah. Keesokan harinya Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wasallam
datang ke rumah kami menjumpai Fathimah radhiallahu ‘anha dan
berkata, “Wahai Fathimah, ada maksud apa kemarin kamu datang kepadaku?” Karena
malu Fathimah radhiallahu ‘anha diam saja. Saya berkata, “Ya Rasulullah
, ia menggiling gandum setiap hari sehingga timbul kepalan di tangannya, dan ia
mengisi air hingga berbekas di dadanya. Dia juga membersihkan rumah sehingga
bajunya kumal dan kotor. Untuk itu, kemarin aku menyuruhnya untuk mendatangimu
untuk meminta seorang hamba sahaya wanita padamu.”
Dalam riwayat lain, Fathimah radhiallahu ‘anha
berkata, “Ya Rasulullah, aku dan Ali radhiallahu ‘anhu hanya mempunyai
sebuah kasur, itu pun dari pelepah kurma. Pada malam hari kami gunakan tidur,
dan siang hari kami gunakan untuk menyimpan rumput makanan unta.”
Sabda beliau, “Wahai anakku, bersabarlah. Selama
sepuluh tahun nabi Musa ‘Alaihis salam bersama hanya tidur di atas satu alas tidur,
berupa mantel nabi Musa yang dihamparkan. Maka bertaqwalah kepada Allah,
tetaplah meyempurnakan kewajibanmu dan tunaikan pekerjaan rumah tanggamu. Jika
kamu berbaring tidur, bacalah subhanllah 33 kali, Alhamdulillah 33 kali, Allahu
akbar 34 kali, ini lebih baik dari pada seorang pembantu.” Fathimah
radhiallahu ‘anha berkata, “Aku redha
keputusan Allah dan Rasul-Nya.” (Hr. Abu Dawud dari Ali radhiallahu ‘anhu).
Lihatlah, cara cinta Rasulullah Shallallahu ‘alaihi
wasallam kepada putrinya. Beliau lebih memikirkan sesuatu yang kekal. Tasbih
tahmid dan takbir jika dibanding dengan kekayaan dunia yang fana, kekayaan
dunia ini tiada artinya dibandingkan yang kekal abadi nantinya. Banyak alim
ulama mengatakan, bahwa tasbih Fathimah ini memang lebih baik dari pada seorang
pembantu. Bagi mengamalkan dengan istiqamah, maka akan merasakan manfaatnya.
Dan banyak lagi cerita-cerita keluarga
Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wasallam, tentang cintanya beliau kepada
Fathimah radhiallahu ‘anha, Hasan dan Husien radhiallahu ‘anhuma.
Namun, beliau lebih mementingkan kelembutan dan tentang akherat mereka.
Tentang cinta para sahabat yang sangat banyak
dan beragam ceritanya, yang semuanya menceritakan pengorbanan mereka, demi
agama, demi kampung akherat. Cerita tentang istri Amr bin Aljamuh radhiyallahu
‘anha yang menyindir suaminya, agar ikut berperang. Benar saja suaminya
tersinggung, dan ikut berperang, dan berdoa agar mati syahid.
Cerita tentang Khansa radhiyallahu ‘anha
yang memotivasi empat orang anaknya agar pergi berperang membela agama. Ketika
diberitahukan keempat orang anaknya telah mati syahid, Khansa radhiyallahu ‘anha
bersyukur dan berkata, “Syukur kepada Allah yang telah memuliakan kesyahidan
mereka. Mudah-mudahan dengan kesyahidan mereka, dosa-dosa saya dapat diampuni
oleh-Nya. Saya berharap kepada Allah dengan rahmat-Nya, mudahan saya dapat
dikumpulkan kembali bersama keempat putraku itu dalam naungan-Nya.”
Begitu pun juga cinta kita kepada keluarga
diharapkan. Mencintai keluarga kita dengan sepenuh jiwa dan raga. Memberi mereka
yang terbaik yang dimiliki dan kita mampu. Dan tidak lupa pula, bercita cita
agar bersama mereka di akhirat. Jasmani boleh terpisah karena tugas da’wah,
pekerjaan, atau tuntutan hidup lainnya, namun tetapkan cita-cita kita agar
berkumpul di akhirat kelak.
Wahai para suami,
“Didiklah kami dengan agama, bimbinglah kami, bantu kami dalam amalkan agama,
agar aku bisa melayanimu sepenuh keikhlasan, agar kita tetap berkumpul di
surganya nanti. Suamiku jadikan kami bidadarimu di surga nanti.”
Wahai
saudaraku, “Bantu kami dalam amalkan agama, janganlah segan melarang kami bila kami
melakukan kemaksiatan. Jangan biarkan kami tersesat jauh dari jalan Allah.
Cintai kami sampai ke negeri jauh. Negeri yang tak ada kesusahan dan
pertengkaran didalamnya. Negeri indah, yang di dalamnya berkumpul orang-orang
beriman, dan kuharap kita bertemu disana.”
Wahai ayah
bunda, “Cintailah kami, didiklah kami, jangan biarkan kami terlalu manja
sehingga kami berani menetang Allah. Cintai kami sampai ke surga-Nya. Cintai
kami di dunia ini. Kenalkan kami tentang agama, tentang ketaatan kepada Allah,
kepada Rasul-Nnya, kapada ayah bunda, kepada makhluk-makhluk di muka bumi ini. Mudahan
kami bisa berbakti kepada kalian sampai ke surga-Nya nanti.”
Tidak ada komentar