Menu
Cahaya Akhwat

Penyebab Musibah dan Solusinya menurut Al-Qur'an

 




Penyebab Musibah dan Solusi menurut Al-Qur'an


Ah, sebenarnya hati ini merasa tidak nyaman berargumen dengan Al-Qur'an dalam situasi seperti ini. Seperti kata orang, ada saatnya seseorang itu perlu PEMASOKAN bukan sekadar MASUKAN. Sayangnya yang kumiliki hanyalah pemahaman Al-Qur'an dengan sangat terbatas. Itu pun sebenarnya lebih tepatnya ditujukan untuk diri sendiri.



___"Telah tampak kerusakan di darat dan di laut disebabkan karena perbuatan tangan manusia; Allah menghendaki agar mereka merasakan sebagian dari (akibat) perbuatan mereka, agar mereka kembali (ke jalan yang benar). (QS. Al-Ankabut : 41)



Kalimantan Selatan dilanda musibah banjir. Tentu saja menimbulkan duka dan banyak kerugian. Alhamdulillah, banyak yang berinisiatif saling membantu dan bergotong royong. Dan tidak sedikit pula saling menyalahkan. Menyalahkan para pejabat, para pengeruk tambang, para penebang hutan, yang pada intinya menyalahkan pembuat kerusakan demi memenuhi hasrat keserakahan. Dan tidak sedikit pula yang menyinggung ayat di atas. 


Menurut diri pribadi ayat ini tidak bisa dijadikan untuk menuntut keadilan. Mengapa? Mari kita runut satu persatu. 


Pertama ini memang sudah kehendak Allah. 


___"Setiap bencana yang menimpa di bumi dan yang menimpa dirimu sendiri, semuanya telah tertulis dalam Kitab (Lauh Mahfuzh) sebelum Kami mewujudkannya. Sungguh, yang demikian itu mudah bagi Allah." (QS.Alhadiid : 22)


Untuk apa? Pasti ada hikmahnya. 


___"Agar kamu tidak bersedih hati terhadap apa yang luput dari kamu, dan jangan pula terlalu gembira terhadap apa yang diberikan-Nya kepadamu. Dan Allah tidak menyukai setiap orang yang sombong dan membanggakan diri…." (QS. Alhadiid : 23) 


___"Dan apabila mereka digulung ombak yang besar seperti gunung, mereka menyeru Allah dengan tulus ikhlas beragama kepada-Nya. Tetapi ketika Allah menyelamatkan mereka sampai di daratan, lalu sebagian mereka tetap menempuh jalan yang lurus. Adapun yang mengingkari ayat-ayat Kami hanyalah pengkhianat yang tidak berterima kasih." (QS. Luqman : 31)


Supaya kita tidak terlalu bangga dengan apa yang dimiliki dan larut dalam kesedihan karena ada pada saat akan kembali pada Allah. 


Di surah Luqman menjelaskan untuk memfilter kualitas keimanan manusia. Ketika musibah datang, satu-satunya yang bisa dipanggil hanyalah Allah. Tetapi ketika musibah berlalu, barulah ketahuan, mana orang yang bersyukur dan yang tidak tahu terima kasih. 


Oke. Di dunia ini ada sebab musabab. Ada akibat, pasti ada sebab. Barulah kita telusuri ayat dari surah Rum tersebut. 


___"Telah tampak kerusakan di darat dan di laut disebabkan karena perbuatan tangan manusia; Allah menghendaki agar mereka merasakan sebagian dari (akibat) perbuatan mereka,.."


Tangan manusia. Jika mau diglobalkan lagi, bukan hanya pengerukan tambang, penebangan pohon, membuang sampah sembarangan atau apa sifatnya secara kasat mata merusak alam. Melainkan juga, kegiatan lainnya yang dilakukan anggota tubuh, seperti men-share hal batil, komen negatif di dunia maya, memukul, mencuri, atau apapun yang dilakukan tangan. 


Lebih luasnya lagi, dilakukan anggota tubuh seperti mengumpat, mencela, menggosip, curang atau berbagai tindakan negatif lainnya. 


Muncul pertanyaan, tindakan negatif di atas apa hubungannya dengan alam? 


Mungkin sahabat pernah dengar, kisah Siti Aisyah R.anha yang menyebut madunya begini dan begini. Lalu Rasulullah Saw berucap, "ucapanmu itu jika dicelup ke lautan, lautan akan keruh." 


Hanya beberapa kalimat mampu mengeruhkan lautan, bagaimanakah lagi, dengan hari-hari bergosip, entah di dunia nyata atau Maya. 


Hal lainnya, pasti kita tahu, bahwa air yang dibacakan ayat-ayat Al-Qur'an atau shalawat, mujarab untuk menyembuhkan penyakit. 


Sebagaimana kalimat buruk bisa mengeruhkan lautan, kalimat baik pun bisa memunculkan partikel-partikel positif atau gelombang-gelombang positif kepada alam. 


Jadi rusaknya alam ini, mungkin saja kita punya handil di dalamnya. 


Sifat memanipulasi yang dilakukan kaum Syuaib telah  mendatangkan bencana gempa. 


___"Mereka mendustakannya (Syuaib), maka mereka ditimpa gempa yang dahsyat, lalu jadilah mereka mayat-mayat yang bergelimpangan di tempat-tempat tinggal mereka." (QS. Al-Ankabut: 37)


Dan sekarang penomena itu telah terlalu sering kita lalui. 


Bukan maksud membela mereka serakah tanpa memikirkan kelangsungan hidup manusia, tapi untuk mengingatkan agar kita setiap individu saling introspeksi diri.  Sesuai dengan ujung ayat


___"..agar mereka kembali (ke jalan yang benar)."


Jadi ayat itu untuk diri kita dan semua orang. 


Bencana sudah terjadi. Lalu tindakan apa yang seharusnya dilakukan?


#Istighfar atau pengakuan atas kesalahan diri. 


Nabi Yunus dikeluarkan dari perut setelah pengakuan yang beliau ucapkan, lalu memohon kemurahan Allah agar mengampuninya. 


___"Dan (ingatlah kisah) Zun Nun (Yunus), ketika dia pergi dalam keadaan marah, lalu dia menyangka bahwa Kami tidak akan menyulitkannya, maka dia berdoa dalam keadaan yang sangat gelap, ”Tidak ada tuhan selain Engkau, Mahasuci Engkau. Sungguh, aku termasuk orang-orang yang zhalim.” (QS. Al-Anbiya : 87) 


Sebaiknya sama-sama beristighfar. Istighfar akan membuka pertolongan Allah dan hati menjadi lebih ikhlas.


#Bantuan materi, tenaga dan pikiran. 


___"Barang siapa memelihara kehidupan seorang manusia, maka seakan-akan dia telah memelihara kehidupan semua manusia…" (QS. Al-Maidah : 32)


#Jangan lupa dorongan semangat. 


___"(Ingatlah) ketika pemuda-pemuda itu berlindung ke dalam gua lalu mereka berdoa, “Ya Tuhan kami. Berikanlah #RAHMAT kepada kami dari sisi-Mu dan sempurnakanlah petunjuk yang lurus bagi kami #DALAM urusan kami.” (QS. Al-Kahfi : 10)


Bantuan materi dan tenaga tentu akan membuat mereka senang, terhibur dan lapang. Hanya saja, jangan lupa untuk memotivasi mereka dan jangan saling menyalahkan. 


Menyalahkan ke pihak tertentu hanyalah membuat memantik amarah pihak korban, yang akhirnya perasaan mereka semakin buruk.



ربّنا اننا من لدنك رحمه و هيّء لنا من امرنا رشدا 

Rabbanaa aatinaa min ladunka Rahmah, wa hayyi,lanaa min amrinaa rasyadaa


 “Ya Tuhan kami. Berikanlah #RAHMAT kepada kami dari sisi-Mu dan sempurnakanlah petunjuk yang lurus bagi kami #DALAM urusan kami.” (Qs. Al-Kahfi)


Amalkan doa ini ketika menghadapi suatu permasalahan atau musibah. In sya Allah, Allah akan beri kelapangan hati dan kemudahan dalam urusan. 


Dan kita yang Allah selamatkan pun sebaiknya mengamalkan doa ini. Karena doa ini memiliki dhamir kami. 


Mereka adalah bagian dari kita/kami dan kita bagian dari mereka. 


Percayalah satu kali doa ini yang kita ucapkan, gelombangnya lebih kuat dari kalimat protes yang kita layangkan kepada pihak manapun. 


Terakhir. 

Meski kita telah mempertimbangkan segala hal, jika Allah berkehendak lain, maka terjadilah. 


Laa haulaa wa laa quwwata Illa Billah. 


Namun percayalah, jika memang kita hanyalah korban dan baik di mata Allah, Allah akan ganti dan berikan dengan yang lebih sebagaimana Allah turunkan kaum Nuh yang beriman di atas bumi yang berkah. 


___"Dan berdoalah, “Ya Tuhanku, tempatkanlah aku pada tempat yang diberkahi, dan Engkau adalah sebaik-baik pemberi tempat.” (QS. Al-Mu'minuun : 29)


Semoga Allah beri kita pemimpin yang benar-benar memikirkan kemaslahatan rakyat. 


Semoga, kesulitan dan kerugian yang kita alami menjadi sebagai kaffarat dosa, membuat kita semakin bijak dalam berpikir dan bertindak, serta menjadi asbab hidayah. 


Aamiin.. 


  Penyebab Musibah dan Solusi menurut Al-Qur'an Ah, sebenarnya hati ini merasa tidak nyaman berargumen dengan Al-Qur'an dalam situas...
El Nurien
Cahaya Akhwat

Hubungan Bacaan Al-Qur'an dengan Shalat

 


Pagi ini pikiranku tertuju pada ayat.  


"Bacalah Kitab (Al-Qur'an) yang telah diwahyukan kepadamu (Muhammad) dan laksanakanlah shalat. Sesungguhnya shalat itu mencegah dari (perbuatan) keji dan mungkar. Dan (ketahuilah) mengingat Allah (shalat) itu lebih besar (keutamaannya dari ibadah yang lain). Allah mengetahui apa yang kamu kerjakan." (QS. Al-Ankabut : 45)


Shalat fardhu lima kali sehari diwajibkan dalam agama. Sedang Al-Qur'an dalam hukum fikih tidak diwajibkan sebagaimana shalat lima waktu,  tapi mengapa kalimat perintahnya (-bacalah) disejajarkan dengan shalat, malah disebutkan di awal ayat? Sementara di ayat lain, zakat disejajarkan dengan shalat, karena memang zakat juga salah satu pilar

Islam. Allahu a'lam.  


Namun jika dieksplorasi lebih dalam lagi, kita akan menemukan titik terang. 


Diibaratkan tubuh (khususnya Indonesia) memerlukan nutrisi dari empat sehat yang terdiri dari nasi/sumber energi, lauk pauk, sayuran dan buah-buahan. Nasi itu shalat, sedang tiganya itu Al-Qur'an. 


Shalat adalah sumber energi rohani untuk beraktivitas menunaikan perintah-perintah lainnya. Sedang Al-Qur'an, untuk menjaga kesehatan agar rohani tetapi sehat dan energik. 


Tak usah panjang lebar di sini betapa pentingnya tiga sehat itu, salah satunya sayuran. Meski tidak menyebabkan kematian jika dalam sebulan saja tidak mengonsumsi sayuran, namun dalam kesehatan tentu saja akan berdampak buruk. Khususnya untuk pencernaan, yang lama kelamaan akan memunculkan penyakit lainnya. 


Mungkin seperti itulah juga shalat tanpa diimbangi dengan membaca Al-Qur'an akan berdampak negatif pada kesehatan iman kita. Sedikit dipahami, mengapa diwajibkan membaca surah Fatihah dalam shalat. Sayangnya, kadang kita membacanya dalam keadaan lalai, hingga tidak memberi efek pada rohani. Karena itu sangat ditekankan membaca Al-Qur'an di luar shalat. 


Lalu, bagaimana juga jika dalam sebulan kita makan nasi melulu, tanpa lauk pauk? Ah membayangkan saja, rasanya membosankan. Sekali dua kali mungkin masih bisa hanya makan nasi, tapi sehari dua, perlahan akan mulai bosan dan semangat kita pun melemah. 


Disadari atau tidak, tanpa Al-Qur'an dalam keseharian, semangat menunaikan shalat akan menurun. Malas, ogah-ogahan, buruknya jadi asal-asalan. Yang nantinya berdampak buruk pada gairah agama, seperti menuntut ilmu, zikir dan amalan Sunnah lainnya.


"Sesungguhnya shalat itu mencegah dari (perbuatan) keji dan mungkar." 


Badan yang sehat akan memiliki kekebalan tubuh yang kuat untuk melindungi dari infeksi bakteri, virus, atau dari berbagai sumber penyakit lainnya. Selain itu, jasmani yang sehat memiliki kemampuan penyembuhan dan pemulihan diri yang cepat ketika terlanjur terinfeksi. Dari sini dapat kita mengerti mengapa shalat itu mampu mencegah perbuatan keji dan mungkar. Yah tentu, shalat yang diimbangi dengan bacaan Al-Qur'an, yang nanti akan menumbuhkan semangat ilmu dan zikir (pengamalan dari ilmu). Dari ilmu dan zikir kita akan tahu apa saja perintah dan larangan agama. 


Dan (ketahuilah) mengingat Allah (shalat) itu lebih besar. 


Benar. Shalat adalah sesuatu yang besar. Shalat adalah sumber energi bagi keimanan.


Shalat yang khusyuk dan tertib akan membuat rohani kita sehat dan kuat. Rohani yang sehat dan kuat akan mempunyai perlindungan diri yang kuat

dari berbagai penyakit hati dan tindakan, serta memiliki sensitivitas yang tinggi sehingga cepat sadar dan bertaubat jika terlanjur melakukan kesalahan. 


Dari sini, sedikit kita dapat memahami mengapa perintah membaca Al-Qur'an disejajarkan dengan perintah shalat. Meski membaca Al-Qur'an tidak wajib dalam hukum fikih, tetapi fungsinya sangat diperlukan untuk membentuk shalat yang khusyuk dan tertib sesuai contoh Rasulullah Saw. 


Allahu a'lam. 


Note.

Apa saja yang kushare mengenai ayat-ayat Al-Qur'an, itu hanyalah eksplorasi ayat-ayat Al-Qur'an, bukan tafsir. Karena Tafsir memerlukan pendapat ulama yang dikenali kredibilitasnya. 


Jadi hasil eksplorasi-ku bisa jadi salah. Jadi silakan diingatkan kalau memang ada kesalahan. Jika tafsir, biasanya langsung saja dikutip sumbernya.


Satu hal lagi, eksplorasi bukan pula cocokologi. Mencocok-cocokkan dengan sebuah situasi, tapi melenceng dari makna yang telah dijelaskan oleh beberapa ulama terdahulu. 


Afwan. Semoga bermanfaat. 


Semoga Allah angkat musibah menimpa bumi Kal Sel. Allah beri ketabahan, kemudahan dan menjadi asbab hidayah. Aamiin. 

  Pagi ini pikiranku tertuju pada ayat.   "Bacalah Kitab (Al-Qur'an) yang telah diwahyukan kepadamu (Muhammad) dan laksanakanlah sh...
El Nurien
Cahaya Akhwat

Menatap Bintang


 


Setya tersenyum lega, ketika mendapati pasien yang dicarinya duduk di sebuah bangku di taman belakang, sambil menengadahkan kepalanya. 


Sesaat pasien itu terperanjat, ketika Setya menyampirkan snelli ke punggungnya. 


Pasien itu menoleh. "Dokter."

Setya tersenyum, lalu meletakkan bokongnya ke ujung bangku. "Dingin. Takutnya memperburuk kesehatanmu." 


Pasien itu menyentuh snelli ragu, namun dinginnya angin malam membuat kedua tangannya tergoda untuk merapatkan snelli itu ke badannya. Perlahan kehangatan mengalir di badannya. 


"Bagaimana keadaanmu? Agak baikan?"


"Alhamdulillah, sudah mulai baikan," ucapnya sambil tersenyum tipis. "Kenapa ke sini?"


"Kenapa? Tidak boleh?"


Pasien hanya menjawab senyum tipis,  lalu kembali menatap langit. Setya mengikuti arah pandangannya. 

Terlihat bertaburan cahaya-cahaya menghiasi pekatnya malam. 


"Apa yang kaupikirkan?" 


Pasien menatapnya dengan mengerutkan kening. Setya tertawa kecil. "Iya… aku mengerti, kita tidak terlalu akrab, bahkan bisa dibilang hubungan kita buruk. Tapi…" Setya memajukan wajahnya. "jangan lupa, aku tahu sebagian rahasia dirimu." 


"Jadi kau mengancamku?"


Setya tergelak. "Tidak. Aku hanya ingin menjadi teman dapat dipercaya buatmu. Terlebih lagi, kau sekarang jadi pasienku. Apa salahnya aku tahu masalahmu, siapa tahu aku dapat membantumu, apalagi yang berhubungan dengan kesehatanmu.

Aku yakin, kau sakit sampai begini, pasti ada hubungannya dengan...." Setya sengaja menggantung kalimatnya.


"Aku begini karena terlalu bekerja keras mengejar tes kelulusan dan pada akhirnya tidak lulus. Bagaimana tidak membuatku terpukul?" 


"Kamu tak sepenuhnya bohong, tapi ada satu hal lagi yang membuatmu kondisimu semakin buruk." Setya kembali memajukan wajahnya, membuat pasien menarik badannya.

 "Kau mungkin bisa menyembunyikannya dari orang lain, tapi tidak padaku."


"Iya, iya.. kau si dokter jenius, jangankan jasadku, mungkin isi hatiku pun kau bisa membacanya."


Setya tertawa, sambil menyandarkan punggungnya ke sandaran bangku. Dalam hati ia menghitung, berapa kali ia telah tertawa malam ini. Ia berpikir, mungkin malam inilah tertawa paling banyak dalam hidupnya. "Aku tidak sejenius itu, ko."


Pasien tersenyum menatapnya. Malam ini, ia melihat sisi lain dari seorang Setya. Cowok yang yang selama ini selalu membuatnya kesal, menunjukkan sisi yang tidak terduga padanya. Ia bertanya-tanya, adakah orang yang tahu ini, selain Reihan dan Ustadzah Aisyah?


Sesaat ia menatap snelli yang melekat di badannya. Hana akan berteriak histeris jika mengetahui hal ini. 


"Bintang banyak memberiku hikmah malam ini," ucap Pasien setelah cukup lama dibekap keheningan. 


Setya menoleh. Mengamati gadis berkerudung di sampingnya. Ia tahu, malam ini akan mendapatkan banyak pengetahuan dari gadis sering disebutnya bodoh ini. 


"Pasti ada alasan mengapa Allah meletakkan keberadaan makhluknya. Misalnya bintang. Keberadaannya bukan karena kebetulan, tapi pasti ada tujuannya. Setelah melewati mekanisme yang rumit, seluruh makhluk di muka bumi ini bisa menikmati keindahannya. Bahkan mungkin,  pekatnya langit, salah satu alasan untuk keindahan bintang."


Pasien menghela napasnya, lalu tertunduk. "Begitu juga dengan keberadaan dan takdirku saat ini. Allah pasti tahu, bahwa suatu saat aku akan terluka, tapi mungkin, ada alasan di balik semua ini. Salah satunya malam ini. Aku tidak akan bisa menikmati indahnya bintang, kalau saja aku tidak melewati kenyataan rumit, yang membuatku menjadi pasien di sini." 


Setya tersenyum haru. "Lain kali, kalau kau ingin menikmati cahaya bintang di sini, kau tak perlu jadi pasien. Aku kenal pemilik ini. Kau bahkan bisa ke atas gedung ini." 


Pasien tersenyum geli. 


"Serius!" 


"Iya, aku percaya. Lagi pula, kenapa harus ke sini kalau hanya untuk melihat bintang?" 


Setya menggaruk kepalanya yang tidak gatal. "Iya juga sih." 


"Terima kasih."


"Hah?" 


"Terima kasih."


"Atas?"


"Merawatku, jasnya, juga menemaniku melihat bintang malam ini." 


"Oh. Sama-sama. Lagi pula, semakin cepat kau sembuh, semakin cepat wajah bodohmu menghilang dariku."


Pasien hanya merespon dengan senyuman. Setya kembali terlihat seperti dulu. Tapi Pasien sempat menangkap kilatan sesungguhnya, itu bukan dari dalam hati. Pasien itu menyadari, mungkin karena ia terlanjur kesal pada Setya, sehingga tidak melihat hal yang sebenarnya. Atau mungkin Setya memang telah berubah. 


Setya terdiam sesaat. Ia penasaran, apa yang akan dilakukan Gadis itu selanjutnya. Apakah akan kembali ke pondok setelah semuanya terjadi? Namun tidak mungkin ia bertanya langsung, dengan situasi sekarang ini. 


"Bagaimana kalau kita membuat game?" 


"Game?"


"Begini," Setya meluruskan badannya, menghadap sang Gadis. "Kita tatap bintang sejenak, lalu apa yang ada pikiran kita, sesuatu yang berhubungan dengan bintang. Masa depan, atau apa pun."


Gadis mengerutkan keningnya. 

Setya memperjelas. "Misalnya, ketika melihat bintang, kau menginginkan sesuatu."


 "Oke." Gadis menyanggupi, setelah berpikir sesaat. 


"Kita mulai, ya." 


Gadis mengangguk, lalu mengikuti gerakan Setya, menatap bintang-bintang. Tak butuh waktu lama bagi Setya untuk memahami keinginannya. Ia menatap Gadis yang masih saja menatap bintang. 


"Kau sudah menemukannya?"


Setya terperanjat. Ia tak menyadari kalau yang ditatap menangkap gelagatnya. 


"Sudah."


Sang Gadis menyudahi kegiatannya. 

"Apa itu?"


"Aku ingin menjadi bintang bagi seseorang."


Gadis memutar bola matanya. 


"Kau menganggap ini biasa?" Setya tersinggung. 


"Bukan begitu. Jika dalam hal asmara, tentu saja itu kedengaran romantis. Tapi, entah kenapa, aku merasa pernah mendengarnya."


"Benar. Ini memang sangat familiar, tapi baru kali ini aku merasakannya."


Gadis itu membetulkan posisi duduknya, dengan masih menjaga jarak. 


Setya menatap lurus. "Tiba-tiba saja, aku ingin menjadi berarti baginya. Meski dari kejauhan, aku ingin menjadi cahaya juga teman dalam gelap dan kesendiriannya."


"Entah kenapa ini terdengar menyedihkan. Jadi dia belum tahu perasaanmu?"


"Aku pun tak tahu pastinya bagaimana perasaanku padanya. Tapi itulah yang kurasakan saat ini. Tunggu... tunggu, kenapa tatapanmu, membuatku tidak nyaman."


Pasien mengerjap. "Aku cuma tak menyangka kau memiliki sisi seperti ini. Siapa pun itu, dia sangat beruntung."


Setya mendesah kecewa. Sepupunya memang pernah cerita, bahwa orang yang di sampingnya ini tidak begitu peduli dengan urusan orang lain.


 "Dan kau sendiri bagaimana?"


"Hah?"


Setya mengarahkan dagunya ke atas. 

Seketika Gadis itu tersadar. Ia menengadahkan wajahnya. "Aku teringat sebuah ayat. 'Dan sungguh, Kami telah menciptakan gugusan bintang di langit dan menjadikannya terasa indah bagi orang yang memandangnya.'"  (QS. Al-Hijr : 16)


Setya menyimak. 


"Banyak orang terbantu berkat kehadirannya. Ada yang menikmati keindahannya, sebagai cahaya dalam kegelapan, teman dalam kesepian, petunjuk arah dalam perjalanan, prediksi cuaca esok hari, dan entah manfaat apa lagi. Aku sangat bersyukur bisa menikmati keindahan malam ini, mendapatkan banyak pelajaran, dan perasaanku juga jadi lebih baik."


Gadis itu tertunduk. 


Setya belum memahami arah pembicaraan, namun ia mencoba bersabar menunggu kelanjutan dari Gadis itu. 


"Aku sangat bersyukur atas nikmat ini. Aku ingin mengerahkan seluruh hidupku untuk mengabdi kepada Pencipta bintang-bintang ini."


Setya bisa merasakan sesak memenuhi rongga dada pasien di sampingnya. 


"Aku tak yakin dengan langkahku esok hari. Apakah sebaiknya aku berhenti saja, atau tetap bertahan di pondok, lalu ikut tes lagi di tahun berikutnya? Lalu selanjutnya bagaimana? Apakah aku akan mengabdi di pondok, atau keluar saja, mengejar beasiswa seperti keinginanku dulu. Kemanapun langkah kakiku nanti, aku ingin menjalani dengan sepenuh pengabdian dan menebarkan kalimat-kalimat Allah."


Gadis menengadahkan wajahnya. "Aku ingin, banyak orang menikmati keindahan ini dengan penuh kesyukuran kepada Allah. Andai bintang bisa melihat, aku ingin bintang melihat kesyukuran umat ini, seperti kita melihat taburan bintang di malam ini." 


Setya teringat teguran Aisyah, agar berhenti meremehkannya. Gadis itu memang terlihat bodoh dan lambat, tapi cemerlang pikirannya dalam memahami Al-Qur'an.



Gadis itu menoleh. Lalu mengibas-ngibaskan tangan ke dekat wajah Setya. 


Setya mengerjap.

"Hebat!" Setya mengangkat kedua jempolnya.


Gadis tertawa. "Apanya yang hebat? Kita hanya memikirkan keinginan dan harapan. Kitalah yang lebih tahu apa yang seharusnya kita lakukan. Hebat bagi orang lain, belum tentu buat kita. Kalau secara sisi pandanganku, keinginanmu juga hebat."


Setya tertawa sinis. "Hebat dari mananya?" 


"Orang seperti kamu, ternyata bisa jatuh cinta. Bagiku ini luar biasa. Aku jadi penasaran, siapa gadis itu."


Setya terkekeh. "Memangnya aku bagaimana?" 


"Kau, keponakan Kiyai yang terkenal tampan juga ramah. Tapi di mataku, kau seperti seseorang kesepian di keramaian. Bagimu, mereka hanyalah seperti pasien yang senantiasa harus kau suguhi senyuman dan layani dengan baik." Cahya mendekatkan wajahnya, "heh... Palsu."


Setya menahan napas. Sulit dipercaya. Bagaimana mungkin, seorang Cahya, yang mungkin masih lupa siapa namanya, bisa memahaminya dengan baik. 


#Maaf, jika ada yang kurang memahami cerpen ini. 


#Cahya hanyalah cerita slide of life. Silakan baca serial Cahya di wp, kita akan melihat saling satu sama lain saling berhubungan, tapi secara random. Karena memang ada keinginan untuk dibuat novel, tapi belum bisa istikamah. Akhirnya beginilah hasilnya. 


Semoga bisa dinikmati dan diambil hikmahnya. 





  Setya tersenyum lega, ketika mendapati pasien yang dicarinya duduk di sebuah bangku di taman belakang, sambil menengadahkan kepalanya.  Se...
El Nurien