Menu
Cahaya Akhwat

AGAR DOA DIKABULKAN



Cahaya Akhawat - Agar doa kita dikabulkan. 
Sebut saja ustadzah ‘Ainun (nama samaran, karena cerita ini tanpa izin beliau), sosok wanita yang sangat tawadhu. Alimah dan hafizah yang beliau sandang, ditambah sifat tawadhunya, membuatku ingin selalu mendekati beliau dengan bisa mengambil manfaat kebaikan dan ketularan sifat tawadhunya.
Biasanya aku hanya bisa melihat beliau dari kejauhan (bila ada pertemuan) susah untuk mendekati beliau. Dengan mencoba cari atu dimana alamat beliau maupun no hp beliau, namun semuanya tak menunjuk tanda-tanda ada jodoh. Dan akhirnya aku tenggelam dalam kesibukan, namun keinginan itu tetap tersimpan di draft mimpiku.
Entah kenapa saat aku benar-benar dalam keadaan lapang, aku melihat beliau berjalan bersama anaknya di tepi jalan. Yang tadinya sudah terlewatkan, langsung saja kuputar motor, menyusul beliau. Kesempatan itu tak boleh dilewatkan.
Dan singkat cerita, aku mempunyai kesempatan belajar sama beliau seminggu sekali.
Beliau adalah dari keluarga yang sangat beruntung. Dari keluarga hanya seorang pengusaha, namun memiliki anak cucu bahkan cicit yang ‘alim dan hafal Al-Qur’an.
Seorang pengusaha mencetak anak cucu yang alim dan hafal Qur’an, menurutku ini sangat langka di jaman sekarang. Dari keluarga ‘ulama dan hafiz pun kadang belum tentu mencetak anak-anak ‘alim dan hafiz seluruhnya. Dari sekian anak, kadang ada saja yang agak ‘bandel’, yang cita-citanya tidak sesuai dengan kehendak orang tua.

Dulu pernah silaturrahmi ke salah satu saudara perempuan ustadzah, dan dalam moment itu kusempatkan bertanya, apa rahasia mereka. Saudari ustadzah berkata, “Sering-seringlah mendoakan anak orang lain. Beliau juga menambahkan, “kalau kita berdoa untuk diri dan keluarga sendiri, itu belum tentu makbul, tapi bila kita mendoakan orang lain, maka malaikatpun akan mengamini untuk kita dan do’a  malaikat pasti makbul.”
“Tiada seorang muslim yang mendoakan temannya tanpa diketahui oleh orang yang didoakan, maka akan disambut oleh malaikat dengan ucapan, “dan untukmu juga seperti itu.”( Muslim, dari Abu Darda)
Subhanallah…Memang harus diakui, semua itu pun tak luput dari usaha kelembutan dan kegigihan dalam mendidik anak cucu mereka. Karena usaha dan doa, dua pekerjaan yang tak terpisahkan.
Boleh jadi, memang keberhasilan mereka karena usaha mereka, namun lebih kuat lagi keberhasilan itu, karena kuatnya dorongan ‘doa malaikat.”

Kesimpulannya:, karena makbulnya sehingga mereka mampu mengaplikasikan dalam usaha mencetak anak cucu mereka jadi generasi yang ‘alim dan hafizh.
Apapun sebabnya, pastinya mendoakan kebaikan buat orang lain, pengaruhnya sungguh dahsyat kepada diri kita sendiri.
Mendoakan orang lain adalah amalan yang begitu mudah, namun kita jarang memperhatikannya. Bahkan, kadang dalam doa keseharianpun, kadang kita mengucapkannya hanya sekadar persaratan dalam berdoa.

Doakanlah untuk agama dan hidayah saudara muslim lainnya karena agama dan hidayah merupakan sumber kebahagiaan.
Selain itu, berhati-hatilah dari doa atau ucapan yang buruk karena kadang akan kembali kepada kita juga.
 “Tiada seorang yang memaki orang lain dengan kata, “fasik atau kafir”, melainkan kalimat itu akan kembali pada dirinya sendiri, jika tidak benar demikian orang yang dimaki itu” (Bukhari, dari Abu Dzar)
“Barang siapa mencela saudaranya (muslim) atas dosanya (yang ia sudah bertaubat), maka ia tidak akan mati sebelum sebelum ia sendiri melakukan (dosa tersebut).”(Tirmidzi)

Berita-berita buruk entah dari media cetak, visual atau hanya media online, kadang membuat kita mudah terpancing emos sehingga mengeluarkan atau menulis kata-kata yang sebenarnya tak bermanfaat dan tak merubah keadaan. Yang ada hanyalah kita terancam memantulnya doa kepada diri kita sendiri. Dan kita tidak tau, mungkin saja suatu saat orang yang kita cela itu bertaubat, sedangkan kita tak bertaubat karena tak merasa bersalah.
Junjungan kita Muhammad saw, selalu mendo’akan ummatnya lebih dari 70 kali, padahal saat itu adalah masa qurun terbaik, beliau dikelilingi para sahabat yang sering dipuji-puji Allah dalam Al-Qur’an.
Bagaimana dengan kita, kita hidup di jaman penuh kepasadan, keburukan, nilai-nilai agama sudah mulai buram terselubung dengan duniawi, kepercayaan- kepercayaan yang kadang bertentangan dengan logika, namun seakan itu dianggap agama, padahal agama itu bisa dihitung dengan logika.  Kriminal sudah merajalela, dimana-mana aurat dan pergaulan bebas sudah dianggap biasa. Pada jaman seperti ini seharusnya kita lebih banyak lagi mendoakan saudara kita, bukannya mengumbar cela.


 Gambar dari blogkhususdoa.com

Tidak ada komentar