Menu
Cahaya Akhwat

Kewajiban Shalat adalah Anugerah




Bagi sebagian kaum muslimin, kadang perintah shalat menjadi sebuah beban. Di mana di kala sibuk-sibuknya, eh tiba-tiba azan berkumandang. Atau karena situasi yang  mengharuskan kerja keras sehingga mengabaikan kewajiban. Mereka mengakui shalat itu wajib, namun dengan berbagai dalih akhirnya berani meninggalkan dan meringan-ringankan kewajiban yang telah diatur (baca – berani memberi rukhsah untuk diri sendiri). Padahal jika mereka mau merenung,berpikir dan membuka mereka pasti menemukan banyak hikmah di balik kewajiban shalat. 

Kewajiban shalat itu adalah anugerah. Shalat adalah identitas seorang muslim karena dalam agama lain tidak ada kewajiban shalat. Jika kita berkumpul dengan orang yang notabane non muslim dan kita tidak mendirikan shalat, maka kita tidak ada bedanya dengan mereka. 

Shalat adalah pengendali. Di dalam Al-Qur’an dijelaskan shalat yang betul mampu mencegah perbuatan dan keji munkar. Lebih dari itu, shalat juga pengendali kesibukan. 

Kita sering terseret dalam kesibukan yang tiada henti. Dan ketika kita mau meluangkan shalat, jika azan berkumandang, maka di sana tersimpan bahwa kita bisa mengendalikan kesibukan. Jika tidak, kita akan terus diseret kesibukan dalam waktu yang tiada henti. Apa jadinya, kalau kita teruuus demikian? Bekerja dan bekerja. Sedang tidur, makan dan berkeluarga hanyalah sekadar panggilan naluri sebagai manusia.  Maka jika seperti ini, apa bedanya dengan binatang. Binatang juga makan dan minum, tidur serta berkembang biak. Dan seandainya, konstruksi tubuh kita tidak secara otumatis ingin makan, tidur, istirahat, dan berkeluarga, mungkin kita teruuus berkerja tiada henti. 

Dengan melepaskan kesibukan demi mendirikan shalat, secara tidak kita telah menjadi pengendali yang handal. 


Shalat adalah relaksasi jiwa. Saat berhenti dari pekerjaan untuk mendirikan shalat, secara tidak langsung kita telah memberi ruang untuk merelaksasikan diri dan jiwa, meski hanya beberapa menit. Yakinlah, orang yang sering meninggalkan dan melalaikan shalat, hidup mereka melelahkan dan sempit menghimpit dalam pedati kehidupan yang terus berputar. 

Shalat adalah titik awal menjadi pribadi disiplin. Orang disiplin biasanya planingnya lebih terencana sehingga mereka menjadi disiplin dan tidak berbenturan dari satu waktu dengan waktu lain. Namun, seberapa besar pun kedisplinan mereka dalam profesionaliesme, selama mereka mengabaikan shalat, mereka belum dikatakan disiplin.

Shalat bukanlah penghalang untuk menjadi pribadi yang disiplin di dalam profesi, jika kita mau menjadikan waktu shalat sebagai titik awal bertolak. 

Misalnya dalam dunia kerja menjadi waktu shalat Zuhur adalah waktu istirahat dan makan, lalu menjadikan shalat Ashar sebagai jeda sejenak dari kesibukan dan beberapa menit sebelum Magrib sebagai berakhirnya jam kerja. Semua bisa, kalau kita mau mengaturnya. Sayangnya, dari awalnya kita memang kurang memperhatikan waktu sehingga jadwal kerja menjadi alasan dari sekian alasan.


Shalat adalah pembuktian. Kita sering mengaku cinta kepada Allah dan Rasul-Nya. Bangga menjadi seorang muslim. Jika ada yang menghina Islam, kita naik pitam, lalu timbullah sumpah serapah. Memang kita diwajibkan marah jika Islam dihina, akan tetapi haruskah melampiaskan dengan ucapan atau tulisan sumpah serapah?! Seharusnya kita introspeksi diri, sudah sejauh manakah kita menjunjung tinggi nilai-nilai kemuliaan Islam, salah satunya dalam mengemban kewajiban shalat? Jika seseorang yang kita cintai menginginkan sesuatu, maka sudah pasti kita berusaha secepatnya bergerak untuk memenuhinya, karena kita sudah maklum bahwa berlambat-lambat akan menimbulkan kemarahannya. Begitulah juga dengan shalat. Seharusnya kita juga sadar dan berusaha bersegera menunaikan perintah itu, karena jika melambatkannya maka Dzat yang kita akui cinta akan marah. 

Dan mungkin masih banyak lagi hikmah-hikmah diwajibkannya shalat untuk kaum muslim. Selama kita mau mendahulukan kewajiban di atas segala, in sya Allah, kita akan menemukan banyak hikmah.  

Shalat ada anugerah yang harus disyukuri. 
#renunganuntukdirisendiri 20-3-2017

Tidak ada komentar