يعجب الزرع
Saya memelihara beberapa tanaman bunga berbagai warna di balkon
saya. Dan senangnya tak bisa terlukiskan jika melihat tanaman yang
berbunga. Saya sengaja meletakkan tanaman-tanaman bunga itu di depan pintu, supaya ketika
membuka pintu mata saya langsung tertuju ke bunga. Dan hati saya selalu bahagia
jika melihatnya meski dalam sehari telah melihatnya berkali-kali. Tidak ada
jemu dalam melihat bunga-bunga, terlebih lagi kalau itu hasil tanaman kita.
Ungkapan syukur belum cukup mewakili rasa bahagia itu.
Kadang saya juga share foto-foto bunga di medsos dengan
dibubuhi sedikit caption. Untuk berbagi manfaat sekaligus mengasah hafalan,
biasanya saya bikin caption dengan mengutip ayat-ayat Al-Qur’an yang
berhubungan dengan tanaman. Hingga suatu hari bertemu dengan ayat يعجب الزرع
Ayat lengkapnya dalam surah Al-Fatah ayat 29
“Muhammad adalah utusan Allah dan
orang-orang yang bersama dengan dia adalah orang yang keras terhadap
orang-orang kafir, tetapi berkasih sayang sesama mereka. Kamu lihat mereka ruku
dan sujud mencari karunia Allah dan keridhaan-Nya, tanda-tanda mereka tampak
pada muka mereka dari bekas sujud. Demikian sifat-sifat mereka dalam Taurat dan
sifat-sifat mereka dalam Injil, yaitu seperti tanaman yang mengeluarkan
tunasnya maka tunas itu menjadikan tanaman itu kuat lalu menjadi besarlah dia
dan tegak lurus di atas pokoknya. Tanaman itu menyenangkan hati
penanam-penanamnya karena Allah hendak menjengkelkan orang-orang kafir (dengan
kekuatan orang-orang mukmin). Allah menjanjikan kepada orang-orang beriman dan
mengerjakan amal shaleh di antara mereka ampunan dan pahala besar.
Yu’jibuz zurra’ yang artinya membuat kagum penanamnya.
Benar. Dalam bercocok tanam, kita pasti mengalami banyak hal dari waktu ke
waktu. Mulai menyemai, tumbuh besar, terus berkembang sampai berbunga bahkan
berbuah. Banyak rintangan dalam merawatnya. Meski kita merawat dengan segala
perhitungan dan pertimbangan untuk memperkecil risiko dan memperbesar
kemungkinan berhasil, namun ada saja rintangannya seperti hama, jamur dan
rintangan lainnya, tak jarang akhir berakhir dengan kegagalan. Maka berhasilnya
dalam bertanam merupakan sebuah kebahagiaan tak terperikan. Senang, terharu
bercampur takjub.
Dengan pemikiran seperti ini, timbullah pertanyaan saya
dalam benak; saya telah merasakan betapa senangnya melihat tanaman berbunga,
lalu bagaimana kah ‘senang’nya Allah?
Senangnya Allah, pasti beribu-beribu kali lipat bahkan lebih,
dari senangnya manusia. Dalam sebuah riwayat menggambarkan bahwa senangnya
Allah melihat hamba-hamba yang bertaubat seperti bahagianya seseorang musafir yang
kehilangan perbekalannya. Kehilangan
perbekalan bagi seorang musafir, benar-benar suatu musibah yang bisa
memunculkan rasa putus asa. Lalu bagaimana rasanya perbekalannya ketemu setelah
diliputi rasa putus asa? Saking bahagianya, sampai-sampai ia mengucapkan puji
syukur dengan terbolak balik.
Melalui ayat di atas Allah memberi gambaran secara singkat
sifat-sifat orang beriman seperti tanaman yang membuat takjub penanamnya.
Sedang yang menciptakan seluruh yang ada ada di langit di bumi itu semuanya
Allah, termasuk orang-orang beriman. Dan hanya orang-orang beriman yang mampu
memunculkan ‘rasa’ takjub bagi penciptanya.
Takjub ini bukan sekadar ketakjuban ketika melihat
pemandangan yang indah, gedung bertingkat, karya seni yang memukau, atau
keajaiban apapun yang pada akhirnya dengan seiring waktu akan terlupakan.
Takjub di sini, luapan emosi heran, kagum, terpesona, bangga yang luar biasa terhadap suatu hasil setelah melalui waktu yang panjang,
menguras tenaga dan pikiran, mengatasi satu demi satu banyaknya rintangan dan pengorbanan
yang tidak sedikit. Rasa takjub yang benar-benar tak terperikan.
Lalu adakah usaha, atau hanya terpikir di hati kita untuk
membuat Allah takjub seperti itu ketika melihat diri kita?
Tidak ada komentar