Menu
Cahaya Akhwat

Ghibah Salah Satu Penyebab Merebaknya Zina

Ghibah dan zina,  apa hubungannya ya? ^-^
“Barangsiapa yang menutupi aib saudaranya (muslim,) Allah akan menutupi aibnya pada hari kiamat. Dan barangsiapa membuka aibnya saudara muslim, maka Allah pasti membuka aibnya, sehingga Allah akan mempermalukan (sampai) di rumahnya (sendiri) karena aibnya.” (Ibnu Majah, dari Ibnu Abbas)
“Barangsiapa mencela saudaranya (muslim) atas dosanya (yang ia sudah bertaubat), maka ia tidak akan mati sebelum sebelum ia sendiri melakukan (dosa tersebut).” (Tirmidzi)
Atas hal ini, aku mengingat-ngingat berbagai kejadian dan menghubungkan satu sama lain. 
Ada seorang ibu tante yang klepek klepek saat mengetahui keponakannya yang digosipkan kumpul kebo, tak lama pun ternyata anaknya pun telah menjalin hubungan (bebas) dengan seorang kekasih.
Ada pula seorang ibu yang protes, karena taklim diisi oleh seorang ustadz—yang konon, katanya ustadz itu hasil di luar nikah. Beberapa tahun kemudian, setelah anak-anaknya dewasa, ternyata anak-anaknya pun mengalami kasus yang tak jauh beda.
Lalu ada juga kejadian lagi yang cukup mengerikan. Ketika itu, aku baru melahirkan anak yang kedua. Banyak ibu-ibu yang datang ke rumah, dan kebetulan waktu itu ada berita hangat, dan tak ketinggalan pula si ibu Fulanah, ”bla bla bla.” begitulah ceritanya.
Aku yang mendengar jadi ketakutan. Kebetulan adiknya si ibu ini, teman akrabku. Aku sangat khawatir karma (baca-musibah) ini menimpa temanku, yang waktu itu masih belum menikah. Siang malam aku mendo’akannya agar musibah iu tidak menimpanya. Selang beberapa bulan terdengarlah sebuah berita. Alhamdulillah Allah mengabulkan do’aku, namun seperti kata orang tua dahulu, “hukum karma tetap berlaku.” ternyata musibah ini menimpa saudaranya yang lain, yang sudah menikah. Sungguh tak terpikirkan sedikitpun olehku. Kupikir waktu itu yang berzina itu yang status bujang aja. ^-^ Seharusnya, aku mendoakan semuanya selamat dari fitnah zina. Untuk siapapun.
Di mata masyarakat, hamil di luar nikah adalah sesuatu yang sangat aib. Namun sayang, sangat sedikit yang mengambil ibrah, atau lebih berhati-hati agar kejadian itu tidak menimpanya dan keluarganya.
Berita hamil di luar nikah, sebuah berita laris manis, tanpa sadar mereka telah melecehkan saudaranya, padahal sebenarnya mereka sendiri tak tau nasib mereka ke depannya.
Hamil di luar nikah memang sangatlah aib, tapi bukan berarti kita bebas menggunjingnya, atau menghinanya. Kita sendiri tak tau kedudukan kita di mata Allah dan nasib kita ke depan, dan juga nasib mereka ke depan .
“Hai orang-orang yang beriman, janganlah sekumpulan orang laki-laki merendahkan kumpulan yang lain, boleh jadi yang ditertawakan itu lebih baik dari mereka. Dan jangan pula sekumpulan perempuan merendahkan kumpulan lainnya, boleh jadi yang direndahkan itu lebih baik. Dan janganlah suka mencela dirimu sendiri dan jangan memanggil dengan gelaran yang mengandung ejekan. Seburuk-buruk panggilan adalah (panggilan) yang buruk sesudah iman dan barangsiapa yang tidak bertobat, maka mereka itulah orang-orang yang zalim.” (QS. Al-Hujurat : 11)
Boleh jadi orang pernah melakukan perzinahan itu bertaubat dan berusaha menjadi seorang muslim yang baik, dan kita yang menggunjing, tanpa sadar telah melakukan dosa.
“Sesungguhnya Allah suka menerima taubat seorang hambanya, melebihi dari kesenangan seseorang yang menemukan kembali dengan tiba-tiba, unta yang telah hilang dari padanya di tengah hutan.” (Bukhari dan Muslim dari Anas bin Malik)
Setiap orang bisa berbuat kesalahan, tapi bukan hak kita untuk menghina atau menghukum mereka.
Merebaknya perzinahan, seharusnya kita pun melakukan introspeksi diri. Sejauh manakah sudah usaha kita untuk mencegahnya? Sudahlah kita berusaha mengarahkan mereka kepada kebaikan? Atau adakah sedikit risau saja dan  mendo’akan agar mereka diberi hidayah?
“Tidaklah seseorang berada di suatu kaum, dan ia berbuat maksiat di tengah mereka, orang-orang itu mampu untuk mencegahnya, melainkan Allah Subhanahu wata’ala akan menimpakan kepada mereka bencana sebelum mereka mati.” (Ibnu Majah, Abu Dawud, dan Ibnu Hibban)
“Barang siapa melihat suatu kemunkaran dilakukan di hadapannya, maka cegahlah dengan tangannya. Jika tidak mampu, maka cegahlah dengan lidahnya. Jika tidak mampu, maka cegahlah dengan hatinya, dan ini adalah selemah-lemah iman.” (Muslim, Tirmidzi, Ibnu Majah, dan An-Nasa’i dari Abu Said Al-Khudri radhiyallahu ‘anhu)
“Do’a seorang muslim untuk kawannya yang sedang tidak (hadir) bersamanya, akan dikabulkan (oleh Allah).” (HR. Muslim, Ibnu Majah, dan Ahmad)
Dan juga berusahalah agar musibah (perzinahan) itu tidak menimpa kita dan keluarga kita. Tutup rapat semua pintu agar penyakit itu tidak masuk ke keluarga kita, jangan biarkan ada celah sedikitpun, karena suatu perkara yang ringan, bila dibiarkan bisa membawa masalah besar.
“Dan janganlah kamu mendekati zina, sesungguhnya zina itu adalah suatu perbuatan yang keji. Dan suatu jalan yang buruk.” (QS.Al-Isra:32)
“Hai orang-orang yang beriman, peliharalah dirimu dan keluargamu dari api neraka yang bahan bakarnya adalah manusia dan batu, penjaganya malaikat-malaikat yang kasar, keras, dan tidak mendurhakai Allah terhadap apa yang diperintahkan-Nya kepada mereka dan selalu mengerjakan apa yang diperintahkan.”

“Hai orang-orang yang beriman, bertaubatlah kepada Allah dengan taubatan nasuhaa (taubat yang semurni-murninya). Mudah-mudahan Rabbmu akan menutupi kesalahan-kesalahanmu dan memasukkanmu ke dalam jannah yang mengalir di bawahnya sungai-sungai, pada hari ketika Allah tidak menghinakan Nabi dan orang-orang mukmin yang bersama dia, sedang cahaya mereka memancar di hadapan dan di sebelah kanan mereka, sambil mereka mengatakan: “Ya Rabb kami, sempurnakanlah bagi kami cahaya kami dan ampunilah kami; Sesungguhnya Engkau Maha Kuasa atas segala sesuatu.” (QS.At-Tahrim: 6 dan 8)

1 komentar